NPM : 22271025715
1. Sebuah Pembangkit Tenaga Uap dengan Kapasitas 100 MW, dengan besaran2 sbb. :
Ditanyakan :
b. Berapa jumlah beliatan generator, berapa tegangan per belitan, berapa penampang konduktornya
bila dari bahan tembaga ?
Jawaban :
F .120 50.120
a. RPM = = =1500 RPM
P 4
b. - Jumlah Belitan Generator :
E = 4,44 kc . kd . f. .N
E 11500 11500
N= = = =432,0417 Belitan
4 , 44. Kc . Kd . F . 4 , 44.1.1 .50 . 0,1199 26,6178
- Tegangan per belitan :
Ef 11500
¿ = =26,6178
N 432,0417
- penampang konduktornya bila dari bahan tembaga :
¿ E.S
S= ❑
E
11500
s=
26,6178
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan kapasitas 100 MW tegangan phasa-netral 11.5 KV.
Ternyata bebannya adalah 105 MW yang menyebabkan frequensi turun dari 50 H z menjadi 49.65 H z
Ditanyakan :
Jawaban :
F .120 50.120
a. RPM = = =1500 RPM
P 4
b. yang harus dilakukan untuk menyelamatkan system :
Dengan cara mengendalikan frekuensi ini dengan melakukan pengaturan/regulasi, salah satunya
dengan LFC yang erat kaitannya dengan fasilitas AGC (automatic generation control). AGC
memungkinkan JCC mengendalikan beban MW pembangkit listrik (Po) dan rentang bebannya (Pr).
Regulasi utama adalah dengan regulasi primer (Governor Free) yang mempunyai sifat :
● Merespon dengan cepat terjadinya generation-load mismatch
● Masih terdapat steady state error (deviasi frekuensi) sesuai karakteristik speed droop
Pada regulasi primer ini, speed droop pembangkit ditentukan minimal 5% menurut Aturan Jaringan
tahun 2007 (Grid Code). Pembangkit2 hidro biasanya dapat memiliki speed droop hingga 2.5%, sedang
pembangkit2 thermal dengan turbin gas sekitar 4%. Yang sulit memenuhi aturan ini adalah pembangkit2
PLTU batubara, kendalanya adalah mungkin umur boilernya yang sudah tua (tidak bisa menerima
thermal stress yang ekstrim), bisa juga karena nilai kalor batubaranya yang tidak stabil, atau
pertimbangan komersial, misal dalam perjanjian jual beli tenaga listrik atau PPA belum diatur). Pada
musim hujan, ketika PLTA dapat beroperasi penuh, frekuensi sistem sangat terbantu kualitasnya oleh
reaksi cepat governor turbin2 air.
Ilustrasi di atas menjelaskan apa yang terjadi ketika beban sistem tiba-tiba naik. Tanpa regulasi frekuensi
akan turun terus. Dengan regulasi primer (governor free), dalam waktu sekitar < 20 detik frekuensi
dapat ditahan. Namun selama demand > supply maka akan tetap ada Δf. Hal ini dapat diatasi jika sistem
juga punya regulasi sekunder (LFC). Dalam waktu 1-2 menit frekuensi akan kembali ke nominal ketika
pembangkit2 listrik yang mengaktifkan LFC-nya mulai berkontribusi menyumbang daya ke sistem.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ) berkapasitar 3 MVA, 220/380 V , Impedansi sinkron = Z s = j
12 % ,
Impedansi Jaringan = ZT = j 5 % , Dibebani sebesar 2 MVA dengan power faktor = 1 , Tegangan di beban
=
Ditanyakan :
- P = V.I
P
I (220 V) =
V
2000000
I (220 V) =
220
= 9090,909 A
P
- I (380 V) =
V . √ 3.Cosφ
2000000
=
380. √ 3.0 , 8
= 3798,38 A
Jawab : 220/380 V
Jawab : 380 V
Jawab : 2 MW
Jawab :
Menyebabkan frequensi naik menjadi 50,3 hz dan medan magnet naik sebesar 3 %.
Ditanyakan :
C. Apa yang harus dilakukan sehingga frequensi dan tegangan normal kembali ?
Jawaban :
Jawab : 1 MW
c. Apa yang harus dilakukan sehingga frequensi dan tegangan normal kembali ?
Jawab :