Fraktur horizontal yang memanjang melibatkan enamel, dentin, sementum,
dan pulpa. Fraktur akar akan menghasilkan bagian baru dari akar, yang disebut fragmen (Tsukiboshi, 2000). Fraktur akar biasanya disebabkan oleh horizontal impact atau benturan dengan arah horizontal. Benturan yang keras akan menghasilkan gaya yang mendorong fragmen koronal ke arah palatal dan pada posisi sedikit ekstrusi. Pada kondisi seperti ini pulpa kemungkinan besar teregang, tapi kondisinya bisa parah maupun tidak tergantung dari sifat elastisitasnya (Andreasen, 2008). Fraktur akar dapat disertai nekrosis pulpa maupun tidak disertai nekrosis pulpa. Pada fraktur akar yang disertai nekrosis pulpa, ada dua tipe dari nekrosis pulpa: 1) yang disebabkan karena keparahan pulpa diantara bagian akar yang patah (nekrosis pulpa hanya terjadi pada bagian koronal) dan 2) yang disebabkan karena kerusakan vaskular di daerah apikal (nekrosis pada seluruh pulpa) (Tsukiboshi, 2000). a. Diagnosis : Selain dari penampakan klinis, diagnosis dari fraktur akar horizontal ditegakkan melalui pemeriksaan radiografis. Gejala : Pada fraktur akar akan terjadi kegoyahan gigi atau perubahan posisi yang disertai rasa nyeri ketika menggigit. Pada umumnya gejalanya ringan, jika kegoyahan atau berubahnya letak mahkota gigi ringan saja atau tidak ada, pasien bisa tidak mengeluhkan apa-apa dan mungkin tidak mencari perawatan. Penampakan klinis : Gigi dengan fraktur akar intraalveolar akan sedikit terlihat mengalami dislokasi. Garis fraktur cenderung lebih koronal pada aspek labial, lebih luas ke apikal pada aspek lingual, dengan fragmen koronal gigi biasanya berpindah lebih ke lingual. Apabila dilakukan tes perkusi, maka gigi akan menunjukkan sedikit mobilitas. Terkadang timbul perdarahan pada sulkus gingiva. Mahkota klinis terkadang mengalami diskolorisasi. Fraktur yang makin ke servikal, maka makin berubah letak segmen koronalnya dan makin besar kemungkinan adanya nekrosis pada segmen tersebut. Pemeriksaan radiografis : Terdapat garis radiolusen antara segmen yang terpisah pada akar setelah trauma terjadi. Jika terjadi kontaminasi bakteri pada segmen koronal, akan terlihat periradikuler radiolusen pada tulang di daerah fraktur. Bila nantinya pasca perawatan yang berhasil, segmen koronal kembali vital, akan terlihat kalsifikasi secara radiografi. b. Perawatan Perawatan (pembuatan splint) pada fraktur akar merupakan indikasi apabila segmen koronalnya mengalami kegoyahan. Fraktur akar di daerah apeks dan sepertiga tengah pada umumnya tidak memerlukan perawatan segera tetapi harus diobservasi untuk waktu yang lama (Walton dan Torabinejad, 2003). Fraktur akar horizontal dengan garis fraktur yang tidak berhubungan dengan rongga mulut : Semua kasus fraktur akar horizontal dengan garis fraktur yang tidak berhubungan dengan rongga mulut sebaiknya dirawat dengan asumsi pulpa tidak mengalami kerusakan irreversible. Perawatan endodontik sebaiknya tidak dilakukan pada waktu awal, bahkan apabila tidak ada respon positif tes sensitivitas pulpa sebagaimana biasa ditemui pada gigi yang mengalami fraktur akar. Fraktur akar horizontal dengan garis fraktur yang berhubungan dengan rongga mulut : Pemeriksaan awal (initial assessment) harus dibuat untuk mengetahui apakah garis fraktur melibatkan rongga mulut sehingga menyebabkan gerakan gigi saat pengunyahan serta resesi gingiva. Apabila hal tersebut terjadi maka sebaiknya fragmen koronal dikeluarkan dan sisa akar dipertimbangkan, apabila gigi akan dipertahankan maka sebaiknya dilakukan perawatan endodontik. Terapi awal untuk fraktur akar adalah dengan reposisi segmen korona di tempatnya semula jika terjadi perubahan letak gigi, dan menstabilkannya dengan pemasangan splint. Reposisi fraktur akar secara akurat pada awal penanganan dapat mengurangi kemungkinan nekrosis pulpa. Reposisi dapat dilakukan dengan hanya menggunakan tekanan jari dan mengembalikan ke lengkung yang benar atau bisa juga lebih rumit sehingga diperlukan perawatan ortodonsia. Ketika segmen korona telah kembali ke tempatnya semula, tindakan selanjutnya yaitu menstabilkannya agar jaringan periodontal dapat mengalami perbaikan. Pemasangan splint harus memadai sehingga terjadi kalsifikasi secara internal di rongga pulpa maupun eksternal melintasi garis fraktur. Pemasangan splint yang direkomendasikan adalah splint yang non rigid dan atraumatik yaitu sampai 4 minggu, kecuali pada fraktur molar ketiga yang membutuhkan splinting hingga 4 bulan. Jika terjadi perbaikan jaringan dan pulpanya tidak menjadi nekrosis, gigi yang mengalami fraktur akar tidak memerlukan perawatan saluran akar (Walton dan Torabinejad, 2003).
Fraktur akar horizontal yang dangkal (shallow root fracture) :
Pada shallow root fracture, jika sisa akar dianggap cukup kuat untuk mendukung mahkota prostetik, maka akar harus diekstrusikan baik secara bedah maupun secara ortodontik. Akar yang pendek merupakan indikasi dilakukan ekstraksi. Jika ekstraksi dipilih, maka pengembalian estetis dan fungsional dapat dilakukan dengan autotransplantasi, implan, gigi tiruan cekat ataupun penutupan celah secara ortodontik. Secara umum, semakin dekat fraktur akar ke arah servikal semakin lama waktu perawatan yang dibutuhkan. Fraktur akar horizontal yang dalam (deep root fracture) : Pada deep root fracture sebaiknya fragmen patahan direposisi dan dilakukan splinting dengan bantuan gigi sebelahnya. Untuk membantu penyembuhan pulpa dan ligamen periodontal, segmen koronal dan apikal di reposisi sedekat mungkin menggunakan splint rigid pada permukaan bukal. Posisi splint sebaiknya dievaluasi secara radiograf. Perawatan dengan splint bukal ini sebaiknya berlangsung selama 2 sampai 4 bulan. Namun apabila waktu injuri terlalu lama, akan lebih sulit mereposisi segmen koronal dengan segmen apikal. Fraktur akar dengan fragmen apikal yang mengalami nekrosis : Pada kasus dengan fragmen apikal yang mengalami nekrosis dengan ditandai adanya radiolusen periapikal, perawatan dilakukan dengan root filling pada fracture site dan mengambil fragmen apikal, atau root filling dengan melibatkan fragmen apikal. c. Follow-up Selama 3 bulan apabila terlihat adanya tanda-tanda nekrosis pulpa maka prosedur perawatan endodontik harus segera dilakukan. (Tsukiboshi, 2000). Apabila nekrosis pulpa berkembang, dilakukan perawatan temporary root canal filling dengan kalsium hidroksida selama 4-6 bulan diikuti pengisian saluran akar dengan gutta percha atau MTA pada area fraktur tersebut.