Anda di halaman 1dari 6

V.

Data Pengamatan dan Perhitungan

5.1 Tahap Dekstuksi


Penimbangan bahan :
Susu : 1,001 gram
Kalsium Sulfat : 7,5065 gram
Raksa(II)Oksida : 0,352 gram
- Ketika bahan dicampur menjadi warna orange, setelah ditambahkan H2SO4
menjadi warna coklat kehitaman.

5.2 Tahap Destilasi


Penimbangan Bahan :
Kalium Sulfat : 0,6004 gram
Hasil destilasi :
- 50 ml ammonia hasil desrilasi + 50 ml HCL dalam erlenmeyer.
Jumlah volume yang akan dititrasi adalah 100 ml.

5.3 Tahap Titrasi


1. Penimbangan Asam Oksalat :

𝑔𝑟 1000
0,1 N = x
63 250

63 𝑥 0.1
Gram Asam Oksalat =
4

Gram Asam Oklatat = 1,575 gram


2. Pembakuan NaOH
V asam Oksalat : 25 ml
V NaOH yang terpakai : 17,5 ml

V (Asam Oksalat) x N (Asam Oksalat) = V (NaOH) x N (NaOH)

25 x 0,1 = 17,5 x N (NaOH)

25 ×0,1
N (NaOH) =
17,5

N (NaOH) = 0,1428 N

3. Blanko HCl
V HCl : 50 ml
V NaOH yang terpakai : 48,7

V (NaOH) x N (NaOH) = V (HCl) x N (HCl)

48,7 x 0,1428 = 50 x N (HCl)

N (HCl) = 0,1390 N
4. Penetapan kadar protein total

14 𝑥 (𝑚𝐿 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛) 𝑥 (𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛)


%N= x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 1000

14 𝑥 (48,7−14,2) 𝑥 (0,1428)
%N= x 100%
1,001 𝑥 1000

% N = 6,9 %

% Protein = 6,38 x 6,9 %

% Protein = 44,022 %
VI. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar protein total dengan


menggunakan metode Kjeldahl. Prinsip dari percabaan ini adalah oksidasi, dimana
sampel dioksidasi oleh asam sulfat pekat menggunakan katalisator sehingga protein
dan asam amino menjadi amonium sulfat. Dalam suasan basa akan dibebaskan
amoniak, kemudian amoniak didestilasi dan destilatnya detangkap oleh larutan asam,
bila terbentuk kelebihan asam dilakukan titrasi balik. Kadar protein total samepl
dapat dihitung dari kuantifikasi amonia dedngan menggunakan faktor konversi.

Metode Kjeldahl yang telah dikembangkan untuk menganalisis contoh protein


dengan kandungan protein sangat kecil (mikrogram). Cara Kjeldahl digunakan untuk
menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena
yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Akan tetapi secara teknis
hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa lain selain
protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan jumlah N total ini tetap
dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Dasar perhitungan penentuan
protein menurut Kjeldahl ini adalah penelitian dan pengamatan yang menyatakan
bahwa umumnya protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein
murni). Untuk senyawa-senyawa protein tertentu yang telah diketahui kadar unsur N-
nya, maka angka yang lebih tepat dapat dipakai (Sudarmadji, 2010)

Prinsip metode Kjeldahl adalah mengukur kadar nitrogen (N) sampel


kemudian dikalikan dengan suatu faktor konversi yang besarnya bergantung dari jenis
bahan. Kadar N sampel ditentukan berdasarkan jumlah N yang tereduksi seperti
NH2 dan NH yang ada dalam bahan sampel. Penentuan protein dengan metode
Kjeldahl terdiri atas tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Destruksi adalah
proses penguraian unsur-unsur yang ada di dalam bahan. Pada tahap ini sampel
dicampurkan dengan H2SO4 pekat. Penambahan katalisator dimaksudkan untuk
menaikkan titik didih sehingga proses destruksi dapat berjalan dengan cepat. Tetapi
apabila bahan yang mengandung protein kaya asam amino seperti susu, memerlukan
katalisator dalam jumlah yang cukup banyak. Kelebihan dari metode Kjeldahl ini
dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan pangan. Prosedur
penetapannya tidak membutuhkan biaya mahal dan hasilnya cukup akurat. Salah satu
kelemahan dari metode Kjeldahl adalah metode ini mengukur bukan hanya nitrogen
pada protein, tetapi juga nitrogen dalam protein menjadi sangat penting untuk
digunakan sebagai faktor konversi dalam perhitungan (Muchtadi, 1989).

1. Tahap Destruksi

Pada tahap dekstruksi, dilakukan oksidasi sampel. Sampel yang digunakan


adalah susu. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram lalu dimasukkan kedalam labu
kjeldahl. Kemudian ditambahkan Kalium sulfat sebanyak 7,5 gram. Kalium sulfat
tersebut berperan sebagai penyerap air. Lalu ditambahkan raksa(II) oksida sebanyak
0,35 gram yang berguna sebagai katalisator. Kemudian ditambahkan 15 ml asam
sulfat pekat yang berperan sebagai oksidator. Sampel yang di destruksi dengan
memanaskan sampel dalam asam sulfat pekat akan terjadi penguraian sampel menjadi
unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan P. Unsur N dalam protein ini
dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Hasil destruksi
adalah ion NH4+ yang menunjukkan keberadaan protein. Ion ammonium bereaksi
dengan ion sufat dari asam sulfat membentuk ammonium sulfat. Pada tahap ini terjadi
reaksi :

N organik + H2SO4 (NH4)2SO4

2. Tahap Destilasi

Tahap destilasi merupakan tahap lanjutan dari destruksi. Pada tahap destilasi,
ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH.
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi
tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Pada tahap ini terjadi reaksi :

(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3+ + Na2SO4 + 2H2O


3. Tahap Titrasi
Pada tahap titrasi digunakan Asam Oksalat sebagai baku primer, dan NaOH
sebagai baku sekunder. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah muda karena adanya indicator Phenolftalein. Pada pembakuan NaOH oleh
Asam Oksalat, volume titran yang terpakai sebanyak 17,5 ml. Sedangkan pada titrasi
blanko HCL sebanyak 50 ml , volume NaOH yang terpakai sebanyak 48,7 ml. Pada
titrasi sampel, volume titran yang terpakai sebanyak 14,2 ml. Setelah dilakukan
perhitungan, didapat hasil % N = 7,15% dan % protein = 45,617 %.
Kesimpulan

1. Kadar N total dari sampel yang berupa Susu adalah 6,9 %


2. Kadar protein dari sampel susu adalah senilai 44,022 %

Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty

Muchtadi.1989.Evaluasi Nilai Gizi Pangan.Bogor: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Jenderal Pendidikan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB

Anda mungkin juga menyukai