Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS JAJANAN YANG MENGANDUNG BORAKS DAN

FORMALIN DILINGKUNGAN SEKOLAH KECAMATAN


LUBUKLINGGAU BARAT I
Oleh
Retno Putri Herwinda1, Reny Dwi Riastuti2, Ivoni Susanti3
Alumni Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau1,
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3
Email : retnoputriherwinda95@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan boraks dan formalin
pada jajanan bakso dan tahu yan dijual di lingkungan Sekolah Kecamatan
Lubuklinggau Barat I. Jenis penelitan ini adaalah deskriptif kualitatif. Objek
dalam penelitian ini adalah sampel jajanan bakso dan tahu yang diperoleh dari
21 sekolah. Pengumpulan data dengan melakukan observasi, peneliti turun
langsung ke lapangan untuk mengambil sampel jajanan. Analisi data diperoleh
dari hasil observasi maupun dari hasil uji yang diolah secara deskriptif
kualitatif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil uji kandungan boraks dan
formalin dengan alat uji Tes Kit boraks dan Tes Kit formalin dari 46 sampel
jajanan bakso dan tahu di dapat ada 2 sampel positif mengandung boraks yang
berlokasi di SD Negeri 01 Lubuklinggau dan SMP Negeri 07 Lubuklinggau.
Sedangkan hasil uji kandungan formalin ada 8 sampel positif mengandung
formalin yang berlokasi di SD Negeri 03 Lubuklinggau, SD Negeri 12 dan SD
Negeri 13 Lubuklinggau, SD Negeri 14 Lubuklinggau, SD Muhammadiyah,
SMP Muhammadiyah dan SMK Muhammadiyah Lubuklinggau, dan SMA
Negeri 01 Lubuklinggau.

Kata Kunci: Boraks, Formalin, Bakso, Tahu,Tes Kit

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, setiap orang telah
banyak menemukan berbagai cara untuk mencari keuntungan yang besar
terutama dalam hal berdagang. Sehingga, banyak pedagang atau penjual
makanan yang menggunakan cara yang salah dan tidak bertanggung jawab
dengan menggunakan bahan kimia berbahaya dalam membuat makanan
(Sugani dan Priandarani, 2010:2).
Makanan biasanya ditambahkan bahan kimia berbahaya seperti boraks
dan formalin. Pedagang sengaja menambahkan bahan kimia dengan tujuan
agar makanan bisa bertahan lama dan dapat merubah tampilan makanan lebih
menarik dengan mengubah warna asli atau sifat makanan yang banyak
digemari para konsumen dengan harga yang relatif murah (Aminah dan
Himawan, 2009:6).
Bahan kimia berbahaya tersebut tidak seharusnya terdapat dalam
makanan karena dapat membahayakan kesehatan. Jenis makanan yang
seringkali mengandung bahan berbahaya tersebut salah satunya adalah
golongan makanan jajanan terutama yang dijajakan di sekolah seperti bakso
dan tahu (Paratmanitya dan Aprilia 2016:50).
Jajanan dan siswa adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Siswa
pada umumnya akan membeli aneka jajanan terutama saat mereka sedang
istirahat di sekolah. Siswa sekolah selalu ingin mencoba jajanan yang
dijajakan namun mereka tidak pernah memperhatikan kandungan jajanan
yang mereka makan, hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak antara lain
pemerintah, sekolah dan orang tua. Kurangnya perhatian dan pengawasan
dapat mengakibatkan penurunan dan gangguan pada kesehatan anak (Hidayat
dan Muharrami, 2014:20).
Pengkonsumsi jajanan yang mengandung boraks dan formalin
secara berangsur-angsur akan berdampak buruk pada kesehatanya, efeknya
baru terasa beberapa tahun kemudian. Boraks yang mengandung boron dan
formalin yang mengandung formaldehid dan methanol merupakan racun bagi
tubuh manusia. Imunitas juga sangat berperan dalam dampak boraks dan
formalin di dalam tubuh, jika imunitas tubuh rendah, sangat memungkinkan
dengan kadar rendah boraks dan formalin di dalam tubuh bisa berdampak
buruk terhadap kesehatan (Aminah dan Himawan, 2009:12).
Berdasarkan informasi dari Koran Harian Pagi Linggau Pos Senin, 23
Februari 2015, bahwa di Kota Lubuklinggau dari hasil pengawasan Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau bekerjasama dengan TIM Pemerintah
Kota Lubuklinggau (PEMKOT) mengungkap beberapa pelaku bisnis atau
pedagang bakso yang menggunakan boraks dan formalin dalam membuat
bakso, ternyata setelah di lakukan pemeriksaan di laboratorium Dinas
Kesehatan, terungkap ada 4 pelaku bisnis atau pedagang bakso yang
mengandung bahan berbahaya seperti boraks dan formalin pada bakso.
Uji pendahuluan dilakukan berdasarkan informasi dari Koran Harian
Linggau Pos agar dilakukan tindak lanjut untuk melihat penyebaran
kandungan boraks dan formalin di lingkungan Sekolah Kecamatan
Lubuklinggau Barat 1 pada tanggal 27 April 2017. Hasil dari uji pendahuluan
pada jajanan bakso dan tahu menggunakan Tes Kit Boraks dan Tes Kit
Formalin, menunjukkan hasil bahwa ada bakso dan tahu yang positif boraks
dan formalin.
Bahaya kandungan boraks dan formalin pada jajanan anak sekolah
menjadi kekhawatiran masyarakat terutama orang tua. Maka dari itu perlu
adanya pengetahuan kepada orang tua, anak sekolah dan pengguna boraks
terutama tentang ciri-ciri bahaya dan penyalahgunaan boraks dan formalin
sebagai bahan tambahan makanan pada jajanan anak sekolah. Sehingga
penyampaian informasi berupa brosur akan dibagikan kepada anak sekolah,
orang tua dan pedagang yang menggunakan boraks dan formalin.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


1. Tahap Penelitian Murni (Deskriptif)
Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung untuk mengambil
sampel jajanan yang berada dilingkungan sekolah Kecamatan Lubuklinggau
Barat I, kemudian sampel di uji dengan Tes Kit Boraks dan Tes Kit Formalin.
Hasil data observasi maupun dari hasil uji Tes Kit diolah secara deskriptif
kualitatif, yaitu dengan melihat dari ciri-ciri bakso dan tahu yang mengandung
boraks dan formalin, serta mendeteksi kandungan borak dan formalin pada
bakso dan tahu, kemudian dideskripsikan dengan jelas dalam bentuk hasil
tabel penelitian dan pembahasan. Jenis penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan pada kondisi alamiah, langsung
ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka dan
lebih menekankan pada proses dari pada produk (Arikunto, 2010:13). Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tabung reaksi, batang pengaduk,
gelas ukur, mortar atau alu, kantong plastik, timbangan digital, pisau, kertas
label. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reagent A Formalin
dan Reagent B Formalin, cairan Reagent Boraks, kertas uji Boraks dan air
panas.
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada bagaimana caranya data
yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi, yaitu
dengan turun langsung ke lapangan untuk mengambil sampel jajanan di
lingkungan sekolah kecamatan Lubuklinggau Barat I. Selanjutnya sampel
jajanan dibawa ke laboraturium Biologi STKIP-PGRI kota Lubuklinggau
untuk diuji dengan Tes Kit dan melihat ada atau tidak jajanan bakso dan tahu
yang mengandung boraks dan formalin.
b. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi maupun dari hasil uji Tes Kit
diolah secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan melihat dari ciri-ciri bakso dan
tahu yang mengandung boraks dan formalin, serta mendeteksi kandungan
borak dan formalin pada bakso dan tahu, kemudian dideskripsikan dengan
jelas dalam bentuk hasil tabel penelitian dan pembahasan.

Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biologi STKIP-PGRI
Lubuklinggau, pada tanggal 17 Juli sampai 16 Agustus 2017. Objek dalam
penelitian ini adalah sampel jajanan bakso dan jajanan tahu yang berasal dari
pedagang di lingkungan Sekolah Kecamatan Lubuklinggau Barat I. Sampel
Jajanan dibeli dan di tempatkan pada wadah plastik dan diberi label nama
sekolah, selanjutnya dibawa ke laboraturium untuk dideteksi kandungan
boraks dan formalinnya. Hasil uji ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
boraks dan formalin pada jajanan bakso dan tahu menggunakan alat uji Tes
Kit Boraks dan Tes Kit Formalin.
a. Hasil Uji Kandungan Boraks
Pengujian kandungan boraks pada 46 sampel jajanan dengan
menggunakan Tes Kit Boraks, dengan melihat perubahan warna kertas uji
berwarna kuning menjadi merah kecoklatan. Hasil uji kandungan boraks dapat
dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut .
Tabel 4.1
Hasil Uji Kandungan Boraks pada Jajanan
di Lingkungan Sekolah Kecamatan Lubuklinggau Barat I
No. Lokasi Sampel Jajanan Hasil Perubahan Warna
Pengambilan Uji
Sampel
1. SD Negeri 01 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah - Tidak Ada
Tahu Tusuk - Tidak Ada
2. SD Negeri 02 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
3. SD Negeri 03 Bakso Bakar - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah + Terjadi Perubahan Warna
dari Kuning menjadi
Merah kecoklatan
Tahu Tusuk - Tidak Ada
Tahu Bakso - Tidak Ada
4. SD Negeri 04 Bakso Bakar - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah - Tidak Ada
Tahu Bakso - Tidak Ada
5. SD Negeri 05 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
6. SD Negeri 06 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
7. SD Negeri 07 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
8. SD Negeri 12 Bakso Goreng - Tidak Ada
dan 13 Tahu Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau
9. SD Negeri 14 Bakso Kuah 1 - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah 2 - Tidak Ada
Tahu Goreng 1 - Tidak Ada
Tahu Goreng 2 - Tidak Ada
10. SD Negeri 15 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Bakso - Tidak Ada
11. SD, SMP dan Bakso Kuah 1 - Tidak Ada
SMK Bakso Kuah 2 - Tidak Ada
Muhammadiyah Tahu Bakso - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
12. SMP Negeri 04 Bakso - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
No. Lokasi Sampel Jajanan Hasil Perubahan Warna
Pengambilan Uji
Sampel
13. SMP Negeri 07 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng + Terjadi Perubahan Warna
dari Kuning menjadi
Merah kecoklatan
14. SMP Xaverius Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Goreng - Tidak Ada
Tahu Goreng - Tidak Ada
15. SMA Negeri 01 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Bakso - Tidak Ada
16. SMA Negeri 09 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng 1 - Tidak Ada
Tahu Goreng 2 - Tidak Ada
17. SMA Xaverius Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
18. SMK Negeri 2 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
Keterangan : + Positif (mengandung borak)
– Negatif (tidak mengandung boraks)
■ Jajanan mengandung boraks

b. Hasil Uji Kandungan Formalin


Pengujian kandungan boraks pada 46 sampel jajanan dengan
menggunakan Tes Kit Formalin, dengan melihat perubahan warna cairan
menjadi keunguan. Hasil uji kandungan formalin dapat dilihat pada Tabel
4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kandungan Formalin Pada Jajanan
Di Lingkungan Sekolah Kecamatan Lubuklinggau Barat I
No. Lokasi Sampel Jajanan Hasil Perubahan Warna
Pengambilan Uji
Sampel
1. SD Negeri 01 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah + Perubahan warna menjadi
keunguan
Tahu Tusuk - Tidak Ada
2. SD Negeri 02 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
3. SD Negeri 03 Bakso Bakar - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah - Tidak ada
Tahu Tusuk + Perubahan warna
menjadi keunguan
Tahu Bakso - Tidak Ada
No. Lokasi Sampel Jajanan Hasil Perubahan Warna
Pengambilan Uji
Sampel
4. SD Negeri 04 Bakso Bakar - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah - Tidak Ada
Tahu Bakso - Tidak Ada
5. SD Negeri 05 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
6. SD Negeri 06 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
7. SD Negeri 07 Bakso Goreng - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
8. SD Negeri 12 Bakso Goreng + Perubahan warna
dan 13 menjadi keunguan
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
9 SD Negeri 14 Bakso Kuah 1 - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Kuah 2 - Tidak Ada
Tahu Goreng 1 + Perubahan warna
menjadi keunguan
Tahu Goreng 2 + Perubahan warna
menjadi keunguan
10. SD Negeri 15 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Bakso - Tidak Ada
11 SD, SMP dan Bakso Kuah 1 - Tidak Ada
SMK Bakso Kuah 2 - Tidak Ada
Muhammadiyah Tahu Bakso + Perubahan warna
Lubuklinggau menjadi keunguan
Tahu Goreng + Perubahan warna
menjadi keunguan
12. SMP Negeri 04 Bakso - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
13. SMP Negeri 07 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
14. SMP Xaverius Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Bakso Goreng - Tidak Ada
Tahu Goreng - Tidak Ada
15. SMA Negeri 01 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Bakso + Perubahan warna
menjadi keunguan
16. SMA Negeri 09 Bakso Tusuk - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng 1 - Tidak Ada
Tahu Goreng 2 - Tidak Ada
17. SMA Xaverius Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
18. SMK Negeri 2 Bakso Kuah - Tidak Ada
Lubuklinggau Tahu Goreng - Tidak Ada
Keterangan : + Positif (mengandung formalin)
– Negatif (tidak mengandung formalin)
■ Jajanan mengandung

2. Pembahasan

Penelitian uji kandungan boraks pada jajanan bakso dan tahu yang di
deteksi dengan menggunakan Tes Kit boraks pada 46 sampel jajanan yang
diambil dari 21 sekolah. Hasil uji ditandai dengan perubahan warna pada
kertas uji menjadi merah kecoklatan yang membuktikan bahwa bakso dan
tahu tersebut positif mengandung boraks. Pernyataan ini sesuai menurut
Mahdi, (2006), yang menyatakan bahwa perubahan warna menjadi merah
kecoklatan disebabkan karena terjadi reaksi antara kromofor dari tes kit
reagen cair dan Na tetraborat yang akan membentuk kompleks warna
berwarna merah kecoklatan yang membuktikan bahwa adanya kandungan
boraks pada makanan.
Perubahan warna menjadi merah kecoklatan dapat dideteksi dengan
kadar diatas 0,1gram/l karena alat uji tes kit boraks memiliki sensitivitas
untuk mendeteksi boraks dengan kadar boraks minimal 0,1 gram/l. Sesuai
dengan pernyataan Mirzal dkk, (2016), yang menyatakan bahwa Tes Kit
Boraks yang digunakan dalam mendeteksi kandungan boraks pada makanan
memiliki tingkat sensitivitas dengan kadar boraks minimal 0,1 gram/l.
Berdasarkan hasil penelitian dari 46 sampel jajanan yang diuji dengan
Tes Kit boraks, bahwa terdapat 2 sampel yang terindikasi mengandung boraks
yaitu bakso kuah di SD Negeri 03 dan tahu goreng SMP Negeri 07
Lubuklinggau. Sampel bakso kuah di SD Negeri 03 Lubuklinggau
menunjukkan perubahan warna yang lebih pekat (merah kecoklatan).
Sedangkan tahu goreng SMP Negeri 07 Lubuklinggau terjadi perubahan
warna yang pudar (merah muda), hal ini membuktikan perubahan warna yang
pekat menunjukkan kadar boraks pada bakso kuah lebih tinggi, sedangkan
perubahan warna merah muda menunjukkan kadar boraks pada tahu lebih
rendah.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dwi Fitri A.L. Suntaka,
Woodford B. S. Joseph, Ricky C. Sondakh (2014:39-45) yang berjudul
“Analisis Kandungan Formalin Dan Boraks Pada Bakso Yang Disajikan Kios
Bakso Permanen Pada Beberapa Tempat Di Kota Bitung Tahun 2014”.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 32 sampel bakso yang di
periksa secara kualitatif dengan reaksi reagen untuk boraks terdapat 7 (21,8%)
sampel bakso positif mengandung boraks dengan melihat perubahan warna
yang terjadi pada kertas uji dari warna kuning menjadi merah kecoklatan
dengan perbandingan warna yang dihasilkan berbeda 1 sama lain. Hal ini
diduga karena kadar boraks dalam bakso bebeda tiap sampel bakso yang
diteliti, semakin pekat warna yang dihasilkan semakin tinggi kadar boraks
pada bakso.
Mengkonsumsi makanan yang menganung boraks memang tidak serta
berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh secara kumulatif. Seringnya
mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks, salah satunya akan
menyebabkan gangguan hati. Masuknya boraks yang terus menerus, akan
menyebabkan rusaknya membrane sel hepar, kemudian diikuti kerusakan
pada sel parenkim hepar. Hal ini terjadi karena gugus aktif boraks B-O-B
(B=O) akan mengikat protein dan lipid tak jenuh sehingga menyebabkan
peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid dapat merusak permeabilitas selkarena
membran sel kaya akan lipid, sebagai akibatnya semua zat dapat keluar
masuk ke dalam sel (Adinugroho, 2013:11).
Penggunaan boraks pada makanan memberi efek kenyal dan
mengembangkan, sehingga sering di salah gunakan sebagi bahan tambahan
makanan. Ciri-ciri jajanan bakso dan tahu yang mengandung boraks dapat
dilihat dari tekstur, warna dan aroma. Tekstur lebih kenyal dari pada bakso
tanpa boraks. Bila digigit akan kembali kebentuk semula. Tahan lama dan
awet hingga beberapa hari. Warnananya lebih putih, berbeda bakso tanpa
boraks berwarna abu-abu dan merata disemua bagian dan aromanya alami
daging. Menurut Tubagus dkk, (2013:147), Hasil kandungan formalin
dengan tujuan untuk melihat adanya kandungan formalin pada jajanan bakso
dan tahu yang di deteksi menggunakan tes kit formalin pada 46 sampel
jajanan di 21 lokasi sekolah. Hasil uji didapat 8 sampel yang dinyatakan
positif mengandung formalin dengan terjadinya perubahan warna cairan
menjadi keunguan setelah ditetesi dengan reagent A dan reagent B. .
Penrnyataan ini sesuai dengan Suntaka, dkk (2014:142), yang menyatakan
reaksi dengan kromofor dari tes kit cair membentuk warna ungu atau biru
tergantung banyaknya formalin yang terdapat pada sampel.
Perubahan warna menjadi keunguan karena kadar formalan sama atau
lebih dari 1-2 gram/l, karena alat uji tes kit formalin memiliki sensitivitas
untuk mendeteksi formalin dengan kadar formalin minimal 1-2 gram/l. Sesuai
dengan pernyataan Mirza, dkk (2016), menyatakan bahwa tes kit formalin
yang digunakan mendeteksi kandungan formalin pada makanan memiliki
tingkat sensitivitas dengan kadar formalin 1-2 gram/l.
Berdasarkan hasil penelitian dari 46 sampel jajanan ada 8 sampel
jajanan positif mengandung formalin, yang pertama pada bakso kuah di SD
Negeri 01 Lubuklinggau yang menunjukkan perubahan warna ungu pudar
pada sampel cairan setelah ditetesi reagent A dan reagent B, Perubahan
warna menjadi ungu pudar membuktikan bahwa kadar formalin pada bakso
kuah rendah kandungan formalinnya
Kedua, tahu tusuk di SD Negeri 03 Lubuklinggau, terindikasi
mengandung formalin dibuktikan dengan melihat perubahan warna cairan
sampel menjadi ungu terang setelah ditetesi dengan reagent A dan reagent B.
Perubahan warna menjadi ungu terang membuktikan bahwa kadar formalin
pada tahu tusuk tidak terlalu tinggi.
Ketiga, Bakso Goreng SD Negeri 12 Lubuklinggau dan SD Negeri 13
Lubuklinggau, terindikasi mengandung formalin dibuktikan dengan melihat
perubahan warna cairan sampel menjadi ungu pudar setelah ditetesi dengan
reagent A dan reagent B. Perubahan warna menjadi ungu muda membuktikan
bahwa kadar formalin pada tahu tusuk rendah kadar formalinnya.
Keempat, tahu goreng 1 dan tahu goreng 2 di SD Negeri 14
Lubuklinggau, terindikasi mengandung formalin dibuktikan dengan melihat
perubahan warna cairan sampel menjadi ungu terang setelah ditetesi dengan
reagent A dan reagent B. Perubahan warna menjadi ungu terang
membuktikan bahwa kadar formalin pada tahu tidak terlalu tinggi.
Kelima, tahu bakso dan tahu goreng di SD Muhammadiyah
Lubuklinggau, SMP Muhammadiyah Lubuklinggau dan SMK
Muhammadiyah Lubuklinggau, terindikasi mengandung formalin dibuktikan
dengan melihat perubahan warna cairan sampel menjadi ungu terang setelah
ditetesi dengan reagent A dan reagent B. Perubahan warna menjadi ungu
terang membuktikan bahwa kadar formalin pada tahu tidak terlalu tinggi.
Keenam, tahu bakso SMA Negeri 01 Lubuklinggau. terindikasi
mengandung formalin dibuktikan dengan melihat perubahan warna cairan
sampel menjadi ungu terang setelah ditetesi dengan reagent A dan reagent B.
Perubahan warna menjadi ungu terang membuktikan bahwa kadar formalin
pada tahu tusuk tidak terlalu tinggi.
Perubahan warna menjadi keunguan membuktikan bahwa semakin
pekat warna yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar formalinnya, karena
warna yang dihasilkan pada 8 sampel berbeda-beda maka dapat disimpulkan
bahwa kadar pada setiap sampel berbeda dari satu dengan yang lainya.
Menurut hasil penelitian Junaini,dkk (2016:8-12). Menyatakan bahwa warna
yang dihasilkan setelah penambahan tes kit antilin bervariasi sesuai dengan
variasi konsentrasi sampel yang dihasilkan. Warna yang dihasilkan
berbanding lurus dengan konsentrasi sampel yang dimana semakin tinggi
konsentrasi sampel maka warna yang dihasilkan semakin ungu.
Keamanan pangan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih bahan makanan untuk dikonsumsi. Ketidak amanan suatu
pangan itu umumnya disebabkan oleh adanya bahan tambahan yang tidak
semestinya dalam pangan tersebut. Adanya bahan tambahan yang dilarang
khususnya pengawet di dalam makanan dapat mempengaruhi kesehatan
manusia. Menurut Mudzkirah (2016:80), penggunaan pengawet khususnya
formalin dalam bahan makanan tidak diizinkan karena bersifat mutagenik dan
karsinogenik. Formalin dalam tubuh akan bereaksi secara kimia dengan zat di
dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebakan perubahan fungsi sel
atau jaringan. Selain itu, formalin dapat membunuh ataupun merusak sel-sel
yang ada pada jaringan tubuh sehingga pertumbuhan jaringan tidak teratur.
Pertumbuhan atau pembelahan sel yang rusak dan tidak teratur menyebabkan
rusaknya struktur jaringan tubuh dan menyebabkan kanker.
Ciri-ciri jajanan yang mengandung formalin memiliki tekstur yang
sangat kenyal tetapi tidak padat, tidak mudah rusak atau hancur, warna putih
mengkilat,dan aroma tidak alami. Menurut Rahmanita (2011:24), menyatakan
bahwa, beberapa makanan seperti tahu yang berformalin akan
memperlihatkan ciri-ciri membal atau terasa kenyal serta tahan berhari-hari,
tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar 25o dan bertahan lebih dari 15
hari pada suhu lemari es 10o, dan bau agak menyengat. Tanda lainnya, tahu
tidak dihinggapi lalat dan karena formalin berfungsi sebagai pembasmi lalat.
Sampel jajanan yang mengandung boraks dan formalin banyak
ditemukan di lokasi yang ramai, seperti dipinggir jalan dan dekat dengan
pasar. Kurangnya pengawasan dan tidak ada batasan anak sekolah untuk
membeli jajanan dilingkungan sekolah membuat kebebasan para pedagang
untuk berjualan dilingkungan sekolah. Kurangnya pengetahuan anak sekolah
tentang ciri-ciri dan bahaya jajanan mengandung boraks dan formalin menjadi
keuntungan bagi para pedagang. Walaupun penggunaan boraks dan formalin
berbahaya, tetapi tetap saja ada pedagang yang curang dengan menambahkan
boraks dan formalin pada jajanan yang dijualnya. Peraturan pemerintah telah
melarang penggunaan boraks dan formalin per Juli 1997, dan dimantapkan
berdasarkan Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999, masih belum
mampu menghentikan para produsen ataupun pedagang untuk tidak
menggunakan formalin pada makanan khususnya pada jajanan anak sekolah
karena alasan kepentingan tertentu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa, dari 46 sampel jajanan yang di uji terdapat 2 sampel
jajanan positif mengandung boraks yaitu bakso kuah di SD Negeri 01
Lubuklinggau dan tahu goreng di SMP Negeri 07 Lubuklinggau. Sedangkan
Jajanan positif mengandung formalin terdapat 8 sampel, yaitu bakso kuah di
SD Negeri 01 Lubuklinggau, Tahu Tusuk di SD Negeri 03 Lubuklinggau,
bakso goreng di SD Negeri 12 Lubuklinggau dan SD Negeri 13
Lubuklinggau, tahu goreng 1 dan tahu goreng 2 di SD Negeri 14
Lubuklinggau, Tahu Bakso dan Tahu Gorengdi SD Muhammadiyah
Lubuklinggau, SMP Muhammadiyah Lubuklinggau dan SMK
Muhammadiyah Lubuklinggau dan tahu bakso di SMA Negeri 01
Lubuklinggau. Bahaya mengkonsumsi jajanan yang mengandung boraks dan
formalin secara terus menerus dapat menyebabkan akumulasi di dalam tubuh
dan penurunan imunitas tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, N. 2013. Pengaruh Pemberian Boraks Dosis Bertingkat Terhadap


Perubahan Gambaran Makroskopis Dan Mikroskopis Hepar Selama 28
Hari (Studi Pada Tikus Wistar). Karya Tulis Ilmiah. Diponegoro:
Fakultas Kedokteran.

Aminah, S dan Himawan, C. 2009. Bahan-Bahan Berbahaya dalam Kehidupan.


Bandung: Salamadani.

Arikunto, M dan Sobri. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Hidayat, Y dan Muharrami, L. 2014. Kecenderungan Pilihan Jajanan Pangan
Anak Sd Terhadap Jajanan Berformalin. Jurnal Pena Sains. Vol. 1 (2):
19-26.

http://referensi.data.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 1 Maret 2017.

Junaini, Wibowo, M.A, dan Riyanto. 2016. Uji Kualitatif Kandungan


Formaldehid Alami Pada Ikan Patin Jambal(Pangasius DJambal) Selama
Penyimpanan Suhu DinginMenggunakan Test Kit Antilin. JKK. Vol.
5(3):8-12.

KEMENKES R.I. 2008. Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktor


Bina Gizi

Lipos. Wartawan. 2015. Tim PEMKOT Ungkap Hasil Tes Bakso Boraks. Harian
Pagi Linggau Pos. 24 Februari 2015.

Mahdi, Chanif. 2006. Mengenal Berbagai Produk Reagen Kit Tester Untuk Uji
Formalin, Borak, Zat Pewarna Berbahaya Dan Kandungan Yodium Pada
Garam Beryodium.Laboratorium Biokimia FMIPA-UB. Malang

Mirzal, Juni. 2016. Deteksi Cemaran Boraks, Formalin, Analisis Proksimat Serta
Persepsi Pembeli Dan Pedagang Bakso Yang Berada Di Kota
Lhokseumawe. Banda aceh : fakultas pascasarjana universitas syiah kuala.

Mudzkirah, I. 2016. Identefikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks Dan


Formalin Pada Makanan Jajanan Di Kantin Allaudin Makassar. Skripsi.
Makassar: universitas islam negeri allaudin Makassar.

Paratmanitya, Y & Aprilia, V. 2016. Kandungan bahan tambahan pangan


berbahaya pada makanan jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul.
Jurnal Gizi dan Dietik Indonesia. Vol. 4 No. 2: 49-55.
Rahmanita, I. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Ibu Mengenai
Jajanan dan Perwarna di Kelurahan Beringin Jambi. Skripsi. Jakarta :
Universitas Negeri Isalam Syarif Hidayatullah

Suntaka, D. F, Joseph, W dan Sondakh, R. 2014. Analisis Kandungan Formalin


Dan Boraks Pada Bakso Yang Disajikan Kios Bakso Permanen Pada
Beberapa Tempat Di Kota Bitung Tahun 2014. Artikel Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 4 (1): 39-45.
Tubagus, I, Citraningtyas, G dan Fatmawali. Identifikasi Dan Penetapan Kadar
Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi.
Vol. 2 (4): 142-148.

Anda mungkin juga menyukai