Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara ) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara ( eksekutif , yudikatif dan legislatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas ( independen ) dan berada dalam peringkat yang
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances .
Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di
Asia Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan
demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu. Didalam
praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini,
ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari
beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian demokrasi Indonesia ?
2. Apa prinsip-prinsip dan indicator demokrasi ?
3. Bagaimana perjalanan demokrasi di Indonesia ?
4. Bagaimana pendidikan demokrasi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Indonesia


Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara yang mengusung
sistem demokrasi sebagai bentuk pemerintahannya. Bentuk pemerintahan ini
memungkinkan seluruh warga berpartisipasi dalam pemerintahan. Selain Indonesia,
banyak juga negara-negara lain yang mengusung mekanisme pemerintahan ini.
Meskipun Indonesia memakai bentuk pemerintahan ini, namun masih banyak
warganya yang belum paham sepenuhnya tentang apa pengertian demokrasi itu
sendiri. Maka, penting kiranya untuk memahami hal tersebut supaya masyarakat
Indonesia lebih dapat memanfaatkan bentuk pemerintahan yang diusung negaranya.
Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani.
“demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan.
Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the
people). Ada pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai
pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun
demikian penerapan demokrasi diberbagai negara di dunia, memiliki ciri khas dan
spesifikasi masing-masing, yang la-zimnya sangat dipengaruh oleh ciri khas
masyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara.
Pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan
memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan
keputusan. Dimana keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat.
Arti lainnya adalah rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk
berpartisipasi aktif. Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam
perumusan, pengembangan, dan penetapan undang-undang. Setiap ahli memiliki
penafsiran tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada tujuan yang
sama.
Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem
pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

2
Sedangkan bagi Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik,
yang membatasi kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak
selruuh warga negara.

B. Prinsip – prinsip dan indicator demokrasi


1. Prinsip – Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi sebagaimana tercantum pada konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia ada 11 jumlahnya. Karena prinsip ini terdapat
pada konstitusi NKRI, maka prinsip ini adalah prinsip yang berlaku untuk
pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Prinsip yang pertama adalah kedaulatan
rakyat, yang berarti kewenangan untuk menentukan segala sesuatu hal yang
berkaitan dengan kebijakan negara ada di tangan rakyat.
Prinsip selanjutnya adalah kekuasaan mayoritas dan hak-hak minoritas,
yang berarti adanya keseimbangan antara suara mayoritas dan minoritas.
Berlaku juga prinsip persamaan di depan hukum yang berarti penindakan
hukum tidak pandang bulu. Prinsip pembatasan pemerintah secara
konstitusional juga berlaku, untuk menjaga supaya pemerintahan berjalan
sesuai konstitusi dan tidak sewenang-wenang.
Prinsip-prinsip demokrasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli.
Jika kita mengungkap kembali prinsip demokrasi sebagaimana dinyatakan
Sukarna (1981) di atas, menunjuk pada prinsip demokrasi sebagai suatu sistem
politik. Contoh lain, misalnya Robert Dahl (Zamroni, 2011: 15) yang
menyatakan terdapat dua dimensi utama demokrasi, yakni:
1) kompetisi yang bebas diantara para kandidat,
2) partisipasi bagi mereka yang telah dewasa memiliki hak politik.
Berkaitan dengan dua prinsip demokrasi tersebut, secara umum dapat
dikatakan bahwa demokrasi memiliki dua ciri utama yakni keadilan (equality)
dan kebebasan (freedom).
Franz Magnis Suseno (1997: 58), menyatakan bahwa dari berbagai ciri
dan prinsip demokrasi yang dikemukakan oleh para pakar, ada 5 (lima) ciri
atau gugus hakiki negara demokrasi, yakni: negara hukum, pemerintah berada

3
dibawah kontrol nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip
mayoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Hendra Nurtjahyo (2006: 74-75) merangkum sejumlah prinsip
demokrasi yang dikemukakan para ahli dengan menyatakan adanya nilai-nilai
yang substansial dan nilai-nilai yang bersifat prosedural dari demokrasi. Kedua
ketegori nilai tersebut baik subtansial dan prosedural sama pentingnya dalam
demokrasi. Tanpa adanya nilai tersebut, demokrasi tidak akan eksis, yang
selanjutnya dikatakan sebagai prinsip eksistensial dari demokrasi. Prinsip
eksistensial demokrasi tersebut, yakni:
1) kebebasan,
2) kesamaan
3) kedaulatan suara mayoritas (rakyat).
Pendapat yang sejenis dikemukakan oleh Maswadi Rauf (1997: 14)
bahwa demokrasi itu memiliki dua prinsip utama demokrasi yakni
kebebasan/persamaan (freedom/equality) dan kedaulatan rakyat (people’s
sovereignty).
a. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi. Kebebasan dianggap
sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari
usaha orang tanpa adanya pembatasan dari penguasa. Jadi bagian tak
terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan kekuasaan kekuasaan
penguasa politik. Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan
warganya sekaligus memberi tugas pemerintah untuk menjamin kebebasan
tersebut.
Demokrasi pada dasarnya merupakan pelembagaan dari kebebasan.
Persamaan merupakan sarana penting untuk kemajuan setia orang Dengan
prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan
memperoleh akses dan kesempatan sama untuk mengembangkan diri sesuai
dengan potensinya. Demokrasi berasumsi bahwa semua orang sama derajat dan
hak-haknya sehingga harus diperlakukan sama pula dalam pemerintahan.

4
b. Kedaulatan rakyat (people’s sovereignty)
Konsep kedaulatan rakyat pada hakekatnya kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan
mencapai dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan
kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas tugas
pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawasan oleh
rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan
hati penguasa. Betapapun niat baik penguasa, jika mereka menafikan
kontrol/kendali rakyat maka ada dua kemungkinan buruk pertama, kebijakan
mereka tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat dan, kedua, yang lebih buruk
kebijakan itu korup dan hanya melayani kepentingan penguasa.
Sementara itu, APA (ASEAN People’s Assembly) mendaftar sejumlah prinsip
dasar demokrasi yangditerima sebagai seperangkat aturan main bersama dalam
upaya melakukan penilaian proses demokratisasi di kawasan Asia Tenggara,
terlepas dari banyak perdebatan reotik antara demokrasi universal dan
particular, antara konsep “Barat” dan “Timur” atau “Cara Asia/ASEAN” dan
berbagai macam kata sifat yang tercantum di depan definisi demokrasi saat
digunakan untuk menggambarkan karakteristik demokratis sebuah negara –
seperti: semi-demokrasi, demokrasi liberal, demokrasi
elektoral, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip demokrasi : partisipasi, inklusif, representasi, transparansi,
akuntabilitas, responsif, kompetisi yang bebas dan adil, dan solidaritas,
dijadikan dasar dari perkembangan institusional dan proses demokrasi
(Chistine Sussane Tjhin, 2005: 11, 18).

2. Indikator Demokrasi
Kerangka kerja penilaian demokratisasi di antaranya dirumuskan APA
yang diinspirasi konsep yang dikembangkan oleh David Beetham dalam
membuat indikator demokrasi. Beetham menerjemahkan “kedaulatan rakyat”
(rule of the people) secara lebih spesifik menjadi faktor kontrol popular
(popular control) dan faktor kesetaraan politik (political equality). Kontrol

5
populer memanifestasikan hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat untuk
mengontrol dan mempengaruhi kebijakan publik dan para pembuat kebijakan.
Perlakuan terhadap masyarakat harus didasari pada keyakinan bahwa setiap
orang harus diperlakukan dengan rasa hormat yang setara. Setiap orang
memiliki kapasitas yang setara dalam menentukan pilihan. Pilihan tersebut
dapat mempengaruhi keputusan kolektif dan semua kepentingan yang
mendasari pilihan tersebut harus diperhatikan (Christine Sussana Tjhin, 2005:
11-13, 19-21).
Kerangka kerja utama dibagi menjadi 3 komponen utama. Pertama,
Kerangka Kerka Hak-hak Warga Negara yang Kesetaraannya Terjamin
(Guaranteed Framework of Equal Citizen Rights). Termasuk di
dalamnya adalah akses pada keadilan dan supremasi hokum, juga kebebasan
berekspresi, berserikat dan berkumpul, dan hak-hak dasar yang memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh/menjalankan hak-haknya secara efektif.
Komponen pertama ini terdiri dari 2 tema, yaitu: 1) Kewarganegaraan yang
Setara (Common Citizenship), dan 2) Hak-hak Sipil dan Politik (Civil and
Political Rights).
Komponen kedua, Institusi-institusi Pemerintah yang Representatif dan
Akuntabel (Institutions of Representative and Accountable Government).
Tercakup di dalamnya adalah pemilu yang bebas dan adil yang menyediakan
perangkat agar pilihan dan control populer atas pemerintah dapat dilaksanakan.
Termasuk juga di dalamnya adalah prosedur-prosedur yang menjamin
akuntabilitas pejabat publik (yang dipilih maupun tidak dipilih melalui pemilu).
Komponen kedua terdiri dari 6 tema, yaitu: 1) Pemilu yang Bebas dan Adil
(Free and Fair Elections), 2) Partai Politik yang Demokratis (Democratic
Political Parties), 3) Hubungan Sipil-Militer (Civil-Military Relations), 4)
Transparansi dan Akuntabiltas Pemerintahan (Governmental Transparency and
Accountability), 5) Supremasi Hukum (Rule of Law), dan 6) Desentralisasi
(Decentralization).
Komponen ketiga adalah Masyarakat yang Demokratis atau Sipil (Civil
or Democratic Society). Cakupan komponen ini meliputi media komunikasi,

6
asosiasi-asosiasi sipil, proses-proses konsultatif dan forum-forum lainnya yang
bebas dan pluralistik. Kebebasan dan pluralisme tersebut harus menjamin
partisipasi popular dalam setiap proses politik dalam rangka mendorong sikap
responsif pemerintah terhadap opin publik dan terselenggaranya pelayanan
public yang lebih efektif. Komponen ketiga mencakup 2 tema, yaitu: 1) Media
yang Independen dan Bebas (Independent and Free Media), dan 2) Partisipasi
Populer (Popular Participation).
Setiap 10 tema tersebut berisikan seperangkat indicator penilaian yang
dikategorikan berdasarkan 3 dimensi, yaitu: dimensi legal, institusional dan
kinerja (performance). Dimensi legal untuk mengindentifikasi kahadiran
payung hukum yang memberikan kepastian hukum untuk tema terkait. Dimensi
institusional menggali ada atau tidaknya perangkat institusi dan mekanisme
yang mampu memberikan jaminan implementasi perangkat hukum. Dimensi
kinerja mengelaborasi sejauh mana kinerja elemen-elemen dalam dua dimensi
sebelumnya telah berhasil membawa pengaruh aktual terhadap kemajuan
proses demokratisasi berdasarkan konteks tema terkait. Indikator-indikator
dalam setiap dimensi tersebut dihrapkan dapat menjadi semacam
petunjukpetunjuk praktis dalam proses penilaian demokratisasi.

C. Perjalanan Demokrasi di Indonesia


Berbicara mengenai perjalanan demokrasi di Indonesia tidak dapat dilepaskan
dari pelaksanaan pasang surut demokrasi itu sendiri. Bangsa indonesia pernah
menerapkan tiga model demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi
terpimpin, dan demokrasi pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik
yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi.
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan
dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal
kemerdekaanmasih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan
PeralihanUUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk

7
menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh
KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolutpemerintah mengeluarkan :
 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer

2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Liberal 1950 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambangatau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif.
Masa demokrasi ini perananparlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi
dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan:
 Dominannya partai politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden


5 Juli 1959 :
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

8
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan
ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:


1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh
PKI yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

c. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998


Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde
baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru
bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melaluiPelita I, II, III, IV, V dan pada masa
orde baru berhasil menyelenggarakanPemilihan Umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada

9
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela

Sebab jatuhnya Orde Baru:


1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisisekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.
5. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 Sekarang).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan
dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei
1998. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum
sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004

D. Pendidikan Demokrasi
Seperti halnya demokrasi, pendidikan demokrasi secara substantif bukan
semata keterlibatan publik dalam elektoral, seperti pilkada, pileg

10
(Fachruddin:2006). Pendidikan demokrasi memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk meraih
(a) pengetahuan,
(b) keterampilan,
(c) sikap,
(d) nilai-nilai yang berkaitan dengan berbudaya demokratis (Naval et all:2002).
Pendidikan demokrasi membentuk warga negara 'politik', warga negara yang
percaya, setia, menjunjung tinggi, dan mendukung prinsip-prinsip dasar demokrasi,
dan menjadi warga negara yang efektif atau melek politik (Pring: 1999).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan demokrasi kini
dan kedepan, yakni kohesivitas sosial dan integrasi masyakarat. Karenanya,
pendidikan demokrasi secara hakiki ialah menumbuhkan sikap kesediaan berbagi
dalam menghadapi persoalan yang muncul dalam masyarakat, budaya, ekonomi,
politik dan lain (Biesta:2011) sehingga demokrasi bukan semata bentuk
pemerintahan, melainkan juga merupakan bentuk kesediaan berbagi dalam
kehidupan sosial (Dewey, 1915. 2004: 104; Katz, Verducci, Biest, 2008).
Wallahualam.
Pendidikanyang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kesempatan
yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai
dengan kemampuannya. Pengertian demokratis di sini mencakup arti baik secara
horizontal maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada
kecualinya, mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan
sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara vertikal
ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat
pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Sedangkan dalam pendidikan itu sendiri, demokratis ditujukan dengan
pemusatan perhatian suatu usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya,
(intelegensi, kesehatan, serta keadaan sosial), dikalangan taman siswa dianut
sikap Tutwuri Handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk
berkembang menurut kodratnya. sehingga Demokratis dapat diartikan sebagai
sistem pendidikan yang mampu menawarkan kemungkinan kepada peserta didik
untuk dapat berkembang dan mengasah kemampuan nalar dan pemikirannya secara
bebas, serta mengembangkan potensi intelaktual siswa melalui pendidikan formal.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD
1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham
atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan
Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut
paham Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy).
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga
saat ini, ternyatapaham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri
dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan
lainnya.
Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya
proses pendidikan antara pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola
pendidikan.

B. Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai negara yang berdemokrasi bisa menghargai
pendapat orang lain. Kita sebagai warga Negara harus ikut menciptakan Negara
yang berdemokrasi.Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi
tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada,1999


A. Ubaidilllah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta :
ICCE Syarif Hidayatullah, 2000
http://blogpengertian.com/pengertian-demokrasi/#
http://karyacombirayang.blogspot.com/2015/11/demokrasi-masa-orde-baru.html

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya yang berjudul “Demokrasi Indonesia pada Masa
Pemerintahan Presiden Soeharto”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Meulaboh, 30 November 2018

Penyusun

14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi Indonesia ..................................................... 2
B. Prinsip – prinsip dan indicator demokrasi ....................................... 3
1. Prinsip – Prinsip Demokrasi ........................................................ 3
2. Indikator Demokrasi..................................................................... 5
C. Perjalanan Demokrasi di Indonesia ................................................. 7
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ). ...... 7
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama ........................... 8
D. Pendidikan Demokrasi .................................................................... 10

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

15
Makalah
DEMOKRASI
INDONESIA PADA MASA
PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO

DI
S
U
S
U
N

Oleh :
KELOMPOK 4

Nama : Rizki Juliansyah


Khairul Miska
Taufik Hidayat
Nabyla Erda oktami

UNIVERSITAS TEUKU UMAR (UTU)


ALUE PEUNYARENG
MEULABOH
T. A 2018

16

Anda mungkin juga menyukai