Anda di halaman 1dari 6

TRAUMA MAXILLOFACIAL

A. Fraktur Dentoalveolar
B. Fraktur pada Tulang Penyusun Wajah

a. Fraktur Sepertiga Bawah Wajah


b. Fraktur Sepertiga Tengah Wajah

LE FORT 1 LE FORT 2 LE FORT 3

c. Fraktur Sepertiga Atas Wajah


d. Lain-lain

Fraktur Zygomaticus

Fraktur Nasal

1. Apa diagnosis dan DD?


Fraktur Le Fort 1 disertai trauma nasal

2. Bagaimana penatalaksanaan umum pada scenario?


Anastesi Total (GA)
Insisi pada sulcus ginggivobuccal
Reduksi Fraktur :
Segmen-segmen fraktur ditempatkan kembali secara anatomis secara open reduction. Tulang
yang rusak parah atau hilang saat fraktur harus diganti saat rekonstruksi awal. Bila Gap yang
terbentuk lebih dari 5 mm maka harus digantikan dengan cangkok tulang (autograft) atau
bonegraft apabila gap kurang dari 5mm. Cangkok tulang diambil dari kranium karena
aksesibilitasnya.
Stabilisasi Plat dan Sekrup

Fiksasi Maksilomandibular.
Teknik ini merupakan langkah pertama dalam treatment fraktur maksila untuk memungkinkan
restorasi hubungan oklusal yang tepat dengan aplikasi arch bars serta kawat interdental pada
arkus dental atas dan bawah.

Suturing
Kontrol pasien

3. Bagaimana cara memonitor keberhasilan tatalaksana pada scenario?


Kontrol pasien
Hari 1 : terdapat perdarahan atau tidak, reaksi alergi terhadap bahan stabilisasi (plat dan sekrup)
Hari 3 : adanya infeksi atau inflamasi
Hari 7 : lepas jahitan / hecting up
Hari 14 – minggu ke 8 : evaluasi fiksasi dan oklusi
Setelah fiksasi dilepas, pasien diintruksikan untuk foto rontgen
4. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada kasus di scenario?
Komplikasi awal fraktur maksila dapat berupa pendarahan ekstensif serta gangguan pada jalan
nafas akibat pergeseran fragmen fraktur, edema, dan pembengkakan soft tissue. Komplikasi akhir
dapat berupa kegagalan penyatuan tulang yang mengalami fraktur, penyatuan yang salah,
devitalisasi gigi, ketidakseimbangan otot ekstraokuler, diplopia, dan enoftalmus. Kenampakan
wajah juga dapat berubah (memanjang, retrusi).

5. Bagaimana prognosis pada scenario?


Fiksasi intermaksilari merupakan treatment paling sederhana dan salah satu yang paling efektif
pada fraktur maksila. Jika teknik ini dapat dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi fraktur,
maka akan banyak deformitas wajah akibat fraktur dapat kita eliminasi. Mandibula yang utuh
dalam fiksasi ini dapat membatasi pergeseran wajah bagian tengah menuju ke bawah dan
belakang, sehingga elongasi dan retrusi wajah dapat dihindari. Sedangkan fraktur yang baru akan
ditangani setelah beberapa minggu kejadian, dimana sudah mengalami penyembuhan secara
parsial, hampir tidak mungkin untuk direduksi tanpa full open reduction, bahkan kalaupun
dilakukan tetap sulit untuk direduksi

- Ajike S.O., Adebayo E.T., Amanyiewe E.U., 2005, An epidemiologic survey of


maxillofacial fractures and concomitant injuries in kaduna, nigeria, Nigerian J of Surgical
research: 251-55.
- Balaji, S.M., 2007, Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, Elsevier, New Delhi.
- Pedersen, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta.
- Sinulingga H. R., 2005, Penatalaksanaan Fraktur Mandibula Dengan Fiksasi Internal,
Sumatera Utara, USU e-Repository

Anda mungkin juga menyukai