0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan2 halaman
Teks ini membahas tentang reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh presiden terpilih untuk membangun good governance melalui perbaikan sistem birokrasi. Akan tetapi, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti keterbatasan akses internet dan kualitas SDM. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mewujudkan cita-cita reformasi birokrasi tersebut.
Teks ini membahas tentang reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh presiden terpilih untuk membangun good governance melalui perbaikan sistem birokrasi. Akan tetapi, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti keterbatasan akses internet dan kualitas SDM. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mewujudkan cita-cita reformasi birokrasi tersebut.
Teks ini membahas tentang reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh presiden terpilih untuk membangun good governance melalui perbaikan sistem birokrasi. Akan tetapi, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti keterbatasan akses internet dan kualitas SDM. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mewujudkan cita-cita reformasi birokrasi tersebut.
"Kita harus menerapkan e-budgeting, e-purchasing, e-catalogue, e-audit, pajak online, IMB online. Kita online-kan semua, jadi tidak ada lagi 'ketema-ketemu', supaya 'amplop-amplopan' hilang" (Bapak Ir. Jokowi, Kompas, 15 Mei 2014) Tere Liye dalam novel “Negeri Para Bedebah” telah berhasil mengangkat potret sebuah negara yang dipenuhi oleh para cukong kebijakan lewat prosa yang menukik kesadaran setiap pembacanya. Dua bulan yang lalu, masyarakat Indonesia pun berhasil dibuai oleh para Calon Presiden, bukan dengan liukan prosa tapi dengan janji- janji besar mereka tentang masa depan Indonesia. Dari berjibun janji yang tak terhitung, ada satu janji yang menjadi trending dan memegang kunci utama kantong suara mereka. Yakni janji agung tentang serba-serbi reformasi birokrasi yang ditunggu kebijakannya oleh makelar rumah hingga investor asing. Sepertinya para Calon Presiden ini mengilhami betul fatwa dari Max Weber tentang birokrasi yang merupakan konsepsi tipe ideal organisasi pemerintah yang menjadi penentu roda pemerintahan Tidak main-main dalam sembilan agenda prioritas yang dikenal dengan Nawa Cita, Bapak Presiden terpilih menempatkan janji reformasi birokrasi pada poin ke dua. Yakni berbunyi “Kami secara konsisten akan melakukan reformasi birokrasi secara berkelanjutan dengan restruturisasi kelembagaan, perbaikan kualitas pelayanan publik dan memperkuat kompetensi serta monitoring”. Celetukan pamungkas “kita online-kan semua” menjadi salah satu rencana kebijakan teknis birokrasi Bapak yang langsung ditanggapi pro dan kontra. Dari kejumawaan Bapak tentang waktu pembuatan sistem informasi yang hanya membutuhkan satu minggu hingga respon positif tentang membangun pemerintahan yang transparan. Pada dasarnya hari ini, rakyat telah memegang erat komitmen Bapak untuk membangun good governance melalui perbaikan sistem birokrasi yang ada, tapi Bapak tentu tidak lupa ungkapan tidak semudah membolak-balikan tangan untuk mewujudkan itu, termasuk mengonlinekan semua sistem yang ada. Bapak hendaknya melihat masa lalu saat memimpin di Provinsi Jakarta mengenai apa yang terjadi dengan laporan keuangan Provinsi yang mendapat predikat Wajar dengan Pengecualian (WDP) karena sistem e-budgetting yang dipaksa segera diterapkan. Reformasi birokrasi tidak membutuhkan ketergesaan, sebaliknya harus dilakukan secara bertahap menjuru ke segala lapisan administrasi. Setidaknya ada tiga hal yang harus disembuhkan terlibih dahulu dari penyakit birokrasi. Yakni lingkungan, budaya serta nilai dan struktur birokrasi. Lingkungan merujuk pada kondisi ruang administrasi, budaya dan nilai menilik pada kebiasaan birokrasi yang telah lama terbangun di masyarakat, sedangkan struktur birokrasi merujuk kepada aparat pemerintahan yang menjalankan fungsi birokrasi. Ketiga hal tersebut harus mendapatkan porsi perhatian yang besar menuju sistem online yang diharapkan akan segera dibangun berdasarkan grand design yang jelas. Narasi besar tentang pembangunan Indonesia akan habis menjadi angan- angan saja jika tidak dimulai dari kejelian melihat permasalahan birokrasi. Terlalu sederhana melihat permasalahan akan menjebak pemerintah pada tidak sembuhnya penyakit birokrasi. Sistem online yang diandalkan sebagai obat pun juga tidak terlepas dari permasalahan. Salah satunya mengenai akses internet yang belum menyeluruh hingga pelosok negeri, dan ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi aparat pemerintahan dan masyarakat luas. Pertama, mengenai akses internet di negara ini sungguh menimbulkan keprihatinan. Laporan dari State of the Internet di bulan April 2014 mencatat bahwa di wilayah Asia Pasifik, kecepatan akses internet Indonesia hampir menyentuh posisi juru kunci yakni peringkat ke 118. Belum lagi sebaran internet belum menyentuh seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kementrian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) Republik Indonesia menulis bahwa baru terdapat 74 juta pengguna internet di Indonesia. Angka itu baru setara 29 persen dari total penduduk dan sebagian besar dari mereka berada di wilayah perkotaan. Kondisi internet yang minim ini tentu akan menghambat pelaksanaan sistem online birokrasi yang dicita-citakan. Bagaimanapun internet menjadi syarat utama pelaksanaan sistem birokrasi semacam ini. Kedua, lemahnya kualitas SDM menyangkut dua hal pokok. Yakni ketidaksiapan aparat pemerintah yang menjalankan fungsi birokrasi dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tidak melek internet di setiap pelosok negeri berimbas pada rendahnya kualitas pemahaman masyarakat untuk menggunakan internet. Padahal birokrasi adalah hak setiap rakyat yang dilindungi oleh konstitusi, sehingga mereka seharusnya tidak dihambat untuk mengurus hal yang berkaitan dengan birokrasi. Kedua adalah ketidaksiapan aparat pemerintahan yang memperlihatkan bahwa perlunya dibangun kultur baru dalam transisi birokrasi dari manual ke sistem online. Ketidaksiapan dari aparat akan menjadi bumerang karena mereka yang menjalankan sistem induk nantinya yang berbeda dengan peran yang sudah lama diemban. Kusutnya permasalahan tersebut harus segera dipertemukan dengan solusi yang komprehensif dan efektif. Cita-cita mulia berupa sistem birokrasi online tidak bisa berjalan sendiri sebagai obat dari penyakit birokrasi yang kronis. Menjadi hal mutlak bagi Bapak Presiden untuk memperluas akses internet hingga pelosok negeri. Oleh karena bagaimanapun setiap manusia di bumi pertiwi ini berhak atas kedudukan yang sama di depan pemerintahan sebagaimana ditugaskan dalam Konstitusi. Selanjutnya persiapan aparat pemerintahan dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang komprehensif dan konsisten sesuai dengan Nawa Cita yang telah bapak Presiden susun. Membangun sistem online dalam birokrasi merupakan salah satu pokok reformasi birokrasi yang berupa pembangunan pemerintahan yang modern. Sesungguhnya ini adalah mimpi yang amat baik untuk menghadapi berbagai kemajuan globalisasi yang menuntut segala proses birokrasi yang cepat dan tepat. Apalagi di tahun 2015, Indonesia harus memasuki arena Asean Free Trade Area yang membuka lebar-lebar pintu investasi di negara ini. Investor dapat lari segera mungkin jika proses birokrasi seperti perizinan investasi lama dan berbelit-belit. Hal ini tentu akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang akan semakin melambat. Tidak hanya investor yang dibuat pusing oleh birokrasi berbelit, ibu-ibu di kampung yang butuh segera surat keterangan tidak mampu untuk anaknya yang bercita-cita mendapat beasiswa sekolah tinggi pun bisa menangis habis-habisan karena hal ini. Akhirnya cita- cita kemerdekaan dan reformasi hanya bisa diwujudkan dalam kesatuan ikhtiar pembangunan menyeluruh tanpa saling mengabaikan yang lain, dan besar harapan rakyat menuntut kebijaksanaan Bapak Presiden yang terhormat untuk mempersempit waktu tidur dan menyeditkan makan guna menyerahkan sepenuhnya diri kepada rakyat Indonesia. Oleh karena birokrasi tidak hanya sekedar obralan janji indah yang menagih kantong suara Pemilu, melainkan janji yang harus dibuktikan. Selamat mengabdi Bapak, kami akan menyertai selama Tuhan mencintai Bapak Presiden terhormat. Dengan penuh hormat, atas nama Nabella