Kasus 3
Seorang pria berusia 45 tahun mengeluh sakit punggung sejak 4 bulan lalu. Keluhan ini diikuti
oleh kelemahan kedua kaki secara bertahap dalam 2 minggu terakhir dengan perasaan tebal
mulai dari pusar ke bawah. Dia juga mengalami kesulitan buang air kecil dan buang air
besar.
LT
1. Tolong lakukan anamnesis pada pasien ini dan keluarganya
a. Riwayat sekarang
Nyeri punggung di sebelah mana (cervical, torakal, atau lumbal)?
Bagaimana awalnya nyeri tersebut bisa terjadi? Apakah ada faktor yang
memodifikasi?
Kuantitas dan kualitas nyeri?
Faktor yang memperberat nyeri dan faktor yang memperingan nyeri?
Apakah terdapat gejala penyerta lainnya?
b. Riwayat sebelumnya
Apakah sebelumnya ada riwayat kontak atau menderita TB paru?
Adakah iwayat gejala-gejala klasik (demam subfebril, diaforesis nokturnal,
batuk lama, penurunan berat badan)?
c. Riwayat keluarga
Apakah di keluarga ada yang mengalami gejala serupa?
d. Riwayat sosial ekonomi
2. Jika itu adalah TB spondilitis, apa yang akan Anda temukan pada pemeriksaan klinis?
SGD 10
a. Pernapasan cepat, dapat diakibatkan oleh hambatan pengembangan volume paru
oleh tulang belakang yang kifosis atau infeksi paru oleh kuman TB. Infiltrat paru
akan terdengar sebagai ronkhi, kavitas akan terdengar sebagai suara amforik atau
bronkial dengan predileksi di apeks paru.
b. Kesegarisan (alignment) tulang belakang harus diperiksa secara seksama. Infeksi
TB spinal dapat menyebar membentuk abses paravertebra yang dapat teraba,
bahkan terlihat dari luar punggung berupa pembengkakan. Permukaan kulit juga
harus diperiksa secara teliti untuk mencari muara sinus/fistel hingga regio gluteal
dan di bawah inguinal (trigonum femorale). Tidak tertutup kemungkinan abses
terbentuk di anterior rongga dada atau abdomen.
c. Terjadinya gangguan neurologis menandakan bahwa penyakit telah lanjut, meski
masih dapat ditangani. Pemeriksaan fisik neurologis yang teliti sangat penting
untuk menunjang diagnosis dini spondilitis TB. Pada pemeriksaan neurologis bisa
didapatkan gangguan fungsi motorik, sensorik, dan autonom. Defisit neurologis
yang mungkin terjadi meliputi: paraplegia, paresis, hypesthesia, nyeri radikuler dan
/ atau sindrom cauda equina.
d. Kelumpuhan berupa kelumpuhan upper motor neuron (UMN), namun pada
presentasi awal akan didapatkan paralisis flaksid, baru setelahnya akan muncul
spastisitas dan refleks patologis yang positif.
e. Kelumpuhan lower motor neuron (LMN) mononeuropati mungkin saja terjadi jika
radiks spinalis anterior ikut terkompresi. Jika kelumpuhan sudah lama, otot akan
atrofi, yang biasanya bilateral. Sensibilitas dapat diperiksa pada tiap dermatom
untuk protopatis (raba, nyeri, suhu), dibandingkan ekstremitas atas dan bawah
untuk proprioseptif (gerak, arah, rasa getar, diskriminasi 2 titik).
f. Evaluasi sekresi keringat rutin dikerjakan untuk menilai fungsi saraf autonom.
g. Mantoux test positif
Diagnosis diferensial lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain: spondilitis jamur
yang dapat ditemukan pada pasien-pasien dengan inkompetensi imun, mielitis
transversa, sarkoidosis, dan reumatoid artritis.