Anda di halaman 1dari 16

Mineral dan Batuan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MINERAL DAN BATUAN
Dari pengamatan sehari-hari kita mengetahui bahwa bumi tersusun dari batuan-batuan.
Apabila kita mengambil batuan dan mengamatinya, ternyata batuan terdiri dari mineral-
mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari
unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur, dalam hal ini, adalah benda yang tak dapat lagi
dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-
sifat unsur tersebut dan terlalu kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
 Dapat mengetahui serta mendalami mengenai mineral pembentuk batuan.

 Dapat mengetahui klasifikasi batuan-batuan dan kandungan mineral.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MINERAL
A. PENGERTIAN MINERAL
Kata mineral sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, namun pengertiannya berbeda-
beda. Para ahli farmasi sering menyebut vitamin atau unsur yang terkandung dalam suatu
obat sebagai mineral. Para ahli pertambangan menyebut bahan tambang sebagai mineral.
Bagi mereka yang menekuni geologi atau mineralogi, yang disebut mineral adalah bahan
alamiah yang bersifat an-organik, biasanya berbentuk kristal, terdiri dari satu unsur dengan
komposisi kimia tetap dan memiliki sifat-sifat fisik tertentu. Dari definisi ini jelaslah bahwa
dalam geologi, batubara, minyak bumi endapan kersik dan mineral buatan manusia tidak
dapat dikategorikan sebagai mineral.
Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari
gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan kimia khusus
secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau
rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di
mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisisnya.
Bila kita perhatikan tabel 1, oksigen merupakan unsur terbanyak dalam kerak bumi. Karena
itu, batuan penyusun kerak bumi terutama tersusun dari oksigen. Dalam mineral, oksigen
terikat kuat dengan unsur lain seperti SiO2, Al2O3, FeO ataupun Fe2O3, MgO, CaO, Na2O,
K2O, dan sebagainya.
Senyawa antara Oksigen dan Silikon disebut Silika. Mineral yang mengandung silika disebut
Mineral Silika. Kebanyakan mineral silika juga mengandung satu atau lebih unsur lain.
Kuarsa adalah silika murni dengan rumus kimia SiO2.
Karena oksigen dan silikon merupakan unsur terbanyak dalam kerak bumi, maka mineral
silikat adalah kelompok mineral yang paling banyak menyusun batuan kerak bumi. Silika
tetrahedron adalah gabungan dari empat atom oksigen dengan satu atom silikon berbentuk
piramid berisi empat di mana oksigen menempati setiap sudutnya dan silikon berada di
tengah-tengah. Rumusnya adalah SiO4-4karena silikon bermuatan +4 dan empat ion oksigen
bermuatan -8 (setiap oksigen bermuatan -2). Berhubung silika tetrahedron bermuatan -4 maka
masih dapat mengikat unsur lain membentuk berbagai mineral silikat. Termasuk mineral
silikat adalah felspar, muskovit, biotit, piroksin, amfibol, olivin, garnet, augit, kaolinit,
serpentin, kuarsa dan sebagainya.
Di samping kelompok silikat, kita kenal pula kelompok mineral karbonat, sulfida, sulfat dan
oksida. Mineral Karbonat adalah mineral yang mengandung (CO3)-2seperti kalsit, dolomit.
Mineral Sulfida adalah mineral yang mengandung S-2seperti galena, spalerit, dan kalpopirit.
Mineral Sulfat adalah mineral yang mengandung (SO4)-2 seperti gipsum dan anhidrid.
Mineral Oksida adalah mineral yang mengandung O-2 seperti hematit, megnetit, limonit dan
bauksit.
Ada pula jenis mineral yang hanya tersusun dari satu unsur saja seperti emas, dan intan.
B. SIFAT-SIFAT MINERAL
Untuk mengidentifikasi mineral perlu diketahui komposisi kimianya dan struktur kimianya.
Akan tetapi lebih umum digunakan di lapangan adalah melihat sifat fisiknya. Di antara sifat-
sifat mineral yang penting adalah : bentuk kristal, bidang belah (Cleavage), warna, coret
(Streak), kilap (Lustre), berat jenis, kekerasan dan pecahan-pecahan mineral.
a. Bentuk-bentuk Kristal
Kristal adalah suatu bentuk, berbidang banyak yang tetap, dibatasi dengan permukaan-
permukaan yang licin; diduga terbentuk oleh suatu gabungan kimia dengan pengaruh
kekuatan atom yang ada di dalamnya, setelah mengalami kondisi-kondisi yang sesuai,
berubah dari keadaan yang semula didalam keadaan cair atau berupa gas, menjadi padat.
Bila mineral mengkristal tanpa gangguan maka akan menghasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu.
Setiap mineral mempunyia satu atau lebih bentuk mineral yang khas. Bentuk-bentuk mineral
tersebut dihasilkan oleh keteraturan ikatan antar atom penyusunnya. Secara garis besar bentuk-
bentuk kristal mineral dapat dikelompokkan atas enam sistem kristal

a. Bidang Belah (Cleavage):


Bidang belah adalah bidang di mana mineral cenderung membelah dengan arah tertentu.
Berkaitan dengan keteraturan atom-atom yang menyusun mineral, di mana atom lemah atau
relatif sedikit maka di situlah mineral cenderung membelah. Ada minteral yang memounyai
satu saja, ada yang dua, ada yang tiga dan ada pula yang tidak mempunyai bidang belah.
b. Warna:
Warna mineral merupakan sifat fisik mineral yang palin berkesan. Tatapi warna mineral
sangat bervariasi karena adanya pengotoran dari unsur lain. Misalnya kuarsa ada yang putih,
ungu, hitam dan kuning. Meskipun demikian beberapa mineral memperlihatkan warna khas,
misalnya muskovit berwarna putih atau tidak berwarna, kebanyakan mineral ferromagnesia
berwarna hijau atau hitam.
c. Coret (Streak):
Yang dimaksud dengan coret adalah warna mineral yang telah ditumbuk halusatau warna
mineral yang terlihat pada porselin bila kita mencoretkan mineral tersebut pada permukaan
porselin. Warna serbuk mineral lebih konstan sehingga lebih mantap digunakan dalam
mengidentifikasi mineral. Sebagai contoh, hematit dapat berwarna coklat, hijau atau hitam,
tetapi coretnya selalu coklat kemerahan.

d. Kilap (Lustre):
Kilap berkenaan dengan kemampuan permukaan mineral dalam memantulkan cahaya.
Biasanya dibedakan atas metalik dan nonmetalik. Kilap metalik seperti permukaan logam
memantulkan cahaya. Kilap non metalik dapat dibedakan lagi atas: vitreous (seperti kaca),
resinous (seperti damar), greasi (kotor seperti lemak), silky (seperti sutra), dan pearly (seperti
mutiara).
e. Berat Jenis:
Setiap mineral mempunyai berat tiap unit volume tertentu. Berat jenis biasanya diperoleh
dengan membandingkan berat mineral dengan berat air tawar yang volumenya sama pada
temperatur 40C.
f. Kekerasan
Kekerasan mineral berkenaan dengan ketahanan mineral terhadap goresan. Kekerasan mineral
diperoleh dengan membandingkan tingkat kekerasan mineral tersebut dengan suatu standar yang
telah disusun oleh Mohs yang terbagi atas 10 tingkatan, mewakili mineral yang paling lunak
Caranya adalah dengan menggores mineral yang ingin diketahui tingkat kekerasannya
kemudian dibandingkan dengan mineral-mineral standar pada skala Mohs. Dapat pula
dilakukan dengan menggoreskan mineral yang ingin diketahui tingkat kekerasannya pada
mineral standar. Mineral yang lebih lunak akan tergores oleh mineral yang lebih keras.
Karena batuan tersusun dari mineral, maka pemberian nama terhadap batuan tertentu
disesuaikan dengan nama mineral penyusun utamanya. Batu talk misalnya, dapat tergores
oleh gipsum. Batu talk juga dapat digores dengan menggunakan kuku jari tangan, maka
kemungkinan kuku mempunyai tingkat kekerasan 2 atau lebih. Ternyata kuku bisa pula
menggores gips (kekerasan 2) tetapi kuku tidak dapat menggores kalsit (kekerasan 3), maka
kuku mempunyai kekerasan > 2 dan <>
Karena tingkat kekerasan mineral intan adalah tertinggi, maka biasa juga intan digunakan
sebagai mata bor yang menembus batuan dalam eksplorasi/eksploitasi barang tambang. Intan
juga tergolong sebagai barang langka. Karena kekerasan (tahan gores/kilapan), manfaat, dan
kelangkaan intan inilah sebagai faktor mengapa harga intan di pasaran dunia demikian
tingginya.
Tingkat kekerasan suatu batuan ikut menentukan tingkat resistensinya (daya tahan) terhadap
pengikisan/goresan erosi; yaitu cepat-lambatnya reaksi batuan terhadap proses pekerjaan
erosi; dan pada gilirannya turut menentukan karakteristik bentuk permukaan suatu lahan.
a. Pecahnya Mineral:
Bila mineral pecah secara alamiah, maka akan menghasilkan pecahan dengan pola-pola
tertentu (khas). Ada beberapa istilah yang dipakai untuk mengungkapkan pola pecahan
mineral. Contoh: Conchoidal bila mineral yang pecah permukaannya licin, halus atau
melengkung; Huckly bila permukaan pecahan kasar dan tajam-tajam, Splintery bila
pecahannya tipis-tipis; Fibrous bila pecahannya seperti tanah yang dihancurkan.
b. Sifat-sifat Lainnya
Sifat-sifat fisik lainnya adalah sifat kemagnetan, tenasitas (tingkat kekohesifan), solubilitas
(kelarutannya dalam air), fusibilitas (kemudahannya lebur), dan sifat-sifat khas lainnya
seperti rasanya dan sebagainya.

C. IDENTIFIKASI MINERAL
Cara mengidentifikasi mineral dapat dilakukan dengan memperhatikan sejumlah sifat kimia
dan sifat fisiknya. Untuk menentukan beberapa sifat unik mineral diperlukan alat-alat khusus
dengan teknik-teknik tertentu. Akan tetapi kebanyakan mineral penyusun batuan dapat
dibedakan satu sama lain hanya dengan pengamatan sederhana terhadap sifat-sifat fisiknya.
Sifat-sifat fisik yang biasanya diperhatikan adalah bidang belah, kekerasan, kilap, warna,
streak dan bentuk kristal. Untuk menguji kebenaran dari hasil identifikasi yang kita lakukan
maka diperlukan tabel sifat-sifat mineral.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh cara mengidentifikasi mineral pembentuk
batuan yang diambil dari bukunya Plummer dan Mc. Geary berjudulPhysical
Geology (1985).
Cara 1: Digunakan bila mineral mempunyai bidang belah
Tentukan jumlah arah bidang belah dalam mineral:
a. Satu arah
Jika sempurna (Perfect) berarti mika. Kalau warnanya putih berarti Muskovit dan kalau hitam
maka mineral tersebut adalah biotit.
b. Dua arah
Saling tegak lurus atau hampir tegak lurus:
1) Bagus (Good) berarti felspar. Jika jalur-jalur nampak pada permukaan bidang belah berarti
Plagioklas; jika ungu berarti Ortoklas; jika putih atau abu-abu terang tanpa jalur-jalur berarti
Ortoklas atau Plagioklas.
2) Cukup bagus (Fair), warna gelap kehijauan sampai hitam berarti Piroksen (Augit).
c. Tiga arah
1) Jika ketiganya saling tegak lurus, sempurna (Perfect) berarti mineral Halit.
2) Ketiganya tidak saling tegak lurus, sempurna:
(a) Jika membuih bila ditetesi HCl berarti Kalsit.
(b) Jika hanya membuih kalau ditetesi HCl setelah dihaluskan berarti dolomit.
Cara 2: Digunakan bila tidak ada bidang belahnya
Bila lebih keras daripada kaca:
a. Kilapnya seperti kaca (Vitreous):
1) Warna hijau zaitun atau coklat berarti olivin.
2) Berwarna kemerahan atau kristalnya equidimensional dengan 12 atau lebih permukaanmaka
berarti Garnet.
3) Berwarna terang berarti kuarsa.
b. Kilap metalik berwarna kuning berarti mineral pirit.
c. Kilapnya kotor seperti berlemak (Gresy), bertitik-titik hijau dan hitam berarti mineral
Serpentin.
Bila lebih lunak daripada kaca, dalam batuan terlalu halus untuk dikenali butir-butirnya dan
mempunyai kilap seperti tanah berarti termasuk kelompok mineral lempung, misalnya
Kaolin.
Adapun tabel sifat-sifat fisik mineral dapat dilihat di buku-buku Geologi atau Mineralogi.
Biasanya terdapat pada lampiran.
B. BATUAN
Batuan didefinisikan sebagai suatu massa mineral dan dapat terdiri dari satu atau berbagai
jenis mineral. Dengan kata lain, batuan adalah agregat yang tersusun secara alami dari satu
macam mineral atau lebih.
Atas dasar terbentuknya, batuan dapat dikelompokkan dalam tiga macam batuan:
a. batuan beku;
b. batuan sedimen;
c. batuan malihan (metamorf).

A. BATUAN BEKU
Asal awalnya batuan beku adalah massa batuan yang cair-pijar, karena sangat panasnya
(10000 – 20000), massa batuan ini disebut magma. Tempat asalnya disebut dapur magma dan
letaknya di dalam bumi. Kedalaman dan besarnya tiap-tiap dapur magma umumnya tidak
sama, Demikian pula susunan dan sifat-sifatnya tiap-tiap magma berlainan.
Magma umumnya mengandung berbagai macam gas-gas. Gas-gas ini merupakan suatu
sumber kekuatan atau energi yang mendorong magma ke atas. Makin banyak gas-gas yang
dikandung, makin besar pula kekuatan tekanannya. Magma yang ditekan oleh gas-gas tadi,
naik ke atas; makn tinggi naiknya, makin rendah suhunya dan akhirnya membeku. Batuan-
batuan inilah yang disebutbatuan beku.
Susunan mineral-mineral dari batuan-batuan beku ini tidak selalu sama seperti susunan
magma asalnya; sebab ada kemungkinan bahwa mineral-mineral tadi akan bereaksi dengan
mineral-mineral dari batuan-batuan yang dilalui atau diterobosnya.
Magma dapat membeku di dalam atau di luar di permukaan bumi.
Atas dasar tempat pembekuannya, batuan beku dapat dibedakan kedalam :
(a) Batuan beku intrusi (plutonik); adalah batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak
mencapai ke permukaan bumi. Batuan dalam ini dapat berbentuk, antara lain seperti: batolit,
lakolit, tugu (diatrema), sill, dike, gang, dan urat-urat.
Batolit dan lakolit dapat berukuran sangat besar seperti suatu gunung atau bukit. Menurut
keterangan hingga sekarang belum dasar-dasarnya belum pernah ada yang menemukannya,
kecuali atap-atapnya. Beberapa ahli ada yang beranggapan, bahwa batolit dan lakolit tidak
lain dari magma yang membekunya di dalam dapur magma itu sendiri.
Batolit, tugu dan gang menerobos (memotong, menembus) lapisan-lapisan batuan, sedangkan
lakolit adalah batuan beku yang menerobos pada bidang perlapisan di dalam kerak bumi
mengangkat lapisan-lapisan di atasnya, sehingga puncaknya cembung.
Sill adalah bentuk lain dari intrusi yang membeku di sepanjang bidang perlapisan kerak bumi
dalam massa yang tipis (bentuk lembar) lebih kecil dari batolit.
Dan dike adalah batuan beku intrusi yang memotong bidang perlapisan batuan pada kerak
bumi.
Peristiwa pembekuan magma di dalam kerak bumi ini disebut intrusi atauplutonik.
Batuan-batuan dalam yang membekunya sangat dalam, menurut para ahli paling sedikit 15
km dari permukaan bumi, proses pembekuannya sangat lambat. Oleh karena itu, butiran-
butiran kristal dari mineral-mineral mempunyai peluang waktu untuk berkembang hingga
menjadi besar-besar dan sempurna dan dapat saling mengikat satu sama lain. Struktur yang
demikian, disebut struktur granitis, nama struktur ini diambil dari nama batuan granit, yang
mempunyai struktur tersebut.
Batuan-batuan dalam yang mempunyai struktur granitis a.l.: granit, diorit dan gabro. Struktur
mineral dapat diperiksa dengan cara mengirisnya dan dipoles hingga tebalnya 0,02 mm, dan
kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pertolongan cahaya dari jurusan tertentu.
(b) Batuan beku tengah (= batuan gang, batuan hypo-abisis)
Bagian dari batuan intrusif (plutonik). Di antara fase pembekuan di daerah yang dalam
(batuan beku dalam) dan fase pembekuan di permukaan bumi (batuan beku luar), terdapat
fase pembekuan daerah tengah, yang biasanya memberi bentuk batuan gang, tugu atau urat-
urat. Batuan ini termasuk golongan batuan-batuan beku tengah.
Struktur dari batuannya juga porfiris seperti batuan beku luar. Contohnya antara lain:
granitporfir, kwarsadiorit dan diabase.
Ciri utama batuan beku intrusif adalah bentuk kristalnya.
(c) Batuan beku luar (ekstrusi); adalah magma yang dapat mencapai ke permukaan bumi, dapat
melalui suatu lobang yang terpusat pada satu titik dan dapat pula melalui celah memanjang
yang terjadi di kerak bumi. Bila peristiwa ini terjadi di dalam keadaan yang dahsyat, ekstrusi
ini diebuterupsi; seperti halnya peristiwa gunung berapi. Erupsi dapat dibedakan
ataseffusif yang bersifat lelehan, dan eksplosif yang bersifat ledakan/letusan.
Escher berpendapat, bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut proses ekstrusi dan/atau
erupsi disebut volkanisme. Sebahagian ahli menyatakan bahwa volkanisme menyangkut
bukan saja ekstrusi tetapi juga intrusi.
Ilmu pengetahuan tentang volkanisme disebut volcanologi.
Bahan-bahan yang keluar dari suatu gunungapi dan masih merupakan massa campuran
bahan-bahan cair dan padat yang tebal dan masih sangat panas (800 – 12000C), dapat
mengalir hingga beberapa kilometer, disebutlava. Bahan cairnya dapat berupa mineral-
mineral yang meleleh dan bahan padatnya berbentuk abu, lapili (sebesar kacang kedele), tali,
bom-bom, dan balok-balok.
Bahan-bahan tersebut dapat memisahkan diri dan terbang jauh sekali. Lelehan-lelehan yang
mengalir oleh karena susu yang rendah dari udara menjadi beku dan merupakan lembaran-
lembaran atau lapisan-lapisan mirip batuan-batuan sedimen, yang dapat mempunyai ukuran
yang besar-besar dan biasanya samarata, retak-retak atau terputus-putus. Lapisan-lapisan
tersebut memberikan bukti, bahwa waktu keluarnya dan membekunya magma tidak sama
atau berat jenisnya yang tidak berlainan.
Abunya yang masih segar biasanya berwarna hampir putih, tetapikarena oksidasi, warnanya
dapat segera berubah menjadi agak gelap.
Terdiri terutama dari gelas-volkanik (SiO2 amorf). Dari Krakatau misalnya, abunya
terdiri ± 90% dari gelas dan sisanya SiO2 kristal.
Abu gunung api disebut pula abu volkanik atau tuf atau tufa.
Bom-bom ukurannya kurang lebih seperti buah kelapa dan dapat
bersifat asam atau basa.
Batu apung terjadi dari busa-volkanik yang telah membeku dan terdiri terutama dari gelas-
volkanik. Strukturnya adalah porous atau berlubang-lubang, disebabkan pada waktu peroses
pembekuan gas-gas yang ada di dalamnya menguap.
Suatu lumpur yang encer dan panas, terdiri dari campuran air, abu dll., dan mengalir dengan
kecepatan tinggi lahar.
Magma yang membeku dekat atau di permukaan bumi, proses pembekuan-nya cepat karena
perbedaan suhu antara magma cair dengan atmosfer besar sekali. Akibat dari cepatnya proses
pembekuan magma maka sedikit atau tidak ada kesempatan untuk membentuk kristal yang
sempurna. Oleh karena itu struktur kristalnya dapat non kristalin, mikro kristalin dan porfiris.
Kwarsa yang membeku di luar/di permukaan, proses pembekuannya tiba-tiba, kristalnya
tidak tidak menjadi butiran, karena tidak diberi waktu. Struktur dari kwarsa seperti ini
adalah amorf. Atau tidak berbentuk kristal. Contoh-contoh batuan beku luar, antara lain:
batuapung, abu gunungapi (tuf), dan obsidian. Contoh batuan luar lainnya: trahit, andesit,
basalt, dll.
Atas dasar komposisi kimia magma, batuan beku dapat dikelompokkan ke dalam tiga klas:
i. batuan beku asam (acidic); kaya akan SiO2, sebagai hasil dari mineral kuarsa dan felspar alkalin.
Contoh: Granit dan riolit.
ii. batuan beku intermediet (menengah); ortoklas ± 50% dari felspar total sedangkan kuarsa sedikit
jumlahnya. Contoh, diorit dan andesit.
iii. batuan beku basa (basic); plagioklas lebih dari 2/3 berupa felspar, sedikit sekali mengandung mineral
kuarsa dan mudah untuk mengenalnya karena didominasi oleh mineral-mineral gelap seperti
hornblende, olivin dan biotit. Contoh: gabro dan basalt.
iv. ultra basa; tidak ada felspar dan tidak ada kuarsa. Contoh: piroksenit, peridotit, dan serpentinitit.
B. BATUAN SEDIMEN
Batuan-batuan sedimen adalah batuan-batuan yang umunya berlapis-lapis. Batuan sedimen
tersusun dari partikel batuan yang berasal dari batuan yang ada sebelumnya, dan terendapkan
di suatu tempat setelah terangkut oleh sungai, gelombang atau arus pasang, angin dan es.
Selanjutnya sedimen mungkin terjadi dari reaksi kimia dan presipitasi.
Berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di dalam batuan sedimen setelah diendapkan
tanpa perubahan-perubahan penting dari tekanan dan suhu, termasuk ke dalam
pengertian diagenese. Andre (19..) mengartikan pula diagenase sebagai suatu proses
“pembatuan” pada batuan sedimen. Pembatuan di sini diartikan sebagai suatu perubahan dari
batuan sedimen yang semula bersifat gembur (lepas), yang karena direkat atau disemen
secara alam berubah menjadi batuan yang kompak dan keras. Dengan terjadinya kompaksi
pada partikel batuan, baik akibat dari sementasi maupun tekanan dari endapan di atasnya,
maka terjadilah perlapisan batuan. Lapisan batuan ini dikenal sebagai suatu strata batuan
sedimen.
Batuan sedimen dapat digolongkan ke dalam tiga golongan:
a) Sedimen klastis; terdiri dari partikel-partikel hancuran batuan (disintegrasi) akibat proses
pelapukan. Transportasi oleh air maupun angin cenderung untuk memilahkan (sorted)
partikel-pertikel tersebut ke dalam berbagai ukuran butir. Atas dasar ukuran butirannya dapat
digolongkan ke dalam:
(1) Konglomerat mengandung gravel, kerikil dan kerakal yang bentuknya membulat dengan isian
pasir di antara butir-butir kasar tersebut.
(2) Batupasir (sandstone) tersusun dari rombakan batuan yang resisten terhadap pelapukan
terutama butiran kuarsa dengan berbagai macam fragmen batuan dan partikel felspar. Ukuran
butir pada batupasir ini antara 0,062 – 2 mm. Apabila sementasi batu pasir sangat kuat dan
butir pasir itu dapat pecah dalam bentuk agregat dikenal dengan istilahkuarsit.
(3) Batulanau (siltstone) tersusun dari partikel-partikel batuan yang mempunyai ukuran 0,0625
mm – 0,004 mm, dan umumnya terdiri dari partikel kuarsa dan felspar.
(4) Shale adalah lempung atau lumpur yang telah mengeras akibat tekanan dari lapisan-lapisan
batuan di atasnya. Batuan ini terbentuk dari mineral lempung, partikel kuarsa dan felspar
yang mempunyai diameter <>
Ukuran butir batuan sedimen klastis (lepas) sangat mempengaruhi dalam sistem
pengelompokan (kategorisasi) serta dalam tata nama yang dipergunakan. Beberapa sebutan
lain yang biasa digunakan untuk menunjuk batuan menurut besar dan bentuknya adalah
sebagai berikut:
Blok untuk menunjuk batuan massif (kompak) yang amat besar, jauh lebih besar dari
bongkah dan batu-batu besar seperti disebutkan dalam tabel-tabel di atas; bisa beberapa puluh
meter sampai ukuran kilometer, tetapi lebih kecil dari lempeng tektonik bumi.
Batuancadas, adalah batuan massif yang relatif keras, besarnya boleh sama
dengan blok, tetapi lebih dimaksudkan sebagai batuan asli yang belum terpindahkan oleh
gaya-gaya asal luar.
Bolder, adalah batuan-batuan berukuran besar yang sudah hampir membudar sebagai sisa
pelapukan (weathering), baik masih berada di tempatnya semula maupun telah berpindah
tempat karena masswasting (massmovement).
Batuguling, adalah batuan-batuan berbentuk cenderung bundar dengan permukaan halus,
yang biasanya terdapat di dasar sungai. Bentuk bundar terjadi karena benturan-benturan dan
gesekan selama terbawa oleh arus sungai. Di masyarakat umum, batuguling disebut
“batukali” untuk membedakannya dengan “batugunung” yang bersudut-sudut.
Conglomerat adalah batu-batu ataupun kerikil yang telah mengalami diagenesis (sementasi)
menjadi padat, dimana butir-butir kerikil tersebut bentuknya bulat-bulat/halus.
Breksi, sama dengan konglomerat tetapi butir-butirnya runcing-runcing tidak beraturan.
Karena itu dapat ditafsirkan bahwa batuan konglomerat telah terbawa jauh dari lokasi sumber
asalnya, sedang breksi tidak jauh dari sumbernya.
a) Karbonat; dapat berupa batugamping yang mengandung mineral kalsit CaCO3 dan dolomit
yang didominasi oleh mineral dolomit.
Batugamping organik terbentuk dari partikel gamping koral, algae dan foraminifera. Asal
mula bahan organik ini tampak dari rumah (fosil) binatang karang dan siput (shell) yang telah
tersemen menjadi macam batugamping dikenal dengan ooquina.
Batugamping dapat juga terbentuk akibat presipitasi kimia dari air danau atau laut yang
dikenal dengan marl.
Asal mula dolomit tidak begitu jelas, namun dimungkinkan banyaknya unsur kalsium dalam
gamping murni yang secara perlahan-lahan diganti oleh magnesium melalui kegiatan air laut
atau air tanah dalam waktu yang lama.
Sedimen evaporit adalah garam yang telah mengalami presipitasi dari air dangkal di gurun pasir
maupun pada teluk di pantai, di mana proses evaporasi berlangsung dengan cepat. Adapun
macamnya adalah anhidrit (calcium sulfate), gipsum (hydrous calcium sulfate), dan halit (sodium
chloride).

C. BATUAN MALIHAN

1. (Batuan Metamorf)
Batuan malihan (batuan metamorf, batuan ubahan, batuan berubah sifat) adalah batuan yang
berasal dari batuan yang sudah ada, seperti batuan beku atau batuan sedimen, kemudian
mengalami perubahan fisik dan kimia sehingga berbeda sifat dengan sifat batuan induk
(asal)nya. Perubahan fisik meliputi penghancuran butir-butir batuan, bertambah besarnya
butir-butir mineral penyusun batuan, pemipihan butir-butir mineral penyusun batuan, dan
sebagainya. Perubahan kimia berkaitan dengan munculnya mineral baru sebagai akibat
rekristalisasi atau karena adanya tambahan/pengurangan senyawa kimia tertentu.
Faktor penyebab dari proses malihan (proses metamorfosis) adalah adanya perubahan kondisi
tekanan yang tinggi, suhu yang tinggi atau karena sirkulasi cairan. Tekanan dapat berasal
dari gaya beban atau berat batuan yang menindis atau dari gerak-gerak tektonik lempeng
kerak bumi di saat terjadi pembentukan pegunungan. Kenaikan suhu dapat terjadi karena
adanya intrusi magma, cairan atau gas magma yang menyusup ke kerak bumi lewat retakan-
retakan pemanasan lokal akibat gesekan kerak bumi atau kenaikan suhu yang berkaitan
dengan Gradien geothermis (kenaikan temperature sebagai akibat letaknya yang makin ke
dalam). Dalam proses ini terjadi kristalisasi kembali (rekristalisasi) dengan dibarengi
kenaikan intensitas dan juga perubahan unsur kimia.
Pada umumnya batuan malihan ini lebih keras dan kompak daripada batuan asalnya. Struktur
baru dan bahkan mineral baru dapat terbentuk pada proses ini. Tetapi ia masih dapat
memperlihatkan beberapa karakteristik batuan asalnya. Kenampakan lain akibat proses
metamorfosis ini adalah cleavage, schistocity dan foliation, perlengkungan dan retakan.
Metasedimen adalah batuan malihan yang berasal dari batuan sedimen.
Beberapa contoh batuan malihan: Sabak, Filit, Sekis, Kwarsit, Marmer, dan GneisAdapun
klasifikasi batuan beku dan metamorf dapat dilihat pada Tabel.....
Proses-proses malihan dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Geothermal Alterasi, yaitu perubahan batuan sebagai akibat naiknya suhu di tempat yang
dalam. Di kedalaman sekitar 3.000 msuhu kurang lebih 1000 C. Karena tekanan dan suhu yang
cukup tinggi, maka batuan shale, misalnya, akan kehilangan kandungan airnya, batubara
kehilangan air dan gas-gasnya sehingga mengalami perubahan pada komponen-komponen
penyusunnya, berkristal halus akan mengalami rekristalisasi menghasilkan kristal lebih besar,
limestone (batukapur, gamping) berubah menjadi marmer.
b. Hydrothermal Alterasi, yaitu perubahan sifat batuan sebagai akibat pengaruh cairan panas
dari magma atau airtanah yang mendapat pemanasan dari dari magma. Sebagai contoh: feldspar
yang keras berubah menjadi kaolin yang lunak, hornblende berubah menjadi khlorit, olivine
menjadi serpentin. Batuan dekat sumber air panas diperlunak oleh air panas dan uap panas.
Kadang-kadang proses malihan tidak hanya pengaruh cairan panas tetapi tambahan bahan atau
pengurangan unsur penyusun batuan yang menyertainya.
c. Metamorfosis Kontak, yaitu perubahan sifat batuan yang terjadi karena intrusi magma yang
panas. Di tempat di mana magma bersentuhan (kontak) dengan batuan suhu menjadi sangat tinggi
sehingga proses metamorfosis berlangsung intensif, dan semakin jauh dari letak intrusi magma
suhu makin berkurang. Derajat metamorfosis yang bervariasi ini terlihat dari keteraturan batuan
malihan menurut jaraknya dari batuan intrusi. Di tempat paling dekat dengan intrusi dijumpai
kordiorit dan berturut-turut semakin jauh akan ditemukan biotit – klorit – Muskovit dan terakhir
batuan yang kaya dengan aluminium. Zona-zona metemorfosis di sekitar batuan intrusi
berbentuk aureole ata halo yang diameternya beberapa meter hingga beberapa ribu meter.
d. Dinamo Metamorfosis, yaitu perubahan sifat batuan karena terutama factor tekanan.
Tekanan terjadi dari gerak-gerak kerak bumi. Jadi erat kaitannya dengan proses pelipatan dan
patahan-patahan di kerak bumi. Wilayah gejala metamorfosis ini meluas disbanding jenis
metamorfosis lainnya, sehingga dapat disebut Metamorfosis Regional. Tekanan menyababkan
batuan menjadi pipih dan menghasilkan fragmen batuan yang bergaris-garis memanjang.
Contohnya Mudstone yang terdiri dari butir-butir kuarsa akan memipih dan partikel liat menjadi
mika. Batuan baru ini disebut Slats yang berciri berlapis-lapis.
e. Metasomatisme, yaitu perubahan batuan karena magma menyusup ke dalam batuan,
bercampur baur dengan batuan yang dimasukinya, membentuk batuan baru yang sifatnya sudah
lain. Selain terjadi pembauran juga terjadi reksristalisasi.
f. Pneumatholysis, yaitu perubahan batuan karena pengaruh gas panas yang menyusup ke
dalam kerak bumi. Karena gas lebih mudah bergerak maka gas-gas dari magma itu mudah
menyusup lewat retakan-retakan dalam kerak bumi.
Biasanya di dalam kerak bumi dijumpai pengelompokan bahan galian atau batuan metamorf
berupa urat-urat. Dapat ditafsirkan bahwa terjadinya lewat proses Hydrothermal atau
Pneomatholitis.
D. Daur Batuan (Rock Cycle)
Daur batuan berarti melihat secara menyeluruh hubungan antar ilmu dalam geologi. Dengan
mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian ketiga jenis batuan dan berbagai proses
geologi yang menjadikan dari satu jenis batuan ke batuan yang lainnya.
Batuan pertama adalah batuan beku (igneous rock) terjadi akibat magma mendingin dan
memadat. Proses ini dapat terjadi baik di bawah maupun di atas permukaan bumi. Saat
bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang meleleh yang kemudian
mendingin dan mengkrista1 secara bertahap dan membentuk kerak pertama yang terdiri
dari batuan beku.
Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap saat, maka
perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut proses
pelapukan (weathering). Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari induknya,
ditransport dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, gravitasi, aliran air, gletsyer, angin
atau gelombang sebagai sedimen atau endapan, di tempat yang rendah (laut), sebagai
lapisan-lapisan mendatar. Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan,
sedimen ini menjadi batuan sedimen.
Jika batuan sedimen berada jauh di bawah permukaan bumi atau terlibat dalam dinamika
pembentukan pegunungan (orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh tekanan yang besar dan
suhu yang cukup tinggi. Akibatnya batuan sedimen ini akan bereaksi dan berubah menjadi
batuan metamorfosa atau batuan malihan.
Dan bila batuan metamorfosa berada pada tekanan dan suhu tinggi, ia akan melebur dan
menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian, akan tetapi ada
penyimpangan-penyimpangan. Misalnya batuan beku di samping tersingkap di
permukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh di bawah
permukaan bumi, bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan
sedimen dan batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi, akan mengalami
proses pelapukan dan erosi, seperti terlihat pada diagram daur batuan (Gambar 3.1).

Baik batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf pada kondisi tekanan dan suhu
yang tinggi akan melebur menjadi magma. Demikian daur ini akan berulang sepaniang
masa, dalam satuan waktu jutaan tahun.
E. Mineral Pembentuk Batuan
Batuan terbentuk dari mineral-mineral, yang dikenal dengan mineral pembentuk batuan.
Di alam dapat dikenali lebih dari 2000 mineral. Namun yang umum dijumpai dalam
batuan, sekitar 20 mineral.
Bebarapa mineral utama pembentuk batuan yang umum dijumpai adalah :
1. Batuan beku - feldspar, mika, amfibol, Piroksen, Olivin dan kuarsa.
n Sedimen - kuarsa, kalsit, amfibol, lempung, halit, gypsum dan feldspar
n Metamorf - kuarsa, feldspar, amfibol, piroksen, mika, garnet, dan chlorit.
Feldspar, berasal dari bahasa Jerman yang berarti kristal alamiah. Hampir 50% kerak
bumi terdiri dari kelompok mineral ini. Sangat umum dijumpai dalam batuan beku,
metamorf dan batu pasir. Feldspar mempunyai dua arah bidang belah,
kilap (luster)porselen dan kekerasannya 6 skala Mohs. Da1am kelompok ini dikenal dua
tipe utama, yang dibedakan berdasarkan ion logam yang diikat oleh tetrahedra Si-O nya :
Kalium feldspar (K AlSi 3O8), dalam granit umumnya berwarna merah muda,
danplagioklas feldspar, kebanyakan berwarna putih. Saat pembentukannya
memungkinkan terjadinya substitusi ion Ca terhadap ion NA sehingga terjadi komposisi
yang kerkisar antara (Na.Al.Si 3O8) sampai (CaAl2 Si2O8).
Mika, mineral kecil, hitam mengkilat. Kelompok ini mudah dikenali dengan bidang belah
searah yang mudah dibelah. Dua macam mika yang sering dijumpai dalam batuan
adalah biotit dan muskovit. Biotit berwarna hijau tua sampai hitam
sedangkanmuskovit bening (tidak berwarna).
Kuarsa, terdapat pada ketiga kelompok utama batuan, baik batuan beku, sedimen
maupun batuan metamorfosa. Umumnya tidak berwarna, komposisinya SiO 2,mempunyai
kilap kaca dan kekerasan 7 (tujuh).
Oleh karena terbentuk paling akhir (ingat Deret Reaksi Bowen) maka dalam batuan
kristalnya tumbuh di antara kristal-kristal feldspar dan mika, sehingga jarang dijumpai
sebagai kristal yang sempurna bentuknya. Kuarsa merupakan mineral yang sukar terubah,
sehingga sering dijumpai pada batuan sedimen.
Mineral ferromagnesium, merupakan kelompok yang terdiri dari mineral-mineral olivin,
piroksen, amfibol dan juga biotit, berwarna hijau tua sampai hitam dan mempunyai berat
jenis besar.
Olivin terbentuk pada suhu tinggi merupakan mineral yang jelas terlihat dalam batuan
beku. Komposisinya (Mg,Fe) 2SiO4, berwarna hijau.
Piroksen juga terbentuk pada suhu yang tinggi, struktur dalamnya memperlihatkan rantai
tetrahedra Si-O tunggal. Berwarna hijau tua sampai hitam dan kristalnya sangat kecil,
hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Amfibol merupakan kelompok mineral, biasanya terdapat bersama piroksen dan mirip
komposisinya, hanya amfibol mengandung ion hidroksil (OH - ). Strukturdalamnya
terdiri dari dua rantai tetrahedra yang membuat kristalnya memanjang. Kelompok ini
mempunyai warna hijau sampai hitam dan dua bidang belah yang tidak saling tegak lurus.
Mineral dari kelompok ini yang banyak dijumpai adalahhornblende.
Mineral lempung kristalnya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan mikroskop, biasanya
mikroskop elektron. Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat
dibedakan belasan mineral lempung. Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi
dimana udara dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi lempung
din produk lain.
Kalsit dan dolomit adalah mineral karbonat. Kalsit berkomposisi CaC0 3 , merupakan bahan
utama batugamping. Dapat terjadi dari penguapan langsung air laut atau melalui binatang,
dipisahkan dari air laut, untuk membuat cangkang atau rumahnya.
Kristalnya transparan atau putih. Di dalam batugamping sering mengandung pengotoran
(impurity) menjadikannya berwarna abu-abu atau coklat. Kalsit mempunyai tiga bidang
belah yang tidak saling tegak lurus dan kekerasannya 3 skala Mohs.
Jika kalsit bereaksi dengan larutan magnesium-karbonat dalam air laut atau air tanah
menjadi dolomit (Ca Mg karbonat). Dolomit dapat dibedakan dengan kalsit karena tidak
bereaksi dengan HCl, sedangkan kalsit bereaksi. Sifat ini dipergunakan untuk mengetahui
apakah suatu batuan sedimen mengandung karbonat atau tidak.
Halit dan gypsum merupakan mineral-mineral yang khas hasil penguapan air laut. Halit
(NaCl ) adalah garam yang mudah dikenal dengan rasanya, mempunyai tiga bidang belah
yang saling tegak lurus. Gypsum berkomposisi kalsium sulfat dan air (CaSO 4.2H2O), tidak
berwarna, mempunyai bidang belah searah, kilap kaca atau sutra (silky) dan terdapat
sebagai mineral tunggal.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai asal mula terwujudnya, batu – batuan penyusun kerak bumi dibagi atas
tiga kelompok, yaitu:
 Batuan Beku (magmatic rocks)
 Batuan Endapan (Sedimentary Rocks)
 Batuan Metamorf (Metamophic Rock)
 BATUAN BEKU
Terbentuk dari magma yang mendingin dan membeku.
 BATUAN ENDAPAN
Batuan yang terbentuk dari sedimen yang diendapkan dan telah mengalami proses geologi
menjadi batuan sedimen.
 BATUAN METAMORF
Batuan yang jika mengalami tekanan dan atau suhu yang tinggi akan berubah menjadi batuan
metamorfosa, atau batuan malihan.
 SIFAT – SIFAT FISIK MINERAL
1. Belahan
2. Kekerasan
3. Berat Jenis
4. Kilap
5. Warna
6. Bentuk Kristal
Beberapa mineral utama pembentuk batuan :
 Batuan beku : feldspar, mika, amfibol, Piroksen, Olivin dan kuarsa.
 Batuan Sedimen : kuarsa, kalsit, amfibol, lempung, halit, gypsum dan feldspar
 Batuan Metamorf : kuarsa, feldspar, amfibol, piroksen, mika, garnet, dan chlorit.
B. SARAN
Sebaiknya dalam diskusi peserta diskusi harus aktif dan diharapkan kepada
pemateri dan peserta tidak terlalu membahas mengenai jenis-jenis batuan
dalam lingkup yang lebih kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

 http://jenis-batuan-dan-mineral-di-alam.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai