PENDAHULUAN
Kualitas audit yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Hasil dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukan bahwa profesionalisme yang dimiliki oleh
seorang auditor memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit yang akan
dihasilkan (Surtikanti, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, dkk. (2007),
Tjun, dkk. (2012) dan Agusti dan Nastia (2013) menyatakan bahwa kompetensi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Selain kompetensi, penelitian yang
dilakukan oleh Ratha dan Ramantha (2015) dan Cahyono, dkk. (2015) menyimpulkan
bahwa kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Kemudian
hasil penelitian Manullang (2010) dan Suhayati (2012) menyimpulkan bahwa bahwa
time pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Akan tetapi hasil penelitian
tersebut masih menjadi perdebatan di antara peneliti. Sebagaimana Indri dan Sukartha
(2017) menjelaskan dimana sikap profesionalisme seorang auditor tidak sepenuhnya
mempengaruhi kualitas audit. Dewi dan Ketut (2015) menyatakan bahwa kompetensi
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan Jamilah, dkk. (2007)
menyimpulkan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap audit judgment, kemudian Sososutikno (2013) dan Rustiarini (2013)
menyimpulkan bahwa time pressure tidak memiliki hubungan negatif terhadap
kualitas audit. Adanya ketidakkonsistenan atas hasil penelitian sebelumnya tersebut
mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah profesionalisme, kompetensi,
kompleksitas tugas dan time pressure berpengaruh terhadap kualitas audit. Maka, dari
itu judul untuk penelitian ini adalah “Pengaruh Profesionalisme, Kompetensi,
Kompleksitas Tugas, dan Time Pressure terhadap Kualitas Audit”.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membuktikan bukti secara empiris bahwa:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak auditor
untuk meningkatkan kualitas audit dalam menjalankan tugasnya, selain itu
diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai profesionalisme, kompetensi, kompleksitas tugas, dan time
pressure.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yaitu untuk
memberikan gambaran dan pemahaman serta memperluas pengetahuan dan
wawasan dilingkungan akademis.
BAB II
Diperkenalkan oleh Fritz Heider pada tahun 1958, teori atribusi merupakan
teori mengenai perilaku seseorang. Teori ini mengemukakan bahwa ketika
mengobservasi perilaku seorang individu,seseorang berupaya untuk menentukan
apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku secara
internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi individu.
Sedangkan perilaku secara eksternal diangap sebagai akbiat dari sebab-sebab luar
yaitu individu tersebut telah dipaksa berperilaku demikian oleh situasi. Sebagian
besar penentuan tersebut bergantung pada tiga faktor: (1) kekhususan, merujuk pada
apakah seseorang memperlihatkan sesuatu yang berbeda dalam situasi yang berbeda,
(2) konsensus,yakni apabila semua individu menghadapi situasi serupa dan merespon
dengan cara yang sama dan (3) konsistensi, yakni apakah setiap individu akan
merespon tindakan yang sama terhadap situasi yang sama (Robins, 208).
Dalam penelitian ini teori atribusi difokuskan pada penilaian auditor terhadap
faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internalnya berupa profsioanlisme
dan kompetensi sedangkan faktor eksternalnya berupa kompleksitas tugas dan time
pressure. Sehingga nantinya dapat mengahasilkan kesimpulan mengenai pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal tersebut terhadap kualitas audit.
2.1.2 Profesionalisme
Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi
tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku
di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan
mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat
dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi
beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut individual yang
penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau
tidak.Lekatompessy (2003) dalam Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012:13).
2.1.3 Kompetensi
“Kompeten yaitu tingkat keyakinan sejauh mana suatu data dan fakta dapat
dipercaya dan dapat diandalkan serta memiliki relevansi dengan tujuan
pemeriksaan dan secara objektif dapat di uji kebenarannya”.
Menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2009:13-14) auditor terbagi menjadi tiga
yaitu:
“(1) Auditor Independen berasal dari dari Kantor Akuntan Publik,
bertanggungjawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. (2)
Auditor Pemerintah adaah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksaan
pemerintah, berfungsi untuk melakukan audit atas keuangan negara pada
instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang sahamnya di miliki
pemerintah. (3) Auditor Internal adalah pegawai dari suatu
organisasi/perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan
audit bagi kepentingan manajemen perusahaan bersangkutan, dengan tujuan
untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para
pelaksana operasioanal organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh perusahaan”.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:2) menjelaskan kompetensi
adalah sebagai berikut :
Sedangkan standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sukriah, dkk. (2009)
mendefinisikan kompetensi sebagai suatu kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor
untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikatormutu personal,
pengetahuan umum dan keahlian khusus. Kompetensi merupakan unsur penting
dalam mencapai keberhasilan audit, indikator yang digunakan untuk mengukur
kompetensi auditor antara lain pengalaman dan pengetahuan (Tjun, dkk. 2012).
Profesionalisme
(X1)
Kompetensi
(X2)
Kualitas Audit
(Y)
Kompleksitas Tugas
(X3)
Time Pressure
(X4)
Kompetensi auditor terhadap kualitas audit sudah sering diteliti. Hal itu
disbabkan karena kompetensi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kualitas audit. Seperti penelitian dari Alim (2007), Sukriah, dkk.
(2009), Tjun dkk. (2012) dan Ningsih dan Dyan (2013) yang mengungkapkan bahwa
kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. Dari
uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Dalam kondisi pekerjaan yang kompleks, auditor tidak hanya harus bekerja
lebih keras, namun auditor juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
menyelesaikan penugasan audit yang diberikan (Rustiarini, 2013). Penggunaan teori
atribusi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan kompleksitas tugas
sebagai faktor eksternal seorang auditor dalam melaksanakan kegiatan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratha dan Ramantha (2015) dan Cahyono (2015)
menyimpulkan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kualitas
audit. Dari uraian tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Semakin tinggi Time Pressure Audit maka semakin rendah kualitas audit.
Tingginya tekanan waktu audit sering menyebabkan auditor meninggalkan bagian
program audit dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Penggunaan
teori atribusi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan Time Pressure
(tekanan waktu) audit sebagai faktor eksternal seorang auditor dalam melaksanakan
kegiatan audit. Hasil penelitian Hutabarat (2012), Ratha dan Ramantha (2015)
menyatakan bahwa time pressure audit berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang tidak searah antara kompleksitas audit
dengan kualitas audit tersebut. Semakin tinggi time preesure audit yang dihadapi
seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin menurun. Dari uraian
tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: