Defrima Haning
0908012835
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU KEDOKTERAN
KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
PENDAHULUAN
Gizi buruk yaitu malnutrisi atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-
negara berkembang yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian
pada balita.1
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau nutrisinya
di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.1
Di Indonesia KEP dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting
dan darurat di masyarakat terutama anak balita. Kurang energi dan Protein pada anak masih
menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi
buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat
kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih
tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait
dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara
cepat dan tepat.1,2
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya
asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi
oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang
baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat.3
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan
menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan.
Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk
menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan
komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan
penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan
Identitas Ibu
Nama : Ny. SB
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Melakukan pemeriksaan di rumah pasien tanggal 1 September 2016 pukul 09.00 WITA.
ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis : Ibu Pasien)
KELUHAN UTAMA: Kontrol posyandu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien laki laki dibawa dengan alasan kontrol bulanan. Selama ini pasien tidak menderita sakit
apapun, menurut ibunya pasien hanya susah untuk makan. Pasien lebih suka jajanan ringan
dibanding dengan makan-makanan rumah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : batuk pilek (+), Diare (-), Asma (-)
RIWAYAT ASI DAN MAKANAN : Bayi mendapat ASI sampai umur 9 bulan. Selama ini
pasien sudah diberikan makanan padat berupa nasi dan sayur-sayuran, namun anak tersebut
jarang memakan sampai habis.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI : Pekrjaan pasien adalah supir mobil angkutan, istri pasien
seorang ibu rumah tangga, anak pasien 2orang dan masih kecil, Kesan sosial ekonomi :
menengah kebawah
FOTO
Identitas Ibu
Nama : Ny. SF
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : IRT
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI : Pekrjaan pasien adalah penjual sayur, istri pasien
membantu menyiram kebun, anak pasien 3 orang dan masih kecil. Kesan sosial ekonomi : Kecil
FOTO
EDUKASI
Pemberian makan tambahan untuk anak di tambah makanan selingan dan menghindari
kebiasaan jajan di luar rumah.
Edukasi manfaat pergi ke posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan pasien lewat KMS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Krisnasari D. Nutrisi dan Giz Buruk. Dalam Mandala of Health volume 4. Purwokerto :
Fakultas Kedokteran dan Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, 2010.
P. 60 – 68