Anda di halaman 1dari 5

ANEMIA

Seseorang (dewasa) dikatakan anemia bila kadar hematocrit di bawah 41% (Hb < 13.5
g/Dl) pada laki-laki atau di bawah 36% (Hb < 12 g/Dl) pada perempuan. Penyebab paling sering
anemia adalah defisiensi besi. Rendahnya asupan makanan dapat menyebabkan defisiensi asam
folat dan menyebabkan defisiensi besi, namun perdarahan merupakan penyebab tersering
defisiensi besi pada orang dewasa. Pada pemeriksaan fisik dapat menunjukkan pucat. Perubahan
mukosa seperti lidah licin menunjukkan anemia megaloblastik.
Anemia diklasifikasikan berdasarkan patofisiologinya, apakah berhubungan dengan
kurangnya produksi sel darah merah atau karena meningkatnya produksi akibat kehilangan sel
darah merah, dan berdasarkan ukuran sel darah merah. Anemia mikrositik berat (MCV <70 Fl)
diakibatkan defisiensi besi atau talasemia, sementara anemia makrositik berat (MCV <125 Fl)
disebabkan karena anemia megaloblastik atau akibat agglutinin yang mengalami penurunan suhu
di suhu ruangan.

1. Anemia Defisiensi Besi


 Serum ferritin < 12 ng/Ml atau <30ng/Ml
 Disebabkan karena perdarahan kecuali jika penyebab lain diketahui
 Membaik dengan terapi besi
Defisiensi besi merupakan penyebab sering anemia di seluruh dunia. Selain di sirkulasi,
lokasi terbanyak besi di tubuh adalah pada tempat penyimpanan di ferritin atau
hemosiderin di makrofag.
Sekitar 10% besi yang dikonsumsi diserap di lambung, duodenum, dan jejunum bagian
atas pada keadaan asam. Transporter besi dari makanan melalui lumen intestine adalah
ferroportin, yang juga berperan dalam transport besi ke apotransferin di makrofag untuk
diantarkan ke sel eritroid untuk mensintesis hemoglobin. Hepsidin, diproduksi selama
inflamasi, mempengaruhi transport besi dengan menurunkan jumlah ferroportin.
Dengan terjadinya perdarahan, terdapat penurunan deliveri oksigen ke ginjal yang
menyebabkan stabilisasi faktor hypoxia-inducible di ginjal dan meningkatkan eritropoietin
di ginjal dan liver. Eritropoietin menstimulasi eritropoiesis, menyebabkan meningkatnya
sintesis eritroferon. Sebaliknya, eritroferin menekan sintesis hepsidin sehingga
menstabilkan ferroportin dan meningkatkan transport besi ke seluruh lumen
gastrointestinal.
Hilangnya darah pada fase menstruasi memainkan peran besar dalam metabolism besi.
Hilangnya darah berkisar 50 mL/bulan namun dapat lebih 5 kali lipat pada beberapa orang.
Untuk mempertahankan kecukupan besi, perempuan yang sedang menstruasi harus
menyerap 3-4 mg besi dari makanan sehari-hari.
Secara umum, metabolisme besi diseimbangkan antara penyerapan 1 mg/hari dan
kehilangan 1 mg/hari. Kehamilan dan menyusui mengganggu keseimbangan besi, karena
kebutuhan meningkat 2-5 mg/hari. Diet besi sehari-hari tidak dapat memenuhi kebutuhan
ini. Penurunan absorbs besi juga menyebabkan defisiensi besi, seperti pada orang dengan
celiac disease.
Penyebab paling penting anemia defisiensi besi pada dewasa adalah kehilangan darah,
khususnya menstruasi dan perdarahan saluran cerna. Konsumsi aspirin atau NSAID dalam
jangka panjang juga dapat menyebabkan defisiensi besi. Celiac disease juga menyebabkan
kurangnya absorbs besi. Defisiensi zinc merupakan penyebab lain kurangnya absorbs besi.
 Tanda dan Gejala
Gejala utama anemia defisiensi besi adalah mudah lelah, palpitasi, dan sesak)
defisiensi berat menyebabkan perubahan kulit dan mukosa, termasuk lidah licin,
kuku brittle, koilonikia, dan cheilosis.
 Laboratorium
Defisiensi besi berkembang bertahap. Pertama terjadi deplesi persediaan besi tanpa
anemia diikuti anemia dengan MCV normal diikuti dengan penurunan MCV.
Hitung retikulosit rendah. Ferritin merupakan ukuran persediaan besi. Nilai ferritin
yang kurang dari 12 ng/mL merupakan indicator deplesi persediaan besi. Ferritin
normal atau tinggi tidak menyingkirkan diagnosis defisiensi besi. Saat MCV turun,
apusan darah menunjukkan sel hipokromik mikrositer. Dengan berkembangnya
penyakit, anisositosis (variasi ukuran RBC) dan poikilositosis (variasi bentuk RBC)
muncul. Defisiensi besi berat dapat menyebabkan gambaran aneh pada apusan
darah dengan sel hipokrom yang banyak, target cell, dan sel berbentuk pensil atau
rokok. Hitung platelet biasanya naik, namun biasanya tetap di bawah 800.000/mcL.
 Diagnosis Banding
Anemia mikrositik lain yaitu anemia akibat penyakit kronik (anemia akibat
inflamasi), talasemia, keracunan, sideroblastik anemia. Anemia akibat penyakit
kronik menunjukkan persediaan besi yang normal atau meningkat di makrofag
sumsum tulang dan ferritin yang normal atau meningkat; serum besi dan saturasi
transferrin rendah, dan TIBC dan transferrin dapat normal atau rendah. Talasemia
menyebabkan mikrositosis derajat tinggi, hitung sel darah merah normal atau
meningkat. Morfologi sel daah merah pada apusan darah teri menunjukkan
defisiensi besi berat.
 Terapi
Karena anemia jarang menyebabkan kematian, manajemen paling penting adalah
dengan mengidentifikasi penyebabnya, khusunya kehilangan darah hebat.
 Terapi besi oral
Ferosulfat 325 mg merupkan terapi yang paling dipilih. Diminum tiga kali
sehari sebelum makan, dapat memberikan 180 mg besi dimana lebih dari 10 mg
diserap tubuh.
 Terapi besi parenteral
Indikasinya adalah pada individu dengan penyakit GI, yang intoleran dengan
besi oral.
 Rujuk
Pasien harus di rujuk ke hematologist jika diagnosis yang dicurigai tidak dapat
dipastikan atau jika tidak merespon dengan terapi oral.

2. Anemia Akibat Penyakit Kronik


 Anemia mikrositik atau normositik sedang
 Ferritin normal atau meningkat dan transferrin normal atau menurun
 Didasari penyakit kronik
Banyak penyakit sistemik kronik berhubungan dengan anemia sedang. Anemia akibat
penyakit kronik dikarakteristikkan berdasarkan etiologi dan patofisiologinya. Pertama,
anemia karena inflamasi berhubungan dengan keadaan inflamasi kronik (IBS, RA, infeksi
kronik, dan keganasan) dan di mediasi oleh hepsidin (regulator negative ferroportin),
sehingga terjadi penurunan ambilan besi di saluran cerna dan menurunkan transfer besi
dari makrofag ke progenitor eritroid di sumsum tulang. Kedua, anemia akibat kegagalan
organ dapat muncul pada penyakit ginjal, kegagaln hepar, dan kegagalan kelenjar endokrin;
eritropoietin menurun dan sel darah merah menurun sebagai respon menurunnya sinyal
untuk produksi sel darah merah; serum besi normal kecuali pada penyakit ginjal kronik.
Ketiga, anemia pada orang tua muncul pada 20% individu diatas 85 tahun pada mereka
yang penyebab anemianya tidak jelas.
 Tanda dan Gejala
Gambaran klinis sesuai kausatifnya. Diagnosis harus dicurigai pada pasien dengan
penyakit kronik. Pada anemia yang signifikan, keadaan defisiensi besi atau asam
folat juga harus dicurigai. Penurunan intake besi atau asam afloat biasanya sering
terjadi pada pasien sakit kronis, banyak juga yang disertai perdarahan GI. Pasien
dengan hemodialysis terjadwal dapat kehilangan besi dan asam folat selama
dialysis.
 Laboratorium
Hematocrit biasanya jarang turun <60% (kecuali pada gagal ginjal). MCV biasanya
normal, dan hitung retikulosit dapat turun atau normal. Pada anemia karena
inflamasi, serum besi dan nilai transferrin rendah, dan saturasi transferrin rendah,
menyebabkan salah diagnosis menjadi defisiensi besi. Serum ferritin <30ng/mL
menunjukkan adanya defisiensi besi juga.
Anemia karena inflamasi menunjukkan peningkatan hepsidin; meskipun demikian,
belum ada uji klinis yang tersedia. Pada anemia karena kegagalan organ dan pada
orang tua, besi biasanya normal.
Tantangan tersendiri adalah mendiagnosis defisiensi besi pada keadaan anemia
karena defisiensi dimana serum ferritin dapat mencapai 200ng/ml. diagnosis
didapatkan dari bone marrow.
 Terapi
Pada banyak kasus, tidak ada terapi khusus dan manajemen utamanya adalah terapi
keadaan yang menyebabkan anemia. Jika anemia berat hingga mengganggu
kualitas hidup, maka dapat diberikan transfuse PRC atau parenteral recombinant
erythropoietin (epoetin alfa atau darbepoietin). Indikasi pemberian rekombinan
adalah Hb <10 dan anemia akibat RA, IBS, hepatitis C, CKD.

Anda mungkin juga menyukai