Suatu arus tak konstan menghasilkan fluks magnet tak konstan yang
selanjutnya mengimbaskan suatu tegangan pada sebuah kumparan. Sedangkan
pada dua atau lebih kumparan (kumparan berdekatan) akan menghasilkan fluks
bersama sehinggga dapat dikatakan sebagai “tergandeng bersama”. Dalam
rangkaian yang mempunyai gandengan bersama, suatu arus yang berubah
menurut waktu dalam salah satu kumparannya akan menghasilkan tegangan
imbas pada kumparan yang lainnya. Tegangan imbas tersebut dicirikan oleh
suatu induktansi bersama pada kumparan yang berdekatan ini.
Suatu sistem yang terdiri dari susunan gandengan bersama lebih dari satu
kumparan yang digulungkan pada suatu inti disebut “transformator/trafo”. Trafo
ini tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran. Dalam pesawat penerima radio,
televisi dan peralatan audio, trafo digunakan untuk menghubungkan berbagai
tingkat penguatan. Trafo juga digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan serta untuk mengatur tingkatan impedansi dalam system daya dan
elektronika.
Hubungan antara induktansi L pada suatu induktor linier dengan fluks gandeng,
adalah:
=N =Li
Hal 9
dan menurut Hukum Faraday, tegangan kutub pada induktor tersebut:
di
v=L
dt
11 = L1 21
d 2 d 21
v = dt = N2 dt
N2 21 = M21 i1
……………………………………………………………….………….(1)
Hal 10
di1
v2 = M21 dt
di1
v1 = L1
dt
22 = L2 12
d1 d12
v1 = dt = N1 dt
N1 12 = M12 i2………………………………………….……….…(3)
Hal 11
Dengan induktansi bersama tersebut, tegangan sekunder dengan kutub
primer dihubung terbuka:
di 2
v1 = M12 dt
d 2
v2 =
dt
dengan 2 = N1 11
Sehingga
L2 i2 = N 2 22 …………………………………………….……..(4)
di 2
v2 = L2
dt
di1 di
v1 = L1 +M 2
dt dt
di1 di
v2 = M + L2 2 …………..…………………………………..
dt dt
(5)
Hal 12
Jelas bahwa setiap tegangan mengandung tegangan imbas diri karena
induktnasi diri pada kumparannya dan tegangan bersama karena
induktansi bersama M.
Dalam aturan tersebut, tidak penting apakah arus itu meningkat atau tidak
karena tanda untuk arus imbasnya telah diperhitungkan dalam di/dt. Jadi jika I
meningkat maka tegangan imbas M di/dt positif dan jika I nberkurang maka
tegangan imbasnya akan negative. Tentu saja jika I adalah arus searah maka
tegangan imbasnya akan sama dengan nol.
Hal 13
Sebagai contoh, tinjau gambar 2.2a. Tampak bahwa i 2 menuju arus yang kutub
berbintik sehingga tegangan bersama M di 2/dt mempunyai polaritas positif pada
kutub yang berbintik di gulungan primernya. Demikian pula, karena i 1 memasuki
kutub berbintik maka tegangan bersama M di 1/dt mempunyai polaritas positif di
kutub yang berbintik pada sekundernya. Penerapan hukum tegangan Kirchoff
sepanjangn rangkian primer dan sekunder untuk rangkaian transformator itu
memberikan persamaan (5).
Gambar2.3. Susunan bintik yang berbeda dan arah arus yanga berbeda
pada suatu transformator
di1 di
v1 = L1 -M 2
dt dt
di1 di
v2 = -M + L2 2 …………………………………………..…….(6)
dt dt
Pada gambar 2.3b, arah arus i2 diubah, dengan menerapkan hukum tegangan
Kirchoff diperoleh:
di di
v1 = L1 1 + M 2
dt dt
di1 di
v2 = -M - L2 2 …..……………………………………….…..(7)
dt dt
Hasil-hasil di atas juga dapat diperoleh dengan cara lain penentuan tanda
tegangan bersamanya sebagai berikut:
Hal 14
Jika kedua arus dalam suatu transformator memasuki (meninggalkan) kutub
berbintik, suku induktansi bersama dan induktansi diri untuk masing-masing
pasangan kutub tersebut mempunyai tanda yang sama. Jika tidak, keduanya
akan berlawanan tanda.
Dalam praktek, biasanya lebih mudah untuk mengukur nilai induktansi bersama
dengan pertolongan alat ukur khusus yang dirancang untuk mengukur
induktansi. Alat ukur semacam ini mempunyai sepasang kutub tempat induktansi
yang akan diukur dipasangkan dan nilai induktansi L dibaca melalui suatu meter
atau dengan penyetelan cakra (dial ) tertentu.
di di di di
v = L1 +M + L2 +M
dt dt dt dt
di
= (L1 + L2 + 2M) ………………………………………………..(8)
dt
Jadi induktansi yang terukur antara kutub alat ukur tersebut adalah (L 1 + L2 +
2M). Jika kumparan itu dihubung seri dengan cara yang berbeda seperti gambar
2.5b, atau jika letak bintiknya berbeda dengan yang pertama, tegangan jatuh di
antara kutub-kutub hubungan seri itu adalah:
di di di di
v = L1 -M + L2 -M
dt dt dt dt
di
= (L1 + L2 - 2M) ………………………………………………...(9)
dt
Hal 15
Dengan mengambil selisih pembacaan induktansi untuk kedua kemungkinan
hubungan seri tersebut diperoleh nilai 4M, empat kali impedansi bersama
tranformator.
Bila arah lilitan pada kumparan transformator tidak diketahui dan tidak dapat
ditentukan, maka cara yang lebih sederhana untuk menetapkan tanda-tanda
bintik itu adalah dengan menggunakan rangkaian uji-coba sederhana seperti
yang ditunjukkan gambar 5. Sumber tegangan yang digunakan biasanya berupa
baterai dengan tegangan yang relative rendah dan saklar sesaat berupa dua
potong kawat telanjang. Bila saklar itu ditutup, arus primer akan mengalir dengan
arah seperti yang ditunjukkan pada gambar sehingga dapat diberikan tanda
bintik pertama pada ujung kumparan primer dimana arus masuk. Jika voltmeter
bergerak kearah positif maka bintik kedua harus diletakkan di tempat kutub
positif voltmeter terhubung pada kumparan sekundernya. Jika voltmeter bergerak
Hal 16
kearah negatif, bintik kedua harus diletakkan di ujung kumparan sekunder yang
terhubung ke kutub negatif voltmeter tersebut.
1 1
w(t ) L1i12 Mi1i 2 L2 i 22 ……..………………………………………....(10)
2 2
Hal 17
Tanda untuk suku induktansi bersamanya positif jika kedua arusnya memasuki
kutub-kutub yang berbintik (atau yang tidak berbintik); bila tidak, maka tandanya
negatif.
M
k ………………………………………………….………………(11)
L1 L2
Nilai k (dan juga M) tergantung pada dimensi fisik dan banyaknya lilitan pada
masing-masing kumparannya, kedudukan relative antara kumparan yang satu
terhadap yang lain serta sifat magnet inti dimana semua kumparan dibelitkan.
Kumparan itu dikatakan tergandeng renggang jika k≤0,5 dan jika k>0.5 dikatakan
tergandeng erat.
Umumnya transformator dengan inti udara tergandeng renggangdan
transformator dengan inti besi koefisien gandengannya dapat mencapai satu.
Tinjau rangkaian seperti pada gambar 2.7., yang mempunyai suatu sumber
tegangan Vg dengan impedansi sebesar Z 2 yang terpasang pada kutub-kutub
sekunder transformatornya.
Dengan menerapkan hukum tegangan Kirchoff pada rangkian tersebut,
diperoleh:
V1 = jωL1 I1 – jωM I2
0= -jωL1 I1 +(Z+ jωL2 ) I2 .........................................................(12)
jM jM
V1 jL1 I 1 ..........................................................(13)
Z 2 j L 2
Hal 18
sehingga impedansi masukan rangkian dilihat dari kutub-kutub primer
transformator tersebut adalah:
V1 2M 2
Z1 jL ...........................................................(14)
I1 Z 2 jL2
Suku pertama pada persamaan di atas yaitu jL1 sepenuhnya tergantung pada
reaktansi primer transformator tersebut. Sedangkan suku kedua tergantung pada
gandengan bersama yang kemudian disebut sebagai impedansi terpantul
diberikan oleh:
2M 2
ZR .........................................................................(15)
Z 2 jL2
Impedansi terpantul dapat dibayangkan sebagai suatu impedansi yang disisipkan
atau dipantulkan ke bagian primer oleh sekunder transformator tersebut.
dengan N1 dan N2 adalah banyaknya lilitan pada kumparan primer dan sekunder
transformator tersebut.
Tegangan dan arus dalam suatu transformator sempurna dihubungkan oleh
perbandingan lilitannya sebagai
Hal 19
V2
n
V1
…………………………………….……………………………..(17)
I2
n
I1
Dan dengan menggantikan n dengan N2/N1 didapat:
V2 N
2
V1 N1 ………………………………………………………..…………(18)
N1 I1 N 2 I 2
V1 V2 / n V2 / I 2
Z1
V2 I2 n2
atau
Z2 Z2
Z1 atau n 2 ………………………………..………………..(19)
n 2 Z1
Hal 20
2.9. Rangkaian Setara
di1 di
v1 = L1 +M 2
dt dt
di1 di
v2 = M + L2 2 ………………………………………….……………..
dt dt
(20)
v1 L1 M didt
1 di di
M 1 2
dt dt
di di di
v 2 M 1 2 L2 M 2 …………………………..…………….(21)
dt dt dt
(a) (b)
maka persamaan di atas dapat dipenuhi oleh suatu jala-jala T seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.10b. Karena rangkaian tersebut merupakan suatu
Hal 21
jala-jala kutub tiga maka rangkaian gambar 2.10b setara dengan suatu
transformator yang dihubungkan seperti gambar 2.10a. Jika letak bintik pada
gambar tersebut berlawanan maka M harus digantikan dengan –M dalam
rangkian setara.
(a) (b)
Hal 22
Untuk transformator sempurna seperti pada gambar 2.11a, arus dan
tegangannya diberikan menurut:
i1
i2
n ……………………………………………………………………..(22)
v 2 nv1
Jelas bahwa rangakaian pada gamabr 2.10b dan 2.10c memenuhi persamaan
(21). Jika letak bintiknya berbeda dengan gambar maka n harus digantikan oleh
–n dalam persamaan (22).
Hal 23