Anda di halaman 1dari 8

Vol. 3, No.

1, April 2015 Resistensi dan Sensitivitas Bakteri

Resistensi dan Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik


di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013

Nurmala,1 IGN Virgiandhy,2 Andriani,3 Delima F. Liana4


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
2
Departemen Bedah, RSU dr. Soedarso
3
Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
4
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Abstrak
Salah satu upaya untuk mengurangi resistensi, pemberian antibiotik harus berdasarkan pola
bakteri penyebab infeksi dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pola bakteri, resistensi dan sensitivitasnya terhadap antibiotik di RSU dr. Soedarso
Pontianak tahun 2011-2013. Penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif dilakukan RSU dr.
Soedarso, Pontianak. Sampel penelitian adalah hasil pemeriksaan kultur dan uji kepekaan spesimen
pus pasien yang diperiksa di Bagian Mikrobiologi Unit Labolatorium Kesehatan (ULK). Dari 111 sampel,
terdapat 21 jenis bakteri. Bakteri gram-negatif lebih banyak dari gram-positif, yaitu 70,7% dan 29,3%.
Tiga bakteri terbanyak adalah Citrobacter freundii (18%), P. aeruginosa (17,1%) dan Staphylococcus
epidermidis (15,3%). Resistensi tertinggi bakteri adalah terhadap metronidazol (96,4%), sefaleksin
(95,8%), sefuroksim (92,2%), oksasilin (91,7%) dan sefadroksil (91,5%) dan sensitivitas tertinggi
bakteri terhadap piperasilin/tozobaktam (89,7%), meropenem (82,9%), imepenem (78,1%), amikasin
(76,3%), fosfomisin/trometamol (59,5%) dan levofloksasin (56,1%).
Kata kunci: bakteri, antibiotik, resistensi, sensitivitas, pus.

Resistance and Sensitivity of Bacteria to Antibiotics


at dr. Soedarso Hospital Pontianak 2011-2013

Abstract
An effort to reduce resistance, antibiotics prescription should be based on information about
pattern of bacteria and sensitivity to antibiotics. The aim of the study is to determine the pattern
of bacteria, resistance and sensitivity to antibiotics at dr. Soedarso Hospital Pontianak 2011-
2013. This research is a descriptive study with retrospective approach. Samples were culture and
sensitivity test result in pus specimen of dr. Soedarso Hospital patient’s examined at ULK. The
number of samples in this study were 111 samples. There were 21 type of bacterias. Gram-negative
bacterias were found more than gram-positive bacterias, 70.7% and 29.3%. Three of most frequent
bacterias are Citrobacter freundii (18%), P. aeruginosa (17,1%) and Staphylococcus epidermidis
(15,3%). Overall, the highest bacterial resistance is to metronidazole (96,4%), cephalexin (95,8%),
cefuroxime (92,2%), oxacillin (91,7%) and cefadroxil (91,5%), and the highest bacterial sensitivity
to piperacillin/tozobaktam (89,7%), meropenem (82,9%), imepenem (78,1%), amikacin (76,3%),
fosfomycin/ trometamol (59,5%) and levofloxacin (56,1%).
Keywords: bacteria, antibiotic, resistance, sensitivity, pus.

21
Nurmala, IGN Virgiandhy, Andriani, Delima F.Liana eJKI

Pendahuluan RSU dr. Sudarso Pontianak yang diperiksa di Unit


Penyakit infeksi masih merupakan masalah Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
kesehatan masyarakat yang penting.1,2 Berdasarkan tahun 2011-2013. Data diolah secara deskriptif
data Profil Kesehatan Kota Pontianak tahun 2012, dan dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi
penyakit infeksi menempati urutan pada sepuluh frekuensi dan grafik.
penyakit terbanyak di kota Potianak.3
Salah satu respons tubuh terhadap infeksi Hasil
adalah terbentuknya pus. Pus merupakan cairan Pada penelitian ini didapatkan 21 jenis bak-
kaya protein hasil proses inflamasi yang terbentuk teri dari seluruh sampel yang diperiksa. Bakteri
dari sel (leukosit), cairan jaringan dan debris yang paling banyak ditemukan adalah Citrobacter
selular.4 Pus yang berlangsung lama menandakan freundii (18%), P. aeruginosa (17,1%), S. epider-
adanya bakteri yang terus menerus berkembang midis (15,3%), P. mirabilis (9%), E. coli (7,2%),
di daerah cedera sehingga perlu dilakukan kultur S. saprophyticus (6,3%), E. cloacae (4%), C. di-
dan uji resistensi untuk mengetahui jenis bakteri versus (3,6%), E. aerogenes, K.pneumoniae, E.
lalu diberikan terapi yang sesuai.5 liquifa (2,7%), E. hafniae, P. alcaligentes (1,8%),
Obat untuk mengatasi infeksi bakteri adalah L. monocytogenes, Bacteroides sp., P. vulgaris,
antibiotik. Dengan berjalannya waktu, terjadi P. rettgeri, S. pyogenes, Acinetobacter sp. dan S.
perubahan pada praktik perawatan kesehatan. aureus (0,9%). Bakteri gram-negatif lebih banyak
Penderita yang dirawat di rumah sakit dalam ditemukan yaitu 70,3% sedangkan bakteri gram-
jangka panjang semakin banyak sehingga positif 29,7%.
pajanan terhadap antibiotik semakin bertambah C. freundii paling banyak ditemukan.
dan meningkatkan resistensi terhadap antibiotik.6 Bakteri tersebut sensitif terhadap piperasilin/
Selain itu sekitar 40-62% antibiotik digunakan tozobaktam (94,7%), meropenem (81,3%) dan
secara tidak tepat untuk penyakit yang sebenarnya amikasin (78,9%). P. aeruginosa sensitif terhadap
tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian di piperasilin/tozobaktam (81,8%), imepenem
berbagai rumah sakit ditemukan sebanyak 30%- (62,5%) dan meropenem (66,7%). S. epidermidis
80% penggunaan antibiotik tidak berdasarkan sensitif terhadap imepenem (92,3%), piperasilin/
indikasi.2 Untuk mengurangi resistensi, pemilihan tozobaktam (90,9%) dan meropenem (88,9%). Pola
antibiotik harus berdasarkan informasi spektrum resistensi dan sensitivitas tiga bakteri terbanyak
bakteri penyebab infeksi dan pola kepekaan dapat dilihat pada gambar 1.
terhadap antibiotik.2 Gambar 2 menunjukkan sensitivitas tertinggi
Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Soedarso bakteri terhadap antibiotik adalah piperasilin/
Pontianak merupakan pusat rujukan berbagai tozobaktam (89,7%), meropenem (82,9%),
daerah di Kalimantan Barat. Pemeriksaan kultur imepenem (78,1%), amikasin (76,3%), fosfomisin/
dan uji resistensi di RSU dr. Soedarso hanya trometamol (59,5%) dan levofloksasin (56,1%).
dilakukan di Unit Laboratorium Kesehatan Provinsi Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu C.
Kalimantan Barat. Sehubungan dengan hal freundiii, resisten 100% terhadap sefadroksil, se-
tersebut perlu dipelajari pola bakteri dan resistensi furoksim, sefaleksin, klindamisin, doksisiklin, eritro-
serta sensitivitasnya terhadap antibiotik di RSU dr. misin, linkomisin, oksasilin, kolistin sulfat, sulfona-
Soedarso. mid dan metronidazol. Bakteri terbanyak kedua
adalah P. aeruginosa yang resistensi 100% terha-
Metode dap amoksisilin/asam klavulanat, sefadroksil, sefu-
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif roksim, sefaleksin, klindamisin, eritromisin, kana-
retrospektif. Penelitian dilakukan di Bagian misin, linkomisin, neomisin, nitrofuratoin, oksasilin,
Mikrobiologi Unit Labolatorium Kesehatan (ULK) pefloksasin, pipemedic acid, tetrasiklin, tikarsilin,
Provinsi Kalimantan Barat. Data yang diperoleh sefepim, furazolidon, metronidazol. S. epidermidis
merupakan data sekunder yang didapatkan dari resisten 100% terhadap karbanesilin, sefuroksim,
catatan rekam teknis ULK. Sampel adalah hasil metronidazol dan sulfametoksazol/trimetasprim.
pemeriksaan kultur bakteri dan uji resistensi Secara keseluruhan, bakteri yang ditemukan pada
serta sensitivitasnya pada spesimen pus pasien spesimen pus mengalami resistensi terhadap 40
jenis antibiotik.

22
Vol. 3, No. 1, April 2015 Resistensi dan Sensitivitas Bakteri

Piperasilin/ Tozobaktam
Meropenem
Imipenem
Amikasin
Fosfomisin
Levofloksasin
Enfrofloksasin
Norfloksasin
Siprofloksasin
Ofloksasin
Moksifloksasin

Terbanyak
Pefloksasin
Nitrofuratoin

Terbanyak
Aztreonam
Kloramfenikol
Seftriakson

Bakteri
S. epidermidis

TigaBakteri
Amoksisilin/ Asam klavulanat
Oksitetrasiklin
Sefepim

Sensitivitas Tiga
Sefotaksim
Gentamisin

danSensitivitas
Pipemedic acid

P. aeruginosa
Tetrasiklin
Tikarsilin
Kanamisin

Resistensidan
Ampisilin
Azitromisin

Resistensi
Tobramisin
Sulfametoksazol/ Trimetoprim
C. freundii

Neomisin
1. Pola

Karbanesilin
1. Pola

Sulfonamid
Ampramisin
Gambar

Eritromisin
Gambar

Doksisiklin
Kolistinsulfat
Sefalotin
Furazolidon
Sefazolin
Linkomisin
Klindamisin
Sefadroksil
Oksasilin
Sefuroksim
Sefaleksin
Metronidazol
0
120

100

80

60

40

20

23
Nurmala, IGN Virgiandhy, Andriani, Delima F.Liana eJKI

Piperasillin/ Tozobaktam
Meropenem
Imepenem
Amikasin
Fosfomisin/trometamol
Levofloksasin
Enfrofloksasin
Norfloksasin

Gambar 2. Pola Resistensi dan Sensitivitas Keseluruhan Bakteri terhadap Antibiotik


Siprofloksasin
Ofloksasin

Gambar 2. Pola Resistensi dan Sensitivitas Keseluruhan Bakteri terhadap Antibiotik


Moksifloksasin
Pefloksasin
Nitrofuratoin
Aztreonam
Kloramfenikol
Seftriakson
Amoksisilin/ Asam Klavulanat
Oksitetrasiklin
Sefepim
Sefotaksim
Gentamisin

Sensitif
Pipemedic acid
Tetrasiklin
Tikarsilin
Kanamisin

5
Resisten

Ampisilin/ Sulbaktam
Azitromisin
Tobramisin
Sulfametoksazol/ Trimetoprim
Neomisin
Karbenesilin
Sulfonamid
Ampramisin
Eritromisin
Doksisiklin
Kolistinsulfat
Sefalotin
Furazolidon
Sefazolin
Linkomisin
Klindamisin
Sefadroksil
Oksasilin
Sefuroksim
Sefaleksin
Metronidazol
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
100%

24
Vol. 3, No. 1, April 2015 Resistensi dan Sensitivitas Bakteri

Pembahasan perlu dilakukan pengendalian berupa cuci tangan,


Pus merupakan hasil dari proses infeksi asepsis secara cermat, sterilisasi peralatan,
bakteri yang terjadi akibat akumulasi jaringan desinfeksi dan pembatasan terapi intravena.5
nekrotik, netrofil mati, makrofag mati dan cairan Angka infeksi nosokomial terus meningkat
jaringan. Setelah proses infeksi dapat ditekan, pus mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih
secara bertahap akan mengalami autolisis dalam dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit
waktu beberapa hari, kemudian produk akhirnya seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari
akan diabsorpsi ke jaringan sekitar. Pada beberapa 11 rumah sakit di Jakarta tahun 2003 didapatkan
kasus, proses infeksi sulit ditekan sehingga angka infeksi nosokomial untuk infeksi luka operasi
mengakibatkan pus tetap diproduksi. Hal tersebut 18,9%, infeksi saluran kemih 15,1%, infeksi aliran
dapat disebabkan bakteri yang menginfeksi darah primer 26,4%, pneumonia 24,5%, infeksi
mengalami resistensi terhadap antibiotik. Pada saluran napas lain 15,1%, dan infeksi lain 32,1%.13
penelitian ini, sampel yang diambil berasal dari Resistensi pada C. freundii dikendalikan
infeksi yang menghasilkan pus dalam jangka waktu oleh plasmid yang dapat ditransmisikan. Plasmid
lama, sehingga dilakukan pemeriksaan kultur mengatur enzim yang dihasilkan bakteri untuk
dan uji resistensi serta sensitivitas terhadap pus mendegradasi antibiotik, yaitu beta-laktamase.
tersebut untuk diberikan terapi yang tepat. Enzim yang mendegradasi antibiotik bekerja di
Bakteri yang paling sering ditemukan ruang periplasma, sehingga antibiotik yang sudah
pada spesimen pus adalah Staphylococcus, menembus membran luar dapat dihancurkan
Streptococcus atau bakteri batang gram-negatif sebelum antibiotik tersebut mencapai tempat
enterik.5 Pada penelitian Verma bakteri yang kerjanya.5
ditemukan pada spesimen pus adalah S. aureus Pada penelitian ini bakteri gram-negatif lebih
(40%), Klebsiella sp (33%), P. aeruginosa (18%), banyak ditemukan dari pada bakteri gram-positif.
E. coli (16%) dan P. sp (7%).7 Pada penelitian Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Chudlori yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi, Chudlori dan Verma. Pada penelitian Chudlori
bakteri yang paling banyak ditemukan adalah S. ditemukan bakteri gram-negatif 66,04% dan pada
aureus (30,2%) A. baumani (15,1%), E.coli (15,1%), penelitian Verma 60%. Bakteri gram-negatif lebih
K. pneumoni (11,3%).8 Pada penelitian ini bakteri sering mengalami resistensi dan menyulitkan
yang paling banyak ditemukan adalah C. freundii dalam terapi. Resistensi bakteri disebabkan
(18%) diikuti oleh P. aeruginosa (17,1%) dan S. penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Pada era
epidermidis (15,3%). Perbedaan hasil tersebut sebelum penggunaan antibiotik sekitar tahun 1940,
mungkin disebabkan pergeseran pola bakteri bakteri gram-positif merupakan penyebab infeksi
yang ditemukan pada spesimen pus. Faktor yang nosokomial terbanyak, tetapi setelah antibiotik
mempengaruhi pergeseran pola bakteri adalah digunakan maka penyebab infeksi mengalami
perbedaan respons imun, faktor genetik populasi, perubahan, yaitu lebih sering ditemukan bakteri
perbedaan cara analisis mikrobiologi, perbedaan gram-negatif.14 Oleh karena itu perlu dibentuknya
tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan serta suatu badan komite atau surveilans yang bertugas
perubahan pola pemakaian antibiotik.9 mengontrol perkembangan bakteri tersebut.
C. freundii merupakan bakteri gram-negatif
aerob yang sering ditemukan di air, tanah, makanan, Pola Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik
kotoran dan saluran pencernaan pada manusia Bakter yang dianalisis pada penelitian ini
dan hewan. Bakteri tersebut menjadi patogen masih sensitif terhadap amikasin, imipenem,
jika berada di luar saluran pencernaan atau di meropenem, piperasilin/tozobaktam, fosfomisin
tempat yang jarang terdapat flora normal.5 Di luka dan levofloksasin.
pertahanan flora normal sangat rendah, sehingga Amikasin adalah kanamisin semisintetik dan
mempermudah bakteri menginfeksi. C. freundii lebih resisten terhadap berbagai enzim yang
menyebabkan infeksi pada traktus urinarius, dapat merusak aminoglikosida lain.15 Amikasin
traktus respiratorius, luka, tulang, peritoneum, memiliki spektrum aktivitas antimikroba terluas
endokardium dan meningen.10 dari golongan aminoglikosida. Karena keunikan
C. freundii juga merupakan salah satu resistensinya terhadap enzim penginaktivasi
penyebab infeksi nosokomial.11,12 Di rumah sakit aminoglikosida, amikasin aktif melawan sebagian
bakteri biasanya ditularkan melalui petugas, alat- besar basilus aerob gram-negatif di lingkungan
alat atau pengobatan parenteral. Oleh sebab itu maupun di rumah sakit. Termasuk diantaranya

25
Nurmala, IGN Virgiandhy, Andriani, Delima F.Liana eJKI

adalah sebagian besar galur Serratia, Proteus Fosfomisin merupakan antibiotik yang bekerja
dan P. aeruginosa. Beberapa rumah sakit dengan menghambat tahap awal sintesis dinding
membatasi penggunaannya untuk menghindari sel bakteri. Transport obat ke dalam dinding sel
resistensi. Amikasin aktif terhadap hampir melalui sistem transpor gliserofosfat atau glukosa
semua galur Klebsiella, Enterobactericeae dan 6-fosfatase. Fosmosin aktif terhadap bakteri gram-
E. coli yang resisten terhadap tobramisin dan positif dan gram-negatif. Secara in vitro, kombinasi
gentamisin.16 fosfomisin dengan antibiotik beta-laktam,
Piperasilin adalah penisillin berspektrum luas aminoglikosida atau florokuinolon memberikan
yang meliputi sebagian besar galur P. aeruginosa, efek sinergi.15,17
Enterobactericeae dan berbagai spesies Levofloksasin merupakan golongan
Bacteroides. Kombinasinya dengan inhibitor beta- florokuinolon. Mekanisme kerja obat ini adalah dengan
laktamase (piperasilin-tozobaktam) menjadikan menghambat sintesis DNA dengan menhambat
senyawa spektrum antimikroba yang paling luas.16 topoisomerase II (DNA gyrase) dan topoisomerase
Tozobaktam melindungi piperasilin dari hidrolisis IV. Antibiotik golongan ini aktif terhadap bakteri aerob
berbagai beta-laktamase; diindikasikan untuk gram-negatif dan memiliki aktivitas yang terbatas
infeksi intraabdominal, infeksi pelvis, infeksi kulit terhadap bakteri gram-positif.17
dan jaringan lunak, community acquired pneumonia Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah
dan pneumonia nosokomial.15 C. freundii. C. freundii ini sensitif terhadap
Imipenem dan meropenem adalah termasuk piperasilin/tozobaktam (94,7%), meropenem
golongan karbapenem; merupakan golongan beta- (81,3%) dan amikasin (78,9%). Hal ini tidak
laktam yang struktur kimianya berbeda dengan jauh berbeda dengan penelitian Khana yaitu C.
penisilin dan sefalosforin. Obat tersebut juga freundii sensitif terhadap piperasilin/tozobaktam,
memiliki spektrum antimikroba yang lebih luas.15 imipenem dan meropenem. Penggunaan obat ini
Imepenem dipasarkan dalam bentuk kombinasi harus dibatasi karena dapat berkembang menjadi
dengan silastatin, yakni obat yang menghambat resisten jika penggunaannya tidak tepat.18
penguraian imipenem oleh dipeptidase di
tubulus ginjal.16 Imipenem merupakan antibiotik Pola Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik
berspektrum sangat luas, meliputi bakteri gram- Secara keseluruhan sampel bakteri resistensi
positif, gram-negatif, baik yang aerobik maupun terhadap 40 antibiotik dari 46 antibiotik yang
anaerobik dan bersifat bakterisida. Obat tersebut diperiksa. Resistensi tertinggi ditunjukkan oleh
resisten terhadap berbagai jenis beta-laktamase metronidazol, sefaleksin, sefuroksim, oksasilin dan
baik yang di perantarai plasmid maupun sefadroksil.
kromosom. Imipenem in vitro sangat aktif terhadap Metronidazol memiliki resistensi paling tinggi
kokus gram-positif, termasuk stafilokokus, terhadap antibiotik yaitu 96,43%. Metronidazol
streptokokus, pneumokokus dan E. faecalis serta merupakan antiprotozoa dan antibakteri yang
bakteri penghasil beta-laktamase lainnya. Obat efektif melawan parasit protozoa anaerob dan
tersebut tidak aktif terhadap stafilokokus yang basil gram-negatif anaerob, termasuk Bacteroides
resisten metisilin atau galur yang uji koagulasenya sp., dan gram-positif anaerob pembentuk-spora.
negatif. Imipenem aktif terhadap sebagian besar Metronidazol tidak efektif terhadap bakteri aerob,
Enterobactericeae, potensinya sebanding dengan karena bakteri aerob tidak memiliki komponen
aztreonam dan sefalosporin generasi ketiga. Selain transpor elektron seperti organisme anaerobik.
itu spektrumnya meluas mencakup bakteri yang Bakteri anaerob memiliki komponen transpor
resisten terhadap penisilin, aminoglikosida dan elektron yang memiliki potensial redoks negatif
sefalosporin generasi ketiga. Imipenem digunakan yang cukup untuk mendonorkan elektron ke
untuk pengobatan infeksi berat oleh kuman yang metronidazol. Metronidazol merupakan prodrug,
sensitif, termasuk infeksi nosokomial yang resisten yaitu memerlukan aktivasi reduktif pada gugus
terhadap antibiotik lain.15 nitro oleh organisme rentan. Transfer elektron
Meropenem adalah derivat dimetilkarbamoil tunggal membentuk anion radikal nitro yang sangat
pirolidinil dan tienamisin. Obat tersebut tidak reaktif. Anion tersebut membunuh organisme
dirusak enzim dipeptidase di tubuli ginjal sehingga rentan melalui mekanisme yang diperantarai oleh
tidak perlu dikombinasi dengan silastatin. Spektum radikal.16 Pada penelitian ini bakteri aerob lebih
aktivitas in vitro dan efek kliniknya sebanding banyak ditemukan dan bakteri anaerob hanya 1
dengan imipenem.15 isolat, yaitu Bacterioides sp. Penjelasan di atas

26
Vol. 3, No. 1, April 2015 Resistensi dan Sensitivitas Bakteri

dapat menjelaskan mengapa metronidazol resisten mencapai tempat kerjanya atau perubahan dalam
terhadap hampir seluruh isolat yang diperiksa. PBP yang merupakan targetnya.16
Resistensi tertinggi berikutnya adalah Amoksisilin merupakan obat yang sering
sefaleksin (95,8%), sefuroksim (92,2%) dan digunakan di masyarakat tanpa resep dokter
sefadroksil (91,5%). Sefaleksin dan sefadroksil karena dijual bebas. Resistensi terhadap
merupakan sefalosporin generasi pertama yang amoksisilin adalah 67,16%. Amoksisilin yang
memiliki aktivitas baik untuk bakteri gram-positif diujikan dikombinasikan dengan asam klavulanat.
dan memiliki aktivitas yang sedang terhadap Amoksisilin merupakan penisilin semisintetik
bakteri gram-negatif. Sefuroksim merupakan yang rentan terhadap penisilinase dan memiliki
sefalolosporin generasi kedua yang memiliki aktivitas antibakteri berspektrum luas. Asam
spektrum lebih luas dari generasi pertama dan klavulanat merupakan inhibitor beta-laktamase
aktif terhadap Enterobacter sp, positif-indol dan yang melindungi amoksisilin dari hidrolisis beta-
Klebsiella sp. Mekanisme resistensinya adalah laktamase. Kombinasi keduanya akan memperluas
ketidakmampuan antibiotik untuk mencapai spektrum aktivitas.16 Mekanisme resistensinya
tempat kerjanya atau perubahan dalam PBP adalah bakteri menghasilkan enzim beta-
yang merupakan targetnya.16 Ketidakmampuan laktamase, perubahan PBP dan enzim autolisin
antibiotik untuk mencapai target karena bakteri bakteri tidak bekerja sehingga timbul toleransi
menghasilkan enzim beta-laktamase, baik bakteri bakteri terhadap obat.15
gram-positif maupun bakteri gram-negatif. Bakteri Resistensi terhadap siprofloksasin adalah
gram-positif mensekresikan enzim beta-laktamase 55,8%. Siprofloksasin merupakan golongan quinolon
keluar sel dalam jumlah relatif besar sehingga obat yang bekerja dengan menghambat sintesis asam
yang akan menembus dinding sel menjadi tidak nukleat. Aktivitas antimikrobanya adalah bakterisida
aktif. Bakteri gram-negatif mensekresikan enzim berspektrum luas. Resistensi dapat timbul selama
beta-laktamase dalam jumlah sedikit, namun terapi melalui mutasi pada gen kromosom bakteri
lokasinya strategis yaitu ke ruang periplasma. Obat yang mengkode DNA-girase atau topoisomerase
yang mampu menembus membran luar tidak dapat IV atau melalui transpor aktif obat keluar dari
mencapai targetnya, yaitu PBP.15 bakteri. Tidak teridentifikasi aktivitas bakteri yang
Oksasilin merupakan golongan penisilin atau memodifikasi atau mengiaktivasi kuinolon.16
sering disebut sebagai penisilin anti-stafilokokus Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu
yang memiliki aktivitas antimikroba berspektum C. freundiii; 100% resisten terhadap sefadroksil,
sempit dan tahan terhadap penisilinase. Indikasi sefuroksim, sefaleksin, klindamisin, doksisiklin,
oksalisilin adalah untuk mengatasi stafilokokus eritromisin, linkomisin, oksasilin, kolistin sulfat,
yang resisten terhadap golongan beta-laktam. sulfonamid dan metronidazol. Sefuroksim
Mekanisme resistensi adalah perubahan PBP, yaitu merupakan obat yang memiliki sifat resisten alami
dengan memodifikasi PBP sehingga mempunyai terhadap C. freundii.20 Klindamisin, linkomisin,
afinitas rendah terhadap antibiotik beta-laktam dan doksisiklin dan eritromisin merupakan obat
secara klinik membutuhkan konsentrasi obat yang yang bekerja dengan menghambat sintesis
tidak dapat dicapai untuk mempengaruhi ikatan protein. Mekanisme resistensi terjadi melalui tiga
dan menghambat pertumbuhan bakteri.19 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid, yaitu
Sefotaksim dan seftriakson merupakan obat dengan menurunnya permeabilitas membran
yang sering digunakan di RSU dr. Soedarso; (porin), perubahan reseptor pada ribosom, dan
resisten 70,7% dan 66,2% yang menandakan hidrolisis oleh esterase.15 C. freundii juga resisten
bahwa kebanyakan bakteri pada spesimen pus telah oksasilin, golongan penisilin yang memiliki aktivitas
resisten terhadap kedua obat tersebut. Sefalosporin antimikroba berspektrum sempit dan tahan terhadap
generasi ketiga merupakan obat pilihan untuk penisilinase yang digunakan untuk mengatasi
infeksi serius akibat bakteri enterik gram-negatif; stafilokokus yang resisten golongan beta-laktam.
sangat resisten terhadap beta-laktamase dan Mekanisme resistensi adalah perubahan PBP.19
mempunyai aktivitas baik terhadap banyak bakteri. Sulfonamid merupakan antimikroba yang bekerja
Pada penelitian ini, obat tersebut mengalami dengan mengganggu metabolisme bakteri, yaitu
resistensi yang cukup tinggi. Mekanisme resistensi dengan substitusi PABA. Mekanisme resistensinya
obat itu adalah ketidakmampuan antibiotik untuk adalah mutasi yang meningkatkan produksi PABA.15

27
Nurmala, IGN Virgiandhy, Andriani, Delima F.Liana eJKI

Kesimpulan 10. Shih CC, Chen YC, Chang SC, Luh KT, Hsieh WC.
Terdapat 21 jenis bakteri pada spesimen pus. Bacteremia due to Citrobacter species: significance
Bakteri gram-negatif lebih banyak ditemukan dari of primary intraabdominal infection. Clinical Infection
pada bakteri gram-positif. Sensitivitas tertinggi Disease. 1996.23:543‑9
11. Murray, Patrick R, Roshental KS, Pfaller MA. Medical
keseluruhan bakteri adalah terhadap piperasilin/
microbiology 6th Ed. Canada: 2009.
tozobaktam, meropenem, imepenem, amikasin,
12. Metri BCP, Casavaraj VP. Anti‑microbial resistance
fosfomisin/trometamol, dan levofloksasin. profile of Citrobacter species in a tertiary care
Resistensi tertinggi keseluruhan bakteri adalah hospital of southern India. Indian Journal of Medical
terhadap metronidazol, sefaleksin, sefuroksim, Sciences. 2011;65(10):429-33.
oksasilin dan sefadroksil. 13. Depkes RI, Pedoman manajerial pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit
Daftar Pustaka dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta:
1. Nelwan RHH. Pemakaian antimikroba secara Departemen Kesehatan RI; 2008.
rasional di klinik. Jakarta: FKUI, 2009. 14. Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang P. Pola
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman penggunaan kepekaan kuman terhadap antibiotika di ruang rawat
antibiotik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011. intensif RS Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002.
3. Pemerintah Kabupaten Kota Pontianak. Profil Makara Kesehatan. 2004;8(2):41-48.
Dinas Kesehatan Tahun 2012. Pontianak: Dinas 15. Setiabudy R. Antimikroba. Dalam: Gunawan
Kesehatan Kota Pontianak; 2012. SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor.
4. Dorland WA, Newman. Kamus saku kedokteran Farmakologi dan terapi. Ed ke-5. Jakarta: Fakultas
Dorland (terjemahan). Jakarta: EGC; 2011. Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
5. Brooks GF, Janet S. Butel, Morse SA.Mikrobiologi 16. Gilman, Goodman A. 2012, Goodman & Gilman
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, Ed 25, Dasar Farmakologi Terapi, Ed 10, Jakarta, EGC
Jakarta: EGC; 2012 17. Katzung BG, Susan BM, Anthony JT. Basic & clinical
6. Mardiastuti HW. Emerging resistance pathogen: pharmacology. Ed ke-11. Philadelphia: Mc Graw Hill;
situasi terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat, 2012.
Timur Tengah dan Indonesia, Maj Kedokt Indon. 18. Khana A, Singh N, Aggarwal A, Khana M. The
2007;5:76. antibiotic resistance pattern in Citrobacter species:
7. Verma P. A study on isolation of different type of an emerging nosocomial pathogen in tertiary care
bacteria from pus. International Journal Of Pharmacy hospital. JCDR. 2012;6(4):642-4.
& Life Sciences. 2012;3(11):2107-10. 19. Mary JM, Richard AH, Pamela CC. Prinsip terapi
8. Chudlori B, Kuswandi M, Indrayudha P. Pola kuman antimikroba. Dalam: Hartanto H, editor. Farmakologi
dan resistensinya terhadap spesimen pus di RSU dr. ulasan bergambar. Ed ke-2. Jakarta: Widya Medika;
Moewardi tahun 2012. Pharmacon. 2012:13(2):70-5. 2001.
9. Kardana IM. Pola kuman dan sensitifitas antibiotik di 20. CLSI. Performance standards for antimicrobial disk
ruang perinatologi. Sari Pediatri. 2011;12(6): 384 susceptibility tests; approved standard. 2012;29(1):1.

28

Anda mungkin juga menyukai