Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan masyarakat.
Maka disamping itu, diperlukannya peraturan untuk mengatur hubungan antara perawat
dengan klien. Salah satu yang mengaturnya ialah dengan adanya etika. Etika diperlukan
sebagai landasan seorang perawat untuk berhubungan dengan klien sebagai objek. Istilah
etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang etik itu sendiri. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab
etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktik professional. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari issu, trend, dan etika keperawatan ?
1.2.2 Apa sajakah yang mempengaruhi etika keperawatan ?
1.2.3 Apa Issue dalam etika keperawatan ?
1.2.4 Apa Trend dalam etika keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan
1.3.2 Mengetahui dan memahami Etika Keperawatan
1.3.3 Mengetahui dan memahami Isu, serta trend Etika Keperawatan

BAB II

ISI
2.1 Pengertian Issu, Trend, Etika Keperawatan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang populer dikalangan masyarakat
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, ataupun tentang kritis.
Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas
faktanya atau buktinya.
Etika keperawatan adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/ mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan
isu tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

2.2 Faktor yang mempengaruhi etika keperawatan


Faktor agama dan adat istiadat agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan
faktor utama dalam membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami
nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini
memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang
akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem
kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia telah berhasil mencapai tingkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad
sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal
dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami
kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
Faktor legislasi dan keputusan juridis perubahan sosial dan legislasi secara konstan
saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan
yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut
hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-
undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
Faktor dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah
banyak berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
Faktor pekerjaan perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam
pembuatan suatu keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan,
namun harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang.
Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
pekerjaan.
Faktor Kode etik keperawatan Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan
bahwa kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting
dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang
menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-
permasalahan etis.
Faktor Hak-hak pasien hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep
hak-hak manusia. Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi
konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi
hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas
dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak untuk
mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai
pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk
konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal
dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan
bangga.

2.3 Issu Etika Keperawatan

Beberapa isu keperwatan yang ada diantaranya:

1. Isu-isu Etika Biomeidis

Isu etika biomedis menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan


instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada
saat-saat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua,
sampai saat-saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi
dalam isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis
sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi
para dokter dalam menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan
olehInternational association of bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang
isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan
ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).

Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika
medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak menyangkut
hubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Kemungkinan
adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang
cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.

2. Isu-isu Bioetika

Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti
pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi
reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin,
eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai
dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics
,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya
menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan,
ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.

Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti


tidak hanya terbatas pada kepedulian internal saja-misalnya penanganan masalah etika
medis ‘tradisional’- melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-
displiner tentang masalah-masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis
pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).

Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang


sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian,identifikasi
dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut
pada presentasi ini. yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan internasional,deklarasi
badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International, atau’fatwa’
Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu,
agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah yang sudah
dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supranasional yang terhormat itu.
Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui solusinya,pendapat
lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.
3. Isu-isu Etika Medis

Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam


pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan
terjadinya malpraktek. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung
jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada
ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-norma
etika.

4. Issu Keperawatan Pelaksanaan Kolaborasi Perawat dengan Dokter

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk


menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip
yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung
jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk
menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang
dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan
Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi
dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan. Apapun bentuk dan
tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional
membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam
interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka
menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan
dan memperbaiki kualitas hidup.

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika


hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi
justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi
memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat
diperoleh persepsi yang sama.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita
gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada
konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan
dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan
intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran


pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas
hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau
ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan
usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam
mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita
gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada
konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan
dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan
intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien.
Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam praktek
rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja diunit
perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur
dan menginternalisasi peran. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan
sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab
bersama untuk merawat pasien.

a. Anggota Tim interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional


yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat,
dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
saling menghargai antar sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika
pasien sebagai pusat anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin


tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan


mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan
seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan


kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang
efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan
kordinasi seperti skema di bawah ini.

2.4 Trend Dalam Etika Keperawatan

Di Negara Indonesia etika keperawatan sangat menjunjung tinggi tanggung jawab.


Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai
kebutuhan individu, klien, keluarga, dan masyarakat. Perawat harus bertanggung jawab
pada pekerjaanya, perawat harus mampu mempertanggung jawabkan tindakan yang telah ia
lakukan kepada pasien, ataupun klien hal tersebut, merupakan suatu kode etik dalam
keperawatan. Selain bertanggung jawab perawat juga harus memberikan pelayan yang baik
kepada pasien atau klien dwngan cara memberikan perhatian dan kasih sayang saat sedang
merawat pasien.
Tetapi di Indonesia saat ini mulai berkembang model pelayanan kesehatan atau
keperawatan melalui komunikasi jarak jauh, atau yang sering disebut dengan telenursing.
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing
dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam
aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor
parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui
internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk
menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana
mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas.

Kelebihan Telenursing
1. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2. Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3. Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4. Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5. Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses
penyedia layanan
6. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan
7. Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien
Kekurangan dan hambatan dalam telenursing
 Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi
kualitas pelayanan kesehatan.
 Gangguan cuaca dapat menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. The Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan
memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan
individu
2. HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologf sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada
program Pencegahan dan pencegahan penyakit ( Hocbaum 1958,Rosenstok 1960.1974 )
3. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
4. Ada beberapa model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
a. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
b. Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
c. Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)

3.2 Saran

Mengingat besarnya manfaat dari teori Health Belief Model ini, maka seharusnya
teori Health Belief Model ini tidak hanya terbatas ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan
begitu saja. tetapi seharusnya, seorrang yang mengabdi dibidang kesehatan khususnya kesehatan
masyarakat mampu menerapkan konsep Health Belief Model dalam kehidupan nyata.
Diharapkan, dengan pemahaman mengenai perilaku kesehatan masyarakat melalui Health
Belief Model, akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Http//: www. Nursingworld. 1998.: Collaborations and Independent Practice: Ongoing Issues for
Nursing.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Http//: www.pikiran-rakyat.com/cetak.2002.Isu-isu etika dalam keperawatan.Be Health Be
Happy.htm

Anda mungkin juga menyukai