Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan
keperawatan, salah satu tugas perawat yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi
dimana saat itu pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pepindahan
secara mandiri. Oleh karena itu kami akan membahas bagaimana cara melakukan
mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
dari tempat tidur ke kereta dorong (brankart).
Selain itu juga akan dibahas mengenai ROM (Range of motion). ROM
adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

1
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semi koma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan
untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi
ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga
prinsip dasar dilakukan ROM.

1.2. Identifikasi Masalah


Bagaimana cara memindahkan pasien dari :
1. ROM
2. Teknik berpindahan
3. Membantu pasien berjalan dengan alat dan tanpa alat
4. Mengubah posisi pasien
5. Mengangkat pasien

1.3. Tujuan Penulisan


· Tujuan umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia mengenai
Mobilisasi pasien serta ROM
· Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berpindahan pasien
b. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berjalan dengan alat dan
tanpa alat
c. Untuk mengetahui teknik mengubah posisi pada pasien
d. Untuk mengertahui definisi ROM, klasifikasi dan jenis ROM, indikasi
serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan
ROM.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ROM (Range Of Motion)


ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital,
transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari
depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan
frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan
ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan
konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan.
Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan
siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah
abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada
potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi
internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan
mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi,
pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien
yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit, ketidakmampuan,
atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi.
Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif. Perawat
menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun
gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi
gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan
terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah
dan saraf.

3
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005)
Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.

Manfaat ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.

4
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

5
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal
dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif).
Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total
atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang
digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya
pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya
secara mandiri.

Indikasi dan Sasaran ROM


1. ROM Aktif :
 Indikasi :
 Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
 Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM,
adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari
luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
 ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
 ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan
dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
 Sasaran :

6
 Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif
serupa dengan ROM Pasif.
 Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak
dari kontrol gerak volunter.
 Sasaran spesifik :
Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
Meningkatkan sirkulasi
Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2. ROM Pasif
 Indikasi :
 Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila
dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
 Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif
pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau
bed rest total
 Sasaran :
 Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
 Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
 Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
 Membantu kelancaran sirkulasi\
 Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi
persendian
 Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
 Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
 Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM

7
 Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera. Gerakan yang terkontrol dengan seksama
dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal
penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan
yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
 ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening).PROM dilakukan secara hati-hati pada
sendi-sendi besar, sedangkana AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus. Pada keadaan
setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada
ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat.
Keterbatasan dalam Latihan ROM
 ROM Aktif
 Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau
meningkatkan kekuatan.
 Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali
dengan menggunakan pola gerakan.
 ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
 Mencegah atrofi otot
 Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
 Membantusirkulasi

Macam-macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.

8
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.

9
Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebaga berikut :
1) Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,
2) Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,

10
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,
3) Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,
4) Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke bawah,
5) Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,

11
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,
6) Jari- jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
7) Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.
8) Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°

12
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9) Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
10) Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,
11) Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,
12) Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

13
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

Pemeriksaan Kekuatan Otot


Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara
volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan
volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.

Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu


penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang
diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa
penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat
bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot.
Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan
penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.

14
Proses Pelaksanaan MMT
 Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
 Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
 Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
 Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
 Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon atau perut otot.
 Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan
sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
 Melakuakan pencatatan hasil MMT

Kriteria hasil pemeriksaan MMT


 Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal.
 Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
 Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan.
 Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan
gravitasi.
 Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi\
 Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi

15
B. Pengertian Mobilisasi
Pengkajian mobilitas pasien berfokus pada rentang gerak (Orange of
motion), cara berjalan, latihan fisik, toleransi aktivitas, dan kesejajaran tubuh.
Bagian ini akan membahas rentang gerak saja. Rentang gerak adalah jumlah
maksimum gerakan yang mungkin pada satu sendi dalam salah satu dari tiga
potongan tubuh, seperti sagital, frontal, dan transversal. Rentang gerak adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan rentang penuh gerakan sendi.
Bahkan ketika pasien mampu berdiri untuk berjalan dengan jarak pendek atau
duduk dikursi, mereka mungkin perlu lebih banyak melatih beberapa sendi. .
a. Latihan rentang gerak aktif
Latihan disebut rentang gerak aktif jika pasien melakukan sendiri
dengan instruksi dan kemungkinan beberapa bantuan dari perawat dan
anggota keluarga. Perawat menunjukkan pasien bagaimana melakukan
latihan pada titik tahanan ringan. Latihan tidak boleh menimbulkan nyeri.
b. Latihan rentang gerak pasif
Kadangkala pasien terlalu sakit untuk melakukan latihan rentang
gerak pada kasus ini perawat melatih seni untuk pasien. Ini disebut latihan
rentang gerak pasif. Beberapa pasien mulai dengan latihan rentang gerak
pasif dan meningkat pada latihan rentang gerak aktif. Latihan rentang
gerak pasif, seperti yang aktif, harus dilakukan pada titik tahanan tetapi
bukan pada titik yang menyebabkan nyeri. Kewaspadaan klinis : latihan
rentang gerak pasien tidak boleh dilakukan pada sendi yang mengalami
inflamasi.
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat mengajukan anamnese
(pertanyaan) dan membuat observasi untuk mengumpulkan data tentang kekakuan
sendi, pembengkakan sendi, nyeri, keterbatasan sendi, dan gerakan yang tidak
seimbang. Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, viabilitas,
atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas.

Teknik ini dapat digunakan oleh perawat untuk memberi perawatan pada
klien imobilisasi. Teknik ini membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga

16
memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat atau memindahkan
klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem
musculoskeletal. Tujuannya untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan
perawat
Hal-hal yang harus dipersiapkan:
 Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi,
ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan
kemampuan klien mengikuti instruksi
 Siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
 Jelaskan prosedur kepada klien
 Tutup pintu atau gorden
 Cuci tangan

Mobilisasi dan Transportasi pada Pasien


2. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
Sebelum kita membantu pasien untuk berpindah ke kursi roda,
yang harus kita lakukan adalah mengkaji kekuatan otot, mobilisasi sendi,
paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti
instruksi. Diana tujuan dari pengkajian ini adalah agar mengurangi resiko
cedera pada klien dan perawat.

· Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan
fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda

· Tujuan
 Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,
 Mempertahankan kenyamanan pasien,
 Mempertahankan kontrol diri pasien,
 Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),

17
 Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
 Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang
toleransi dengan kegiatan ini), dan
 Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah
baring.

· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda.(Suparyanto, 2010).

Persiapan:
 Kaji kekuatan otot pasien,
 Mobilitas sendi,
 Toleransi aktivitas,
 Tingkat kesadaran
 Tingkat kenyamanan,
 Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
 Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan
pasien ke kursi roda. Naikkan sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk
di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika pasien berada di atas kursi
roda.

· Alat dan Bahan :


 Kursi Roda,
 Handscun atau sarung tangan (jika perlu),
 Sabuk pemindah (bila diperlukan),
 Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45 terhadap tempat tidur, dikunci,
angkat penyokong kaki, dan kunci kaki tempat tidur),
 Jelaskan prosedur pada pasien, dan
 Tutup pintu atau pasang tirai.

18
· Cara Kerja :
 Cuci tangan,
 Lakukan persiapan yang telah disebutkan di atas,
 Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi
roda dalam posisi 45 terhadap tempat tidur,
 Pasang sabuk pemindah bila perlu,
 Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak
licin,
 Renggangkan kedua kaki Anda,
 Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan
lutut pasien,
 Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan Anda di skapula pasien,
 Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan
panggul dan tungkai Anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak
fleksi,
 Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
 Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi,
 Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi
untuk menyokong,
 Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
 Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
 Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
 Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
 Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
 Catat prosedur dalam catatan keperawatan.

19
Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke kursi roda
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi silang perawat ke
pasien
2 Kursi roda dalam posisi 45° Agar pasien mudah untuk dipindahkan, duduk di kursi
terhadap tempat tidur roda

3 Sabuk pemindah (jika perlu) agar pasien tidak terjatuh saat dipindahkan
ke kursi roda
4 Sepatu / Sandal Agar aman dan terlindungi dari benda-benda yang
membahayakan dan/atau melukai kaki pasien

5 Fleksikan kedua panggul dan Untuk mensejajarkan posisi agar mempermudah


lutut dalam pengangkatan pemindahan pasien

6 Menggunakan lengan yang Agar pasien duduk dengan nyaman, pantatnya tidak
memegang kursi untuk terhempas
menyokong
7 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika
ada cedera atau perubahan fisik yang mungkin terjadi
saat kita melakukan tindakan pemindahan pasien
8 Cuci tangan sesudah prosedur menghindari terjadinya kontaminasi silang pasien ke
perawat
9 Mencatat prosedur Pendokumentasian

3. Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur


· Pengertian
Memindahkan klien dari atas kursi roda ke tempat tidur dengan maksud
tertentu.
· Tujuan
Mengembalikan klien ke tempat idur setelah menjalani prosedur tertentu
atau setelah aktivitas lain

20
· Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)
Langkah prosedur
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
(pastikan juga dalam posisi terkunci)
 Angkat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki
yang kuat di bawah kursi roda sedangkan kaki yang lemah di depannya
 Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat
sambil menghentakkan tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien
dan bantu klien untuk berdiri)
 Minta klien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur
 Bantu klien duduk di tepi tempat tidur
 Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien
dapat berbaring.
 Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur klien

21
CHECKLIST MEMBANTU PASIEN BERJALAN TANPA BANTUAN
ALAT

Nama : ……………………………………

NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Membantu pasien untuk melatih kembali kelompok-kelompok
otot yaitu menggerakan kaki serta tangan secara bergantian tanpa
menggunakan alat bantu berjalan .
Tujuan :
 Untuk mencapai tingkat mobilitas maksimal dengan cara
mempertahankan, menjaga atau meningkatkan tonus dan
kekuatan otot, rentang gerakan
 Mencegah masalah-masalah akibat keadaan imobilitas,
seperti dekubitus, kelumpuhan dan keram otot
 Mengembalikan kemandirian pasien
Indikasi :
 Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur
dan/atau trauma
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan nyeri dan bengkak sendi
 Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan
dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal
 Klien setelah bedah artroskopis lutut
 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan dan imobilisasi yang diprogramkan.

22
Kontra indikasi :
 Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi,
insisi, dan drainase.
 Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan turgor kulit.

Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien :
 Memperkenalkan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
 Menyepakati waktu yang akan di gunakan

2. Persiapan alat dan bahan :


Alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi
pasien.
3. Persiapan Lingkungan :
 Sampiran
Tahap pre interaksi
1. Membaca status pasien
2. Mempersiapkan diri
3. Siapkan alat-alat
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau

23
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping
badan atau memegang telapak tangan anda.
4. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan
bahu pasien.
5. Bantu pasien berjalan.

Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

24
4. Membantu Pasien Berpindah dari Tempat Tidur ke Kereta
Dorong (Brankart)
Pengertian
Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai tiga orang
perawat. Pemindahan ini dapat dari tempat tidur ke brankart atau tempat tidur ke
tempat tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak
dapat dan atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri. Hal yang perlu
disiapkan sama dengan pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.

Tujuan
Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu
(pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll).
· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.
· Persiapan :
 Kaji kekuatan otot pasien,
 Mobilitas sendi,
 Toleransi aktivitas,
 Tingkat kesadaran,
 Tingkat kenyamanan, dan
 Kemampuan untuk mengikuti instruksi.

Alat dan Bahan :


 Brankart atau tempat tidur, dan
 Bantal (bila perlu).

Cara Kerja
 Cuci tangan,
 Lakukan persiapan seperti disebut di atas,

25
 Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien,
 Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien
(kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan kaki),
 Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat
ke tempat tidur di depan, lutut agak fleksi,
 Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha
dan pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi
tubuh pasien,
 Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka,
 Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,
 Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan
menumpu salah satu kaki untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain,
dengan bergerak ke depan (bila perlu)
 Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah
brankart/tempat tidur lain dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka
sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat tidur,
 Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur
pada posisi terpasang,
 Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
 Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
 Catat prosedur dalam catatan keperawatan.

26
Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke brankart
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi silang perawat ke
pasien
2 Dua atau tiga perawat Dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien, untuk
mempermudah memindahkan pasien
3 Menggulingkan pasien Untuk mempererat pengangkatan pasien sehingga tidak
kearah dada terjadi resiko yang membahayakan jiwa pasien, misal :
terjatuh
4 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika ada
cedera atau perubahan fisik yang mungkin terjadi saat
kita melakukan tindakan pemindahan pasien

5 Cuci tangan sesudah menghindari terjadinya kontaminasi silang pasien ke


prosedur perawat
6 Mencatat prosedur Pendokumentasian

5. Memindahkan klien dari brankart ke tempat tidur


· Pengertian
Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur dengan maksud
tertentu.
· Tujuan
 Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan
diatas brankart
 Memindahkan klien pada tempat perawatan selanjutnya

· Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)

· Langkah prosedur
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

27
 Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
 Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat
yang lain di samping brankart
 Silangkan tangan klien didepan dada
 Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
 perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik
pengala
 Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas
di tubuh klien hingga mencapai tempat tidur
 Jauhkan brankart
 Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur

28
ASPEK YANG DINILAI BOBOT

A FASE ORIENTASI

1 Mengucap salam 1

2 Memperkenalkan diri 1

3 Menyampaikan tujuan 1

4 Menjelaskan langkah prosedur 2

5 Menanyakan kesiapan pasien 1

B FASE KERJA

Cuci tangan 1

Membaca Bismillah 1

29
LEHER (otot sternokleidomastoideus)

Meletakkan tangan dengan mantap pada


1 5
rahang atas

Meminta klien untuk memiringkan kepala


2 6
melawan tahanan tangan perawat

3 Tulis penilaian Anda 3

BAHU (otot trapezius)

Meletakkan tangan di atas garis tengah


1 5
bahu klien kemudian berikan tekanan

Meminta klien mengangkat bahunya


2 6
melawan tahanan tangan perawat

3 Tulis penilaian Anda 3

SIKU (otot bisep)

1 5
Meminta klien meng-fleksi-kan lengan

30
bawah

Perawat menarik lengan bawah klien ke


2 arah bawah kemudian meminta klien 6
menahannya

3 Tulis penilaian Anda 3

SIKU (otot trisep)

Meminta klien meng-fleksi-kan lengan


1 5
bawah

Perawat menopang lengan bawah klien


dengan tangan perawat kemudian meminta
2 6
klien meng-ekstensi-kan lengan bawahnya
kemudian perawat menahannya

3 Tulis penilaian Anda 3

PINGGUL (otot kuadriseps)

Meminta klien duduk di kursi/meja agar


tungkainya menggantung, letakkan tangan
1 5
perawat pada tungkai klien dan berikan
tahanan

31
2 Meminta klien mengangkat pahanya 5

3 Tulis penilaian Anda 3

PINGGUL (otot kuadriseps)

Meminta klien duduk di kursi/meja agar


tungkainya menggantung, letakkan tangan
1 5
perawat pada tungkai klien dan berikan
tahanan

Meminta klien meng-ekstensi-kan


2 5
tungkainya

3 Tulis penilaian Anda 3

C FASE TERMINASI

1 Merapikan klien 1

2 Melakukan evaluasi tindakan 1

3 Merapikan alat 1

32
4 Mendoakan pasien 1

5 Berpamintan 1

6 Mencuci tangan 1

D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN

1 Ketenangan selama tindakan 1

Melakukan komunikasi terapeutik selama


2 1
tindakan

3 Ketelitian selama tindakan 1

4 Keamanan klien selama tindakan 1

TOTAL 100

33
2. MENGATUR POSISI PASIEN

1 Mengucap salam 5

2 Memperkenalkan diri 5

3 Menyampaikan tujuan 5

4 Menjelaskan langkah prosedur 5

5 Menanyakan kesiapan pasien 5

34
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT

A FASE ORIENTASI

B FASE KERJA

Cuci tangan 5

Membaca Bismillah 5

Posisi Dorsal Recumbent

1 Memposisikan pasien tidur terlentang 10

Meminta pasien untuk melepas pakaian


2 10
bawah/dilepaskan perawat

Menekuk lutut pasien dan


3 meregangkannya (telapak kaki menempel 15
tempat tidur)

35
Memasang selimut untuk menutupi area
4 10
genitalia dan merapikan pasien

Posisi Litotomi

1 Memposisikan pasien tidur terlentang 10

Mengangkat kedua paha dan tarik ke atas


2 abdomen (tungkai bawah membentuk 10
sudut 90 derajat terhadap paha)

Meminta pasien untuk memegang


pahanya & meletakkan bagian lutut/kaki
3 15
pada penyangga kaki di tempat tidur
khusus untuk posisi litotomi

Memasang selimut untuk menutupi area


4 10
genitalia dan merapikan pasien

Posisi Sims

Memposisikan pasien tidur dalam posisi


1 10
miring sebagian pada abdomen

36
Tempatkan bantal kecil dibawah lengan
2 10
atas yang difleksikan

Tempatkan bantal dibawah tungkai atas


3 15
yang difleksikan, kaki yang satunya lurus

4 Memasang selimut/merapikan pasien 10

Posisi semi fowler/fowler

1 Memposisikan pasien tidur terlentang 10

Tinggikan kepala tempat tidur 45-60


derajat (semi fowler) atau 90 derajat
(fowler) dengan Topang kepala dan
2 25
punggung pasien dengan bantal/guling
(atur tempat tidur khusus dengan
meninggikan bagian kepala)

3 Memasang selimut/merapikan pasien 10

Posisi Trendelenburg

37
1 Memposisikan pasien tidur terlentang 10

Tempatakan bantal dibawah lipatan


lutut/kaki sehingga bagian kaki lebih
2 25
tinggi dari kepala (atur tempat tidur
khusus dengan meninggikan bagian kaki)

3 Memasang selimut/merapikan pasien 10

Posisi Genupectoral

Meminta pasien untuk mengambil posisi


menungging dengan kedua kaki ditekuk
1 30
dan dada menempel pada matras tempat
tidur

Memasang selimut untuk menutupi


2 15
daerah peritoneal & merapikan pasien

C FASE TERMINASI

Melakukan evaluasi
1 5
tindakan/kenyamanan posisi pasien

38
2 Mendoakan pasien 5

3 Berpamitan 5

4 Mencuci tangan 5

TOTAL 100

39
3. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TIDUR KE DUDUK

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT

A FASE ORIENTASI

1 Mengucap salam 5

2 Memperkenalkan diri 5

3 Menyampaikan tujuan 5

4 Menjelaskan langkah prosedur 5

40
5 Menanyakan kesiapan pasien 5

B FASE KERJA

1 Cuci tangan 5

2 Membaca Bismillah 5

Berdiri di samping tempat tidur di sisi pinggul


pasien menghadap kearah kaki tempat tidur.
3 Lebarkan kaki dengan salah satu kaki di 10
depan. Condongkan tubuh ke depan, fleksikan
pinggul, lutut dan pergelangan kaki.

Letakkan salah satu tangan di bawah pinggul


4 pasien & tangan yang lainnya di bawah kedua 10
paha dekat dengan lutut

5 Angkat paha pasien secara perlahan-lahan 10

Putar kaki pasien kearah sampai kedua kaki


6 10
menyentai dari tempat tidur, sedangkan
tangan yang satunya memegang bahu yang

41
satunya

Tetap pegang pasien sampai memperoleh


7 5
keseimbangan dan kenyamanan

C FASE TERMINASI

Melakukan evaluasi tindakan/kenyamanan


1 5
posisi pasien

2 Mendoakan pasien 5

3 Berpamitan 5

4 Mencuci tangan 5

TOTAL 100

42
4. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT

A FASE ORIENTASI

1 Mengucap salam 2.5

2 Memperkenalkan diri 2.5

3 Menyampaikan tujuan 5

4 Menjelaskan langkah prosedur 5

43
5 Menanyakan kesiapan pasien 2.5

B FASE KERJA

1 Cuci tangan 5

2 Membaca Bismillah 5

Posisikan kursi roda dan pastikan dalam kondisi


3 5
terkunci

4 Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. 10

Regangkan kedua kaki & Fleksikan panggul dan


5 10
lutut, sejajarkan lutut dengan klien

Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi,


6 10
pindahkan klien secara langsung ke depan kursi

Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga


7 10
tangan pada kursi untuk menyokong

44
Fleksikan panggul dan lutut saat menurunkan klien
8 10
ke kursi

9 Merapikan pasien 5

C FASE TERMINASI

Melakukan evaluasi tindakan/kenyamanan posisi


1 5
pasien

2 Mendoakan pasien 5

3 Berpamitan 2.5

4 Mencuci tangan 5

TOTAL 100

45
5. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANKAR

NILAI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT

YA TDK

A FASE ORIENTASI

1 Mengucap salam 2.5

2 Memperkenalkan diri 2.5

46
3 Menyampaikan tujuan 5

4 Menjelaskan langkah prosedur 5

5 Menanyakan kesiapan pasien 2.5

B FASE KERJA

1 Cuci tangan 2.5

2 Membaca Bismillah 5

Posisikan brankar dan pastikan dalam kondisi


3 5
terkunci

Tiga orang perawat menghadap ke tempat


4 5
tidur/pasien

5 Silangkan tangan pasien ke depan dada 10

47
Tekuk lutut, kemudian masukkan tangan ke bawah
6 5
tubuh pasien

Perawat pertama meletakkan tangan dibawah


leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
7 meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul 15
pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan
tangan dibawah pinggul dan kaki

Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama


8 dan pindahkan ke brankar dengan irama jalan 20
teratur

9 Mengamankan posisi pasien 5

C FASE TERMINASI

1 Melakukan evaluasi tindakan 5

2 Mendoakan pasien 5

3 Berpamitan 2.5

48
4 Mencuci tangan 2.5

TOTAL 100

49
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
· Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain
menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit
dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi.
· Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan
ambulasi antara lain :
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat
spasme musculoskeletal pada ekstrimitas, nyeri akibat peradangan sendi,
atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama,
 Risiko cedera berhubungan dengan adanya pasilisis, gaya berjalan tidak
stabil, atau penggunaan tongkat yang tidak benar,
 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
· Perencanaan keperawatan diantaranya :
 Terapi latihan, mobilitas sendi,
 Pengaturan posisi,
 Berikan penguatan positif selama aktivitas,
 Dukung pasien untuk memandang keterbatasan secara realistis,
 Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas,
 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri,
 Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
 Lakukan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet,
 Berikan pendidikan kesehatan.
· Pelaksanaan/tindakan keperawatan dengan :
 Latihan ambulasi,
 Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien.

50
3.2. Saran
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk menilai
kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika tubuh dengan baik.

51
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter.Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar

Azis Alimul Hidayat, S.Kp. Buku Saku Praktikum KDM

Potter & perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC

52

Anda mungkin juga menyukai