Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


PERUBAHAN SEKSUALITAS
(DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN BPH)

KELOMPOK 2

1. Ainun Umi Lestari MF (201604063)


2. Kisdyani Anggita Putri (201604065)
3. Wahyu Melia Rohliana (201604066)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah–Nya kepada penulis sehingga tugas membuat
makalah dari mata kuliah Sistem Reproduksi yang berjudul“Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Disfungsi Seksual” ini dapat selesai dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedia menerima saran dan
kritik dari pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas
kedepannya.

Mojokerto, 28 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Review Organ Reproduksi .......................................................... 3
2.2 Definisi Seks dan Seksualitas ..................................................... 16
2.3 Perkembangan Seksualitas .......................................................... 16
2.4 Fungsi/Pola Seksualitas............................................................... 17
2.5 Stimulus Seksual Secara Fisik dan psikologis ............................ 19
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Seksual ........... 21
2.7 Definisi Disfungsi Seksual .......................................................... 24
2.8 Etiologi ........................................................................................ 26
2.9 Tanda-Tanda Terjadi Disfungsi Seksual ..................................... 27
2.10Macam-Macam Disfungsi Seksual ............................................ 28
2.10 Terapi & Pengobatan Disfungsi Seksual................................... 31
2.11 Pathway ..................................................................................... 33
2.12 Penatalaksanaan Penunjang ...................................................... 33
2.13 Komplikasi ................................................................................ 35
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISFUNGSI
SEKSUAL
3.1 Pengkajian ................................................................................... 36
3.2 Diagnose Keperawatan................................................................ 38
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 39

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 40
4.2 Saran ............................................................................................ 40

ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia (KDM) merupakan kebutuhan yanng
sangat dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ini menyangkut fisiologi dan
psikologis yang mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa
ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya
merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi
banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah
istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita.
Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan
perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan
cinta dan menyatukan kehidupan secara intim.
Teori Hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan paling dasar pada
manusia. Antara lain ; pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran
gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur,
aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan
fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi
perlindungan dari ancaman terhadap tubuh dan kehidupan seperti
kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll. Perlindungan psikologis,
perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru atau asing
yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.

1
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki,
memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan
kekeluargaan.
4. Kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta
pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada
orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa definisi disfungsi seksual?
2. Apa saja yang menjadi etiologi disfungsi seksual?,
3. Bagaimana tanda dari disfungsi seksual dan masalah keperawatan yang
ditegakkan pada disfungsi seksual dan intervensi keperawatannya?
1.3 Tujuan
2. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah system reproduksi dan mengetahui
konsep teori disfungsi seksual dan asuhan keperawatan yang tepat.
3. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari disfungsi seksual.
b. Untuk mengetahui etiologi dari disfungsi seksual.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda dari disfungsi seksual.
d. Untuk mengetahui macam-macam disfungsi seksual.
e. Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan disfungsi seksual.
f. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
disfungsi seksual.
g. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada disfungsi seksual.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi
A. Anatomi Fisiologi Oragn Reproduksi Pria
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum

(kantung zakar) dan testis (buah zakar). Struktur dalamnya terdiri dari vas

deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.

1. Struktur Luar

Sperma (pembawa gen pria) dibuat di testis dan disimpan di dalam

vesikula seminalis. Ketika melakukan hubungan seksual, sperma

yang terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan

melalui vas deferens dan penis yang mengalami ereksi.

3
a. Penis terdiri dari:

- Akar (menempel pada didnding perut)

- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)

- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).

Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di

umung glans penis. Dasar glans penis disebut korona.

Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium)

membentang mulai dari korona menutupi glans penis.Sirkumsisi badan

penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil :

- 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak

bersebelahan

4
- Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.

Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan

tegak (mengalami ereksi).

b. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan

melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu

untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus

memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.

Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang

sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi

lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

c. Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak

di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.

Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat

testosteron (hormon seks pria yang utama).

B. Struktur Dalam

a. Epididimis terletak di atas testis dan merupakan saluran sepanjang 6

meter. Epididimis mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan

ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma. Vas

deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.

Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam

uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya

(misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas

deferens dan membentuk korda spermatika.

5
b. Uretra berfungsi 2 fungsi:

Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari

kandung kemih Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan

semen.

c. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul

dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya

sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia.

Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan

sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar

dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas

deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.

C. Fungsi

Selama melakukan hubungan seksual, penis menjadi kaku dan tegak

sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi (masuknya penis ke dalam

vagina)

Ereksi terjadi akibat interaksi yang rumit dari sitem saraf, pembuluh

darah, hormon dan psikis. Rangsang yang menyenangkan menyebabkan suatu

reaksi di otak, yang kemudian mengirimkan sinyalnya melalui korda spinalis

ke penis. Arteri yang membawa darah ke korpus kavernosus dan korpus

spongiosum memberikan respon, yaitu berdilatasi (melebar). Arteri yang

melebar menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah erektil ini, sehingga

daerah erektil terisi darah dan melebar.

6
Otot-otot di sekitar vena yang dalam keadaan normal mengalirkan

darah dari penis, akan memperlambat aliran darahnya. Tekanan darah yang

meningkat di dalam penis menyebabkan panjang dan diameter penis

bertambah.

Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu ketika gesekan

pada glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak dan

korda spinalis. Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran

epididimis dan vas deferens, vesikula seminalis dan prostat. Kontraksi ini

mendorong semen ke dalam uretra. Selanjutnya kontraksi otot di sekeliling

urretra akan mendorong semen keluar dari penis.

Leher kandung kemih juga berkonstriksi agar semen tidak mengalir

kembali ke dalam kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah

rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena mengendur.

Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri berkurang dan aliran darah yang

keluar dari vena bertambah, sehingga penis menjadi lunak

7
B. Anatomi Fisiologi Oragn Reproduksi Wanita

A. Struktur Luar
a). Mons Veneris
Merupakan suatu bangunan yang terdiri atas kulit yang di
bawahnya terdapat jaringan lemak menutupi tulang kem@luan
simphisis .Bagian yang sedikit menonjol dan bagian yang
menutupi tulang kem@luan (simfisis pubis) adalah mons veneris.
Jaringan lemak dengan sedikiti jaringan ikata adalah penyusun
bagian ini.
Sering dikenal dengan naman gunung venus dari nama lain
Mons Veneris. Bagian mons veneris akan ditutupi oleh rambut
rambut kem@luan dan membentuk pola seperti segitiga terbalik
disaat sudah dewasa. Fungsi Mons veneris adalah sebagai
pelindung terhadap benturan-benturandari Iuar dan dapat
menghindari infeksi dari Iuar
b). Labia Mayora (bibir besar kemaluan)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri lonjong mengecil ke
bawah dan bersatu di bagian bawah .Seperti dengan
namanya.,seperti bibir bentuk dari bagian ini. Bagian lanjutan dari
mons veneris adalah labeia mayora ini yang berbentuk lonjok dan

8
menuju ke bawah bersatu membentuk perineum. Disusun oleh
jaringan lemak, kelenjar keringat di bagian luar dari labia mayora
ini.
Biasanya kalau sudah dewasa rambut rambut kem@luan
akan menutupinya yang merupakan rambut dari mons veneris.
Sedangkan selaput lemat yang tidak berambut, banyak ujung -
ujung saraf dimiliki sehingga saat melakukan hubungan hubungan
badan maka sangat sensitif.
c). Labia Minora (bibir kecil kemaluan)
.Bentuk dari organ Labia minora ini adalah berbentuk
lipatan yang terdapat didalam labia mayora. Rambut tidak dimiliki
oleh alat ini, jaringan lemak sebagai penyusunnya dan pembuluh
darah banyak dimiliknya sehingga saat bergairah berhubungan
badan dapat bertambah besar. Orifsium vagina (lubang kem@luan)
akan dikelilingi bibir kecil kem@luan ini. Labia ini analog dengan
kulit skrotum pada pria.
d). Klitoris
Klitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari glans
klitoris,korpus klitoris dan krura klitoris.Organ klitoris ini
mempunyai sifat erektil yang sangat sensitif terhadap rangsangan
saat berhubungan hubungan badan. Pembuluh darah banyak
dimiliki oleh klitoris ini dan banyak terdapat ujung saraf di organ
ini. Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria,maka
dari itu sangat sensitif dan erektil sifat dari organ ini.
e). Vestibulum
Rongga pada kemaluan merupakan vestubulum yang
pembatasnya adalah labia minora pada sisi kiri dan kanan. Pada
bagian atas dibatasi oleh klitoris dan pada bagian belakang
(bawah)nya dibatasi oleh pertemuan dua labia minora.
Vestibulum merupakan tempat bermuaranya :
1. Uretra (saluran kencing)

9
2. Muara vagina (liangSenggama)
Cairan seperti lendir akan keluar dari masing masing kelenjar
ini 2 lubang saluran kelenjar bartholini dan Skene pada saat
berhubungan berhubungan badan agar masuknya penis mudah.
f). Himen (selaput dara)
Selaput membran tipis yang menutupi lubang vagina adalah
himen. Sangat mudah robek pada organ himen ini sehingga
keperawaan dinilai dari salah satu aspek ini. Himen ini normalnya
memiliki satu lubang agak besar yang berbentuk seperti lingkaran.
Cairan atau darah saat mentruasi keluar pada tempati ini
yaitu himen. Atresia Himena/is (Hymen lnferforata) yaitu kondisi
Pada perempuan yang tidak mempunyai introitus himenalis,
akibatnya darah mens tidak bisa keiuar .Biasanya akan robek dan
mengeluarkan darah pada saat melakukan hubungan sek pertama
kalinya. Sisa – sisa himen yang disebut caruncula Hymenalis
(caruncula mirtifomis) akan tertinggal setelah melahirkan.
B. Struktur Dalam
a). vagina
muskulomembranasea (Otot-Selaput) yang menghubungkan rahim
dengan dunia luar adalah vagina. Panjang dari vagina ini sekitar 8-
10 cm. Antara kandung kemih dan rektum letak dari vagina.
Dinding yang berlipat – lipat dimilikinya. Selaput lendir adalah
lapisan terluarnya. Jalan lahir fungsi dari vagina ini dan juga sarana
dalam hubungan hubungan badan serta saluran agar darah dan
lendir saat menstruasi dapat mengalir
Asal dari otot pada vagina dari sphingter ani dan levator ani (otot
usus/dubur) sehingga dapat mengendalikan dan melatih otot ini.
Kelenjar yang dapat menghasilkan cairan tidak dimiliki oleh
vagina. Tetapi selalu dibasahi oleh cairan yang berasal dari
kelenjar yang terdapat pada rahim.
vagina (saluran senggama) mempunyai fungsi penting:

10
• sebagai jalan lahir bagian lunak,
• sebagai sarana hubungan hubungan badan,
• saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.
b). Rahim (Uterus)
Organ berongga yang berbentuk seperti buah pir dengan berat
sekitar 30 gram dan tersusun atas lapisan – lapisan otot disebut
dengan Uterus. Bentuk dari ruang pada rahim (uterus) adalah
segitiga dengan bagian atas yang lebih lebar. Fungsi rahim
menerima ovum yang dibuahi ditanamkan ke endometrium dan
mendapatkan makanan dari pembuluh darah.Dan ovum dibuahi
lalu berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi janin
dan terus berkembang sampai lahir setelah usia sembilan
bulan.Dimana secara singkat rahim sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya janin adalah. Sifat dari otot pada uterus adalah
elastis sehingga dapat menyesuaikan dan menjaga janin ketika
selama 9 bulan kehamilannya.
Endometrium (dinding rahim) terdapat pada bagian uterus yang
terdiri dari sel sel epitel dan membatasi uterus. Pada saat ovulasi
maka lapisan endometrium akan menebal dan pada saat menstruasi
maka akan meluruh. Agar posisinya bisa bertahan maka akan
disangga oleh logamentum dan jaringan ikat.
Fungsi rahim:
• Sebagai alat tempat terjadinya menstruasi
• Sebagai alat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi
• Tempat pembuatan hormon misal HCG
Bagian bagian dari rahim (uterus):
• Korpus uteri adalah bagian yang bentuknya segitiga pada
bagian atas
• Serviks uteri adalah bagian yang bentuknya seperti silinder
• Fundus Uteri adalah bagian korpus yang letaknya diatas
kedua pangkal tuba fallopi

11
Beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium menyangga posisi
uterus, agar tetap bertahan posisinya . Faktor usia wanita dan
paritas mempengaruhi ukuran uterus. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter.Dimana ukuran uterus anak-anak 2-3
cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil.
Secara histoiogis uterus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Endometrium, yaitu lapisan uterus yang paling dalam
dimana setiap bulan akan keluar sebagai darah menstruasi
2. Miometrum, adalah lapisan tengah dimana terdiri dari otot
polos
3. Perimetrium, merupakan iapisan luar yang terdiri dari
jaringan ikat
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar, yang menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba
dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus
oleh pembuluh darah vena dan arteri. Membentuk angka delapan
lengkungan serabut otot ini, sehingga terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat, dengan deminkian pendarahan dapat terhenti.
Semakain ke arah serviks maka otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah.
Isthmus merupakan bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan

12
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks). Saat persalinan Isthmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang
c) Endometrium
Terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. perubahan hormonal dalam siklus menstruasi
menentukan variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium. akan mengalami perubahan menjadi desidua pada
saat konsepsi endometrium, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan
bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga
dapat membasahi vagina. Tonus otot rahim, tonus ligamentum
yang menyangga dipengaruhi kedudukan uterus dalam tulang
panggul.
Uterus di dalam perut terapung-apung tetapi terfiksasi oleh
jaringan-jaringan ikat & Iigamentum.
c). Tuba Fallopi (Oviduk)
Organ yang menghubungkan uterus (rahim) dengan indung telus
(ovarium) disebut dengan tuba fallopi. Tuba fallopi (oviduk) juga
sering disebut saluran telur karena bentuknya seperti saluran.
Jumlah organin adalah 2 buah dengan panjang 8 – 20 cm.
Tuba Fallopii berasal dari ujung ligamentum Iatum berjalan ke arah
lateral, 12 cm adalah panjang kisaran tuba fallopi ini. Bukan
merupakan saluran lurus tuba fallopi ini, tetapi merupakan bagian
yang lebar, dan dibedakan menjadi 4 bagian. Mempunyai fimbriare
dan ujungnya terbuka, sehingga dapat menagkap ovum(telur) saat
terjadi ovulasi / pelepasan telur. Dimana saluran telur nii akan
menyalurkan hasil pembuahan menuju ke rahim. Tuba fallopi
merupakan bagian yang paling sensitive, dan sering menjadi
penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas).

13
Fungsi dari tuba fallopi adalah
• Sebagai saluran spermatozoa dan ovum
• Penangkap ovum
• tempat terjadinya pembuahan (fertilitas)
• Sebagai tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum
mampumasuk ke dalam uterus (rahim)
4 bagian dari tuba fallopi adalah:
1. Infundibulum, yaitu bagian berbentuk seperti corong yang
terletak di pangkal dan memiliki Fimbriae. Fimbriae berfungsi
untuk menangkap ovum
2. Pars ampularis, yaitu bagian agak lebar yang merupakan
tempat bertemunya ovum dengan sperma (Pembuahan/fertilisasi)
3. Pars Interstitialis, yaitu bagian tuba yang letaknya dekat
dengan uterus.
4. Pars Ismika, yaitu bagian tengah tuba yang sempit
d). Ovarium (IndungTelur)
Kelenjar reproduksi utama pada wanita yang berfungsi untuk
menghasilkan ovum (sel telur) dan penghasil hormon berhubungan
badan utama disebut dengan Ovarium. Bentuk dari ovarium adalah
oval dan 2,5 – 4 cm panjang dari ovarium. Terletak di kanan dan
kiri terdapat sepasang ovarium dan dihubungkan dengan rahim
oleh tuba fallopi. Pada wanita umumnya setiap ovarium
mempunyai 300.000-an dan mengalami kegagalan pematangan
atau mati pada sebagian besar sel telur sehingga terjadilah
menopause disaat benih telur habis. Hormon estrogen dan
progesteron dihasilkan oleh ovarium juga yang berperan dalam
proses menstruasi.
Produksi telur pada wanita sesuai dengan usianya adalah sebagai
berikut:
• Saat Iahir/bayi :mempunyai sel telur 750.000
• Umur 6-15 tahun :mempunyai sel telur 439.000

14
• Umur 6-25 tahun :mempunyai sel telur 159.000
• Umur 26-35 tahun :mempunyai sel telur 59.000
• Umur 35-45 tahun :mempunyai sel telur 34.000
• Masa menopause :semua telur menghilang
Fungsi ovarium:
• Sebagai penghasil sel teiur/ovum
• Sebagai organ yang menghasilkan hormon (estrogen dan
progesteron)
e). Parametrium (Penyangga Rahim)
Tempat yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul yang
merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan. Tuba
fallopi adalah lipatan atasnya dan ikut menyangga indung telur.
Sering mengganggu fungsinya karena pada bagian ini sensitive
terhadap infeksi.
Pada rongga panggul hamper terdapat keseluruhan alat reproduksi
wanita. Pada umumnya setiap wanita mempunyai rongga panggul
/pelvis yang berbeda satu dengan yang lain. Pada proses persalinan
bentuk ini sangat menentukan mudah dan tidaknya proses
persalinan tersebut. Untuk mengukur usia kehamilan seorang
wanita biasa dilihat dari perubahan ukuran panggul ini. Untuk
mengetahui kematangan alat reprodukasi wanita bisa dilihat ketika
mendapatkan haid pertama kali yang disebut menarche. Biasanya
wanita aakil balig adalah sebutan bagi yang sudah mengalami
proses mens ini, yang dimulai sekitar usia 8 – 12 tahun. Apabila
wanita sudah mengalami menarche, artinya dalam tubuhnya sudah
menghasilkan sel telur yang dapat dibuahi oleh sperma yang
dihasilkan oleh tubuh laki laki, sehingga dapat menyebabkan
kehamilan.

15
2.2 Definisi Sek dan Seksualitas
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus”
kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini
merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode
1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata
benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of
transitive).
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa
ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :
A. Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada
orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan,
pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh,
cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran,
pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
B. Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki-laki dan perempuan, hubungan fisik antar individu
(aktivitas seksual genital).
2.3 Perkembangan Seksualitas
1. Masa prenatal dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti
adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada
wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya
perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah :
a. Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan
atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit,

16
mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan yang
sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa
aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini adalah masalah
menyapih dan makan.
b. Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini
terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan
keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri),
dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada
tahap ini anak sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.
2. Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan
seksual pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan
perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
a. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak
terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa erogennya. Anak juga mulai menyukai
lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari
pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya.
Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah
laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figur
orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelaminnya.
b. Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan
langsung pada tuntutan sosial, seperti suka berhubungan dengan
kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai berbeda.
Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal
seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau
berfantasi.

17
3. Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan
akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan
secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam citra
tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap
fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan
perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan,
perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi
wanita. Tahap yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi
pada umur 12 - 18 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali
bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis.
4. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada
masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita di
tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan
vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan
reaksi ereksi; pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta
penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi
hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki
anak, sehingga terjadi perubahan peran.
5. Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah
atrofi pada vagina dan dan jaringan payudara, penurunan cairan
vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita; sedangkan
pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya
intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran
kelenjar prostat.

18
2.4 Fungsi / Pola Seksual

1) Seksual yang Sehat Meliputi :

a. Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.

b. Bersikap positif terhadap seksual.

c. Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas.

d. Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .

2) Karakteristik Kesehatan Seks :

a. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan


meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.

b. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri


terhadap penampilan pribadi.

c. Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua


individu yang mempunyai tujuan.

d. Mendapatkan keturunan (reproduksi).

e. Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi).

f. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain.

g. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi,


sentuhan, emosional dan cinta.

3) Komponen kesehatan seksual :

a. Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana, dengan


siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya.
Konsep seksual diri yang negatif menghalangi terbentuknya suatu
hubungan dengan orang lain.

19
b. Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara
konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang
(merasakan) penampilan tubuhnya berhubungan dengan
seksualitasnya: Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan
terapi tertentu. Contoh : wanita ---bentuk tubuh dan ukuran
payudara, Pria --- ukuran penis.

c. Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin


seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen
biologi, juga norma sosial dan budaya.

d. Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang


mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain,
dengan lawan jenis atau sejenis.

4) Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir ,
telinga, buah dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal & desire
(keinginan).

5) Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan, bau, penglihatan,suara,


perasaan, pikiran, fantasy.

6) Organ Seksual Wanita

a. Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus falopii dan ovarium.

b. Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari
mons pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan
ostium vaginalis (introitus)

7) Organ Seksual Laki-Laki

a. Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.

b. Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen,
kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper.

20
2.5 Stimulasi Seksual Secara Fisik dan Psikologi
A. Pengertian kebutuhan stimulus / stimulasi

Kebutuhan stimulasi meliputi berbagai kegiatan yang merangsang semua


indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), merangsang
gerakan kasar dan halus, berkomunikasi, emosi-sosial, kemandirian, berpikir, dan
berkreasi. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada
berbagai kecerdasan anak (multipel inteligen).

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir
(bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari,
untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan,
pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus
kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan
yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan
sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang,
akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu
kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan
musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.

B. Kebutuhan Stimulus seksual secara fisik dan psikologis/ Stimulasi

Gairah pria mudah mengarah pada kesalahpahaman bahwa gairah seksual


murni bergantung pada rangsangan fisik.Tapi siapapun yang akrab dengan
organisme akan tahu bahwa stimulasi fisik(Alat kelamin) hanya efektif jika ada
daerah psikologis yang menyertainya.Proses perjalanan stimulus seksual wanita
berlanjut pada tahap timbulnya keinginan untuk menerima stimulus secara lebih
focus.Stimulus ini di proses dalam pikiran atau hipotalamus dipengaruhi oleh
faktor biologis dan psikologis.Sebagai hasilnya timbul dorongan seksual secara
subjektif.

Stimulasi yang berkesinambungan menghasilkan dorongan yang lebih


besar sehingga mampu memicu timbulnya keinginan untuk melakukan hubungan
seksual lebih lanjut.Kepuasan seksual,dengan ataupun orgasme,dapat tercapai

21
apabila stimulasi diberikan dalam waktu cukup lama dan wanita yang
menerimanya dapat tetap focus pada stimulus tersebut tanpa adanya intervensi
yang berarti.

Secara tidak langsung wanita dapat menikmati stimulasi tersebut ta npa


efek negative seperti halnya sensasi rasa sakit saat melakukan hubungan
seksual.(Modifikasi Basson 2001,dipublikasikan dengan izin American Collage of
Obstetricians and Gynecologists)

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Seksual


1. Pertimbangan Perkembangan
a. Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,
emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu
b. Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
a. Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama
untuk dapat mencapai kepuasan seksual
b. Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang
tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk
penyakit
c. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup
yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan
3. Peran dan Hubungan
a. Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
b. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi
rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan
seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya

22
c. Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg
dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak
langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
a. Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas
dapat mempengaruhi individu
b. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas
dan perilaku seksual
c. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama
a. Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh
terhadap ekspresi seksualitas seseorang
b. Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap
tidak wajar
c. Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan
kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7. Etik
a. Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997)
tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan
ansietas
b. Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang
lain

23
2.7 Definisi Disfungsi Seksual
Seksualitas adalah bagian integral dari kepribadian yang merupakan
ekspresi dan pengalaman diri yang bersifat multi dimensi dan holistik.Seksualitas
bukan hanya seks, tidak hanya bagian tubuh tertentu saja atau, urusan tempat
tidur, tetapi ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan sombolik tentang kemesraan,
menghargai dan saling memperhatikan secara timbal balik. Perilaku seksual
ditentukan oleh kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman secara
psikologis serta harga diri sebagai wanita atau pria.
Seksualitas secara umum adalah suatu yang berkaitan dengan alat kelamin
atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara
laki-laki dan perempuan.Pengertian seks ada 2 macam yaitu dalam arti luas dan
seks dalam artian sempit.
1. Seks dalam arti sempit, seks berarti kelamin yang termasuk dalam artian
kelamin yaitu:
a. Alat kelamin itu sendiri.
b. Anggota-anggota tubuh dan cirri-ciri badaniah lainnya yang
membedakan pria dan wanita (misalnya perbedaan suara, pertumbuhan
kumis, pertumbuhan payudara, dan lain-lain).
c. Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon tubuh yang mempengaruhi
bekerjanya alat-alat kelamin.
d. Hubungan kelamin (senggama, dan pertumbuhan).
e. Proses pembuahan, kehamilan, kelahiran, dan pencegahan kehamilan.
2. Seks dalam artian luas yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat
(konsekuensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dan lain-lain.
b. Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lain-lain.
c. Hubungan antara pria dan wanita: tata krama, pergaulan, percintaan,
pacaran, perkawinan, dan lain-lain.
Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu
atau lebih aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006).Bila didefinisikan secara luas,
disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh

24
hubungan seks.Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi
pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal
(Elvira, 2006).Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari
salah satu saja siklus respon seksual.
Menurut Kolodny, Master, Johnson, 1979 Siklus Respon Seksual terbagi
dalam beberapa fase, antara lain :
1. Fase Perangsangan (Excitement Phase)
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik
atau psikis.Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera
masuk ke fase plateau.pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung
bertahap memerlukan waktu yang lebih lama. Pemacu dapat berasal dari
rangsangan erotik maupun non erotik, seperti pandangan, suara, bau,
lamunan, pikiran, dan mimpi.

2. Fase Plateau
Pada fase plateu ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu
sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya
orgasme.
3. Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik
dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan
seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak
pada fase plateau.
4. Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat
kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Sehingga adanya
hambatan atau gangguan pada salah satu siklus respon seksual diatas dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.

25
2.8 Etiologi
Berikut ini ada beberapa penyebab terjadinya disfungsi seksual yaitu :
1. Dikarenakan adanya suatu penyakit seperti diabetes melitus,
menurunnya hormon, anemia, kurang gizi, dan lain-lain
2. Adanya gangguan psikologis seperti depresi, fobia, dan gangguan
lainnya.
Pada dasarnya disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria ataupun
wanita, etiologi disfungsi seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Faktor Fisik
Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian
badan tertentu atau fisik secara umum.Bagian tubuh yang sedang
terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat
(Tobing, 2006).
Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian
karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak
diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang
gagal melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang
penderita merasakannya sebagai gangguan ringan yang tidak perlu
diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al, 1998).
Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai
faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut.
a. Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri
koronaria.
b. Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN),
hiperlipidemia (kelebihan lemak darah).
c. Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple
sklerosis.
d. Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan
saraf.
e. Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah
(hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia.

26
f. Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok).
g. Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas.
Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut
penelitian juga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara
lain: barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors
(SSRI), lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006).
2. Faktor Psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu
dalam diri penderita.Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya
depresi, anxietas (kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual.Pada
orang yang masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan
faktor psikoseksual.Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan
normal sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual
(Tobing, 2006).
Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema
psikis, yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi
seksual pria yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga
( Abdelmassih, 1992, Basson, R, et al., 2000).
Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual,
kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo,
1994, Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992).

2.9 Tanda-Tanda Terjadinya Disfungsi Seksual


1. Pada Pria
a. Terjadinya penurunan libido
b. Obesitas
c. Mempunyai penyakit impoten
d. adanya penyakit infeksi, seperti TBC, hepatitis, sehingga hilangnya
kadar hormon estrogen
2. Pada Wanita
a. Penurunan gairah seksual

27
b. Terjadinya gangguan orgasme akibat kecemasan atau trauma seksual
c. Terjadinya dispareunia, ini adalah akibat vagina yang mengering
d.Terjadinya vaginismus, ini adalah vagina menjadi berkerut saat
beraktivitas
e. stress dan lelah
2.10 Macam-Macam Disfungsi Seksual
1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
a. Pengertian GDS
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon
testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi GDS (Pangkahila, 2007),
berupa:
1) Dorongan seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi
dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya
fantasi seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang
menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
2) Gangguan eversi seksual
Timbul perasaaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual
sehingga menimbulkan gangguan.
b. Prevalensi dan manifestasi
Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami dorongan
seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif
merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh
faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah,
stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak
menyenangkan (Pangkahila, 2006).
2. Gangguan Ereksi
a. Disfungsi Ereksi (DE)
1) Pengertian Disfungsi Ereksi

28
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan
hubungan seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak pernah
tercapai.Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya
pernah berhasil melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian
gagal karena sesuatu sebab yang mengganggu ereksinya
(Pangkahila, 2006).
2) Penyebab dan Manifestasi Disfungsi Ereksi
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan
faktor psikis.Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor
hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor
iatrogenik (Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi
seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima.Walaupun
penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu
muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).
3. Gangguan Ejakulasi (Pangkahila, 2007)
a. Ejakulasi Dini
1) Pengertian ED
Ada beberapa pengertian mengenai ejakulsi dini (ED).ED
merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai
pasangannnya mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari
kesempatan melakukan hubungan seksual.Berdasarkan waktu, ada
yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi terjadi
dalam waktu kurang dari 1-10 menit.
Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam
waktu cepat, tidak dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang

29
bersangkutan, serta mengganggu yang bersangkutan dan atau
pasangannya (Pangkahila, 2007).
2) Prevalensi dan Manifestasi Ejakulasi Dini
ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang dijumpai di
klinik, melampaui DE.Survei epidemiologi di AS menunjukkan
sekitar 30 persen pria mengalami ED.
Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik.Penyebab
fisik berkaitan dengan serotonin.Pria dengan 5-HT rendah
mempunyai ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat
mengalami ejakulasi.Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin
mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sehingga
terjadinya ED (Pangkahila, 2006).
b. Ejakulasi Terhambat
1) Pengertian Ejakulasi Terhambat
Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami
ejakulasi terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami ejakulasi di
dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan ET dapat
mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya masturbasi dan
oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat mencapai ejakulasi
dengan cara apapun.
2) Prevalensi dan Manifestasi Ejakulasi Terhambat
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan
keluhan ET.Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis,
misalnya fanatisme agama sejak masa kecil yang menganggap
kelamin wanita adalah sesuatu yang kotor, takut terjadi kehamilan,
dan trauma psikoseksual yang pernah dialami.
4. Disfungsi Orgasme (Pangkahila, 2007)
a. Pengertian Disfungsi Orgasme

30
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase
rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
b. Penyebab dan Manifestasi Disfungsi Orgasme
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu
penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal
sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut
menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan.Pria yang mengalami
hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi
erotiknya tidak dirasakan.
5. Dispareunia (Pangkahila, 2007)
a. Pengertian Dispareunia
Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit
pada kelamin atau sekitar kelamin.
b. Penyebab dan Manifestasi Dispareunia
Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin.Ini
berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa
sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit
atau gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah
pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin
lainnya.

2.11 Terapi dan Pengobatan Disfungsi Seksual


Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat
mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena itu
perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah.
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah
sebagai berikut (Susilo, 1994; Pangkahila, 2001; Richardson, 1991):
1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual

31
4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari
pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan
sex theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi
seksual. Diantara yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat
mengutarakan masalahnya semua kepada dokter, serta perbedaan persepsi antara
pasien dan dokter terhadap apa yang diceritakan pasien. Banyak pasien dengan
disfungsi seksual membutuhkan konseling seksual dan terapi, tetapi hanya sedikit
yang peduli (Philips, 2000).
Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua belah pihak yaitu
pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat menimbulkan
disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka perlu
dilakukan dual sex theraphy.Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter
ataupun dua orang dokter dengan wawancara keluhan terpisah (Barry, Hodges,
1987).

32
2.12 Pathway Faktor Psikis
Faktor Fisik

Kecemasan dan Stress


Hormonal Vaskulogenik Penyakit Sistemik Neurogenik

G3 Sekresi Penyakit serebral, Penurunan Libido


Aterosklerosis Arteri Diabetes Melitus
Testosteron trauma spinal

Aliran darah kepenis berkurang


Hipersensitivitas otonom,
penurunan pembentukan
Poliol pathway aktif dan nitrat oksida oleh prostat
Hipotesteron dan otot-otot polos
Tidak dapat mempertahankan NADPH menurun
pembentuk darah.
ereksi secara konsisiten
Penurunan Akumulasi AGES
Libido
G3 relaksasi otot polos Hiperglikemia
fibroelastik

Compliane dari
kanvernosa turun

Disfungsi Ereksi

33
Disfungsi Ereksi Ketidakmampuan
Mempertahankan Ereksi

Disfungsi Seksual

G3 fungsional organ Kurang Terpapar Defisiensi Pengetahuan


seks Informasi

Hubungan seks tidak


tercapai Mekanisme Koping Tidak
Efektif

Merasa mengecewakan
pasangan Ansietas

Harga Diri Rendah


Situsional

34
2.13 Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini beberapa tes laboratoriu, yang sering dilakukan dokter untuk
mendiagnosa penyebab disfungsi ereksi :
1. Pemeriksaan darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC). Dari hasil
pemeriksaan akan diketahui kondisi medis yang mungkin saja terjadi
seperti anemia, yaitu kondisi yang disebabkan oleh rendahnya jumlah sel
darah merah yang dapat menyebabkan kelelahan yang pada gilirannya
dapat menimbulkan disfungsi ereksi.
2. Tes fungsi hati dan ginjal. Tes ini akan menunjukkan apakah ada masalah
dengan ginjal atau hati yang menyebabkan disfungsi ereksi.
3. Tes lemak. Tes ini mengukur kadar lipid seperti kolesterol dalam darah.
Tingginya kadar lipid tertentu adalah petunjuk terjadinya aterosklerosis,
yaitu suatu kondisi dimana pembuluh darah mengeras, yang dapat
mempengaruhi sirkulasi darah di penis.
4. Tes fungsi tiroid. Masalah tiroid dapat menyebabkan atau berkontribusi
terhadap disfungsi ereksi.
5. Tes hormon. Bertujuan untuk mengukur kadar hormon testosterone atau
tingkat prolaktin untuk mencari tahu kemungkinan adanya gangguan pada
hormon ini.
6. Urinalisis. Analisis urin dapat memberikan informasi tentang protein dan
gula dalam urin. Dari analisis terhadap urin dapat diketahui adanya zat
tertentu yang berhubungan dengan penyakit diabetes atau penyakit ginjal,
yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
2.14 Komplikasi
Komplikasi akibat disfungsi ereksi dapat mencakup :
1. Sebuah kehidupan seks yang tidak memuaskan.
2. Stress atau kecemasan.
3. Harga diri rendah.
4. Ketidakmampuan mendapatkan pasangan anda untuk hamil.

35
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN BPH

3.1 Pengkajian
1. Kasus
A. Identitas Pasien :
a. Nama : Tn. X
b. Umur : 60 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Pedagang
g. Status pernikahan : Sudah menikah
h. Tinggi badan : 165 cm
i. Berat Badan : 60 Kg
j. Alamat : Jln. KH Balqi lorong Banten 2 No.100
k. Tanggal masuk RS : 13 November 2017
l. Diagnosa Medis : BPH
m. Tindakan Operasi : TVP
n. Kamar Op/Tanggal : Kamar II/21/10 /2011
o. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 140/90 mmHg, RR : 20X/menit , N :
86x/menit
3) Riwayat Kesehatan : Pasien tidak memiliki alergi obat
4) Cairan parenteral : Infus RL
5) Kebersihan colon lambung : Puasa (8 jam)
6) Pencukuran daerah operasi : Sudah
7) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak
8) Personal hygiene (mandi) : Sudah dilakukan
9) Pengosongan kandung kemih : Pemasangan DC, produksi urin
lancar.
10) Baju operasi : Sudah
B. Persiapan Penunjang

36
a. Pemeriksaan Laboratorium : EKG, Darah Lengkap
b. Hb : 19,6 ; AL : 104.000; Trombosit : 236.000; CT : 6; BT : 5; HT :
43,2
c. Ureum : 23; Creatinin : 1,17
d. Pemeriksaan radiologi : USG,Foto polos abdomen,BNO IVP.
C. Inform consent : Sudah

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak mampu mempertahankan ereksi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bisa mempertahankan
ereksi, klien juga mengatakan alat kelaminnya terasa lembek dan
ukurannya tampak mengecil.Dan menolak saat di ajak untuk melakukan
hubungan seksual.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa dirinya menderita penyakit menular ataupun
menurun
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat keluarga yang
mengalami hal yang sama
3. Pemeriksaan Fisik

a. Sirkulasi : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).


b. Eliminasi : Penurunan kekuatan dorongan aliran urine, tes keraguan.
1) Keragu-raguan pada berkemih awal.
2) Nokturia, disuria, hematuri.
3) isis berulang, riwayat batu (stasis urinaria).
4) Konstipasi.
5) Massa padat dibawah abdomen bawah.
6) Nyeri tekan kandung kemih.
7) Hernia Inguinalis, Hemoroid.
8) Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih : dorongan dan
frekuensi.
c. Makanan/cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB

37
d. Nyeri/kenyamanan : Nyeri supraa pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat,
nyeri punggung bawah.
e. Keamanan : demam
f. Seksualitas :
1) Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual.
2) Inkontinensia.
3) Penuninan kekualan ejakulasi.
4) Pembesaran, nyeri tekan prostat.
g. Pengetahuan :
1) Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal.
2) Penggunaan antihipertensi, antideprresi, antibiotik urinaria.
4. Diagnostik
a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan
keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Adanya staphylokokus aureus Proteus, klebsielia, pseudomonas,
e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. IVP menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan adanya
pembesaran prostat, penebalan abnormla otot kandung kemih.
e. Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung kemih.
Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya
3.2 Diagnosa Keperawatan
A. Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah pada pasien pre
operasi sebagai berikut :
1. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostate.
2. Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, Distensi kandung kemih.
3. Gangguan rasa nyaman neyeri b/d spasme otot spincter.
4. ketakutan/kecemasan dihubungkan dengan perubahan status kesehatan
kemungkinan prosedur bedah/malignasi.
5. resiko tinggi disfungsi seksual b/d sumbatan saluran ejakulasi hilangnya
fungsi tubuh.
B. Post Operasi sebagai berikut :
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan obstruksi mekanikal : bekuan
darah, oedoma, trauma, prosedur bedah, tekanan dan iritasi catheter/balon.
2. Jika terjadi kekurangan volume cairan berhuhungan dengaa area bedah
vaskuIer kesulitan mengontrol perdarahan.

38
3. Resiko infeksi berhubungan dengan presedur invasive : alat selama
pembedahan, catheter, iritasi kandung kemih serta trauma insisi bedah.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung
kemih : reflek spasme otot sehubungan dengan prosedur bedah
dan/tekanan dan balon kandung kemih.
5. Reiko terjadi disfungsi seksaal berhubungan dengan situasi karisis
(inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan catheter,
keterlibatan area genital).
6. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, salah interprestasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.

3.3 Intervensi Keperawatan

Pre Operasi
a. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran
prostat Tanda : frekuensi, keragu-raguan ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung
kemih, residu, urine.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat berkemih dengan
jumlah cukup.
Kriteria hasil :
Berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung kemih,
menunjukkan residu paaska berkemih kurang dan 50 ml, dengan tidak adanya
tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/ berkemih dengan dorongan dapat mencegah retensi urine.
b. Tanyakan pada Klien tentang inkontinensia stress.
R/ untuk mengetahui bahwa stress mempengarui pengeluaran urine.
c. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
R/ untuk mengetahui pengeluaran urine.
d. Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih.
R/ memantau balance antara intake dan output cairan.
e. Perkusi area supra pubik.
R/ untuk mengetahui distensi kandung kemih.

39
f. Dorong masukan cairan sampai 3000 ml/hari.
R/ untuk mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk aliran
urine.

b. Nyeri (akut b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih) ditandai :


Keluhan nyeri pada kandung kemih, penyempitan tokus, perubahan
fokus otot, meringis, perilaku distraksi, gelisah, respon otonomik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
 Melaporkan nyeri hilang/timbul.
 Tampak rileks.
 Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien. untuk melakukan
tindakan selanjutnya memperparah nyeri.
b. Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
R/ tirah baring yang berlebihan.
c. Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggun
R/ untuk teknik relaksasi dan destraksi.
d. Lakukan massage prostat
R/ untuk mengurangi nyeri.
e. Berikan obat sesuai indikasi
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan.
c. Ketakutan/kecemasan dihubungkan dengan perubahan status
kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien tampak lebih
rileks.
Kriteria hasil :
 Tampak rileks.
 Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
 Menunjukkan rentang yang tepat tentang perasaan/penurunan rasa takut.
Intervensi :
a. Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat.

40
R/ untuk menumbuhkan sikap saling percaya antara perawat-klien-keluarga.
b. Berikan info tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi.
R/ agar pasien dapat lebih mengerti tentang kondisinya.
c. Perubankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur.
R/ agar pasien dapat lebih yakin pada perawat.
d. Dorong klien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/perasaan.
R/ agar pasien mampu mengungkapkan perasaanya dan
keluarga mengerti tentang kondisi pasien.
e. Berikan penguatan info kepada klien tentang info yang telah diberikan
sebelumnya.
R/ untuk memberikan penegasan pada pasien.
d. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan
saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1-3 hari pasien mampu
mempertahankan fungsi seksualnya.
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas
secara optimal
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungapkan perasaannya yang berhuhungan
dengan perubahannya.
R/ untuk mengetahui perubahan seksual pada pasien.
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat.
R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien.
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang
efek prostatektomi dalam fungsi seksual.
R/ agar pasien dapat mengerti tentang penjelasan yang perawat berikan.
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pemecahan masalah fungsi
seksual.
R/ agar keluarga/istri pasien dapat mengerti akan kekurangan pasien.
e. Anjurkan pasien untuk menghindari huhungan seksual selama
1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
R/ untuk mencegah adanya komplikasi atau kerusakan pada genetalia.

41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disfungsi seksual merupakan masalah yang umum dialami oleh kelompok
usia lanjut, baik umum yang dialami oleh pria atau wanita. Pada pria lanjut, tidak
ada suatu proses yang berhenti seperti pada wanita yang mengalami menopause.
Tetapi pada pria usia lanjut, juga mengalami penurunan fungsi seksual yaitu
andropause. Andropause adalah suatu masa pada pria usia lanjut yang mengalami
penurunan fungsi organ tubuh pada umumnya.
4.2 Saran
Agar mahasiswa mengetahui aspek-aspek seksualitas dan mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan disfungsi seksual.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

42
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Setiadi. 2011. “Anatomi Tubuh Manusia”. Jawa Barat Bekasi : Laskar
Aksara
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2012. “Asuhan Keperawatab Gangguan Sistem
Perkemihan”. Jakarta : Salemba Medika
Nurafif, Amin.Huda & Hardhi Kusuma. 2013. “APLIKASI ASUHAN
KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-
NOC”.Yogyakarta : Med Action
Pearce, Evelyn C. 2010. “Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis”. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Sherwood, Lauralee. 2014. “Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem”. Buku
Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2013. “Anatomi Tubuh Manusia Tubuh Manusi untuk Mahasiswa
Keperawatan”. Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika
Shou, Indie. (n.d.).Askep Disfungsi Seksual. [online] diakses 23 November 2015
terdapat dalam : https://www.scribd.com/doc/198171518/115282691-
ASKEP-DISFUNGSI-SEKSUA

43
44

Anda mungkin juga menyukai