PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan
keperawatan, salah satu tugas perawat yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi
dimana saat itu pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pepindahan
secara mandiri. Oleh karena itu kami akan membahas bagaimana cara melakukan
mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
dari tempat tidur ke kereta dorong (brankart).
Selain itu juga akan dibahas mengenai ROM (Range of motion). ROM
adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
1
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semi koma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan
untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi
ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga
prinsip dasar dilakukan ROM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005)
Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
4
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
5
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal
dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif).
Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total
atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang
digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya
pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya
secara mandiri.
6
Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif
serupa dengan ROM Pasif.
Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak
dari kontrol gerak volunter.
Sasaran spesifik :
Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
Meningkatkan sirkulasi
Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2. ROM Pasif
Indikasi :
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila
dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif
pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau
bed rest total
Sasaran :
Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
Membantu kelancaran sirkulasi\
Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi
persendian
Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
7
Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera. Gerakan yang terkontrol dengan seksama
dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal
penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan
yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening).PROM dilakukan secara hati-hati pada
sendi-sendi besar, sedangkana AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus. Pada keadaan
setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada
ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat.
Keterbatasan dalam Latihan ROM
ROM Aktif
Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau
meningkatkan kekuatan.
Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali
dengan menggunakan pola gerakan.
ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
Mencegah atrofi otot
Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
Membantusirkulasi
8
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.
9
Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebaga berikut :
1) Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,
2) Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
10
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,
3) Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,
4) Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke bawah,
5) Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
11
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,
6) Jari- jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
7) Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.
8) Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
12
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -
9) Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
10) Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,
11) Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,
12) Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
13
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
14
Proses Pelaksanaan MMT
Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon atau perut otot.
Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan
sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
Melakuakan pencatatan hasil MMT
15
B. Pengertian Mobilisasi
Pengkajian mobilitas pasien berfokus pada rentang gerak (Orange of
motion), cara berjalan, latihan fisik, toleransi aktivitas, dan kesejajaran tubuh.
Bagian ini akan membahas rentang gerak saja. Rentang gerak adalah jumlah
maksimum gerakan yang mungkin pada satu sendi dalam salah satu dari tiga
potongan tubuh, seperti sagital, frontal, dan transversal. Rentang gerak adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan rentang penuh gerakan sendi.
Bahkan ketika pasien mampu berdiri untuk berjalan dengan jarak pendek atau
duduk dikursi, mereka mungkin perlu lebih banyak melatih beberapa sendi. .
a. Latihan rentang gerak aktif
Latihan disebut rentang gerak aktif jika pasien melakukan sendiri
dengan instruksi dan kemungkinan beberapa bantuan dari perawat dan
anggota keluarga. Perawat menunjukkan pasien bagaimana melakukan
latihan pada titik tahanan ringan. Latihan tidak boleh menimbulkan nyeri.
b. Latihan rentang gerak pasif
Kadangkala pasien terlalu sakit untuk melakukan latihan rentang
gerak pada kasus ini perawat melatih seni untuk pasien. Ini disebut latihan
rentang gerak pasif. Beberapa pasien mulai dengan latihan rentang gerak
pasif dan meningkat pada latihan rentang gerak aktif. Latihan rentang
gerak pasif, seperti yang aktif, harus dilakukan pada titik tahanan tetapi
bukan pada titik yang menyebabkan nyeri. Kewaspadaan klinis : latihan
rentang gerak pasien tidak boleh dilakukan pada sendi yang mengalami
inflamasi.
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat mengajukan anamnese
(pertanyaan) dan membuat observasi untuk mengumpulkan data tentang kekakuan
sendi, pembengkakan sendi, nyeri, keterbatasan sendi, dan gerakan yang tidak
seimbang. Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, viabilitas,
atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas.
Teknik ini dapat digunakan oleh perawat untuk memberi perawatan pada
klien imobilisasi. Teknik ini membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga
16
memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat atau memindahkan
klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem
musculoskeletal. Tujuannya untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan
perawat
Hal-hal yang harus dipersiapkan:
Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi,
ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan
kemampuan klien mengikuti instruksi
Siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
Jelaskan prosedur kepada klien
Tutup pintu atau gorden
Cuci tangan
· Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan
fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
· Tujuan
Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,
Mempertahankan kenyamanan pasien,
Mempertahankan kontrol diri pasien,
Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),
17
Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang
toleransi dengan kegiatan ini), dan
Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah
baring.
· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda.(Suparyanto, 2010).
Persiapan:
Kaji kekuatan otot pasien,
Mobilitas sendi,
Toleransi aktivitas,
Tingkat kesadaran
Tingkat kenyamanan,
Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan
pasien ke kursi roda. Naikkan sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk
di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika pasien berada di atas kursi
roda.
18
· Cara Kerja :
Cuci tangan,
Lakukan persiapan yang telah disebutkan di atas,
Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi
roda dalam posisi 45 terhadap tempat tidur,
Pasang sabuk pemindah bila perlu,
Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak
licin,
Renggangkan kedua kaki Anda,
Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan
lutut pasien,
Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan Anda di skapula pasien,
Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan
panggul dan tungkai Anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak
fleksi,
Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi,
Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi
untuk menyokong,
Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
19
Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke kursi roda
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi silang perawat ke
pasien
2 Kursi roda dalam posisi 45° Agar pasien mudah untuk dipindahkan, duduk di kursi
terhadap tempat tidur roda
3 Sabuk pemindah (jika perlu) agar pasien tidak terjatuh saat dipindahkan
ke kursi roda
4 Sepatu / Sandal Agar aman dan terlindungi dari benda-benda yang
membahayakan dan/atau melukai kaki pasien
6 Menggunakan lengan yang Agar pasien duduk dengan nyaman, pantatnya tidak
memegang kursi untuk terhempas
menyokong
7 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika
ada cedera atau perubahan fisik yang mungkin terjadi
saat kita melakukan tindakan pemindahan pasien
8 Cuci tangan sesudah prosedur menghindari terjadinya kontaminasi silang pasien ke
perawat
9 Mencatat prosedur Pendokumentasian
20
· Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)
Langkah prosedur
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
(pastikan juga dalam posisi terkunci)
Angkat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki
yang kuat di bawah kursi roda sedangkan kaki yang lemah di depannya
Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat
sambil menghentakkan tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien
dan bantu klien untuk berdiri)
Minta klien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur
Bantu klien duduk di tepi tempat tidur
Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien
dapat berbaring.
Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur klien
21
CHECKLIST MEMBANTU PASIEN BERJALAN TANPA BANTUAN
ALAT
Nama : ……………………………………
NIM : …………………………………
22
Kontra indikasi :
Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi,
insisi, dan drainase.
Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien :
Memperkenalkan diri
Bina hubungan saling percaya
Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
Menjelaskan tujuan
Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
Menyepakati waktu yang akan di gunakan
23
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping
badan atau memegang telapak tangan anda.
4. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan
bahu pasien.
5. Bantu pasien berjalan.
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
24
4. Membantu Pasien Berpindah dari Tempat Tidur ke Kereta
Dorong (Brankart)
Pengertian
Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai tiga orang
perawat. Pemindahan ini dapat dari tempat tidur ke brankart atau tempat tidur ke
tempat tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak
dapat dan atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri. Hal yang perlu
disiapkan sama dengan pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.
Tujuan
Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu
(pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll).
· Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.
· Persiapan :
Kaji kekuatan otot pasien,
Mobilitas sendi,
Toleransi aktivitas,
Tingkat kesadaran,
Tingkat kenyamanan, dan
Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
Cara Kerja
Cuci tangan,
Lakukan persiapan seperti disebut di atas,
25
Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien,
Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien
(kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan kaki),
Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat
ke tempat tidur di depan, lutut agak fleksi,
Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha
dan pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi
tubuh pasien,
Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka,
Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,
Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan
menumpu salah satu kaki untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain,
dengan bergerak ke depan (bila perlu)
Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah
brankart/tempat tidur lain dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka
sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat tidur,
Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur
pada posisi terpasang,
Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
26
Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke brankart
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi silang perawat ke
pasien
2 Dua atau tiga perawat Dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien, untuk
mempermudah memindahkan pasien
3 Menggulingkan pasien Untuk mempererat pengangkatan pasien sehingga tidak
kearah dada terjadi resiko yang membahayakan jiwa pasien, misal :
terjatuh
4 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien, mengetahui jika ada
cedera atau perubahan fisik yang mungkin terjadi saat
kita melakukan tindakan pemindahan pasien
· Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)
· Langkah prosedur
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
27
Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat
yang lain di samping brankart
Silangkan tangan klien didepan dada
Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik
pengala
Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas
di tubuh klien hingga mencapai tempat tidur
Jauhkan brankart
Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
28
ASPEK YANG DINILAI BOBOT
A FASE ORIENTASI
1 Mengucap salam 1
2 Memperkenalkan diri 1
3 Menyampaikan tujuan 1
B FASE KERJA
Cuci tangan 1
Membaca Bismillah 1
29
LEHER (otot sternokleidomastoideus)
1 5
Meminta klien meng-fleksi-kan lengan
30
bawah
31
2 Meminta klien mengangkat pahanya 5
C FASE TERMINASI
1 Merapikan klien 1
3 Merapikan alat 1
32
4 Mendoakan pasien 1
5 Berpamintan 1
6 Mencuci tangan 1
TOTAL 100
33
2. MENGATUR POSISI PASIEN
1 Mengucap salam 5
2 Memperkenalkan diri 5
3 Menyampaikan tujuan 5
34
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
A FASE ORIENTASI
B FASE KERJA
Cuci tangan 5
Membaca Bismillah 5
35
Memasang selimut untuk menutupi area
4 10
genitalia dan merapikan pasien
Posisi Litotomi
Posisi Sims
36
Tempatkan bantal kecil dibawah lengan
2 10
atas yang difleksikan
Posisi Trendelenburg
37
1 Memposisikan pasien tidur terlentang 10
Posisi Genupectoral
C FASE TERMINASI
Melakukan evaluasi
1 5
tindakan/kenyamanan posisi pasien
38
2 Mendoakan pasien 5
3 Berpamitan 5
4 Mencuci tangan 5
TOTAL 100
39
3. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TIDUR KE DUDUK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucap salam 5
2 Memperkenalkan diri 5
3 Menyampaikan tujuan 5
40
5 Menanyakan kesiapan pasien 5
B FASE KERJA
1 Cuci tangan 5
2 Membaca Bismillah 5
41
satunya
C FASE TERMINASI
2 Mendoakan pasien 5
3 Berpamitan 5
4 Mencuci tangan 5
TOTAL 100
42
4. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
A FASE ORIENTASI
3 Menyampaikan tujuan 5
43
5 Menanyakan kesiapan pasien 2.5
B FASE KERJA
1 Cuci tangan 5
2 Membaca Bismillah 5
44
Fleksikan panggul dan lutut saat menurunkan klien
8 10
ke kursi
9 Merapikan pasien 5
C FASE TERMINASI
2 Mendoakan pasien 5
3 Berpamitan 2.5
4 Mencuci tangan 5
TOTAL 100
45
5. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANKAR
NILAI
YA TDK
A FASE ORIENTASI
46
3 Menyampaikan tujuan 5
B FASE KERJA
2 Membaca Bismillah 5
47
Tekuk lutut, kemudian masukkan tangan ke bawah
6 5
tubuh pasien
C FASE TERMINASI
2 Mendoakan pasien 5
3 Berpamitan 2.5
48
4 Mencuci tangan 2.5
TOTAL 100
49
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
· Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain
menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit
dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi.
· Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan
ambulasi antara lain :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat
spasme musculoskeletal pada ekstrimitas, nyeri akibat peradangan sendi,
atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama,
Risiko cedera berhubungan dengan adanya pasilisis, gaya berjalan tidak
stabil, atau penggunaan tongkat yang tidak benar,
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
· Perencanaan keperawatan diantaranya :
Terapi latihan, mobilitas sendi,
Pengaturan posisi,
Berikan penguatan positif selama aktivitas,
Dukung pasien untuk memandang keterbatasan secara realistis,
Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas,
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri,
Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
Lakukan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet,
Berikan pendidikan kesehatan.
· Pelaksanaan/tindakan keperawatan dengan :
Latihan ambulasi,
Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien.
50
3.2. Saran
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk menilai
kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika tubuh dengan baik.
51
DAFTAR PUSTAKA
Potter & perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
52