Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“Patogen Terbawa Benih dan Teknik Pengendaliannya”

Oleh :

NAMA : DIA AYU FAUZIAH


NIM : D1B116065
KELAS : AGT-A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan


produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang
memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan
plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam
yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari
persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi,
tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
Penggunaan benih bermutu merupakan komponen penting dalam pelaksanaan
budidaya tanaman yang dapat menjamin pertanaman yang baik dan hasil panen yang
tinggi. Tingginya kadar air pada benih, menyebabkan benih mudah terinfeksi oleh
cendawan, bakteri, virus yang patogen, sehingga dapat menyebabkan penyakit yang
cukup serius yang dapat menyebabkan benih busuk sebelum atau sesudah benih
berkecambah.
Mutu benih mencakup mutu genetis, fisiologis, fisik dan patologis. Mutu
patologis berhubungan dengan infeksi penyakit terbawa benih (seedborne). Banyak
patogen yang ditemukan atau dilaporkan terbawa oleh benih sehingga mengakibatkan
kegagalan panen hingga mencapai 50% bahkan sampai 100%. Penyakit terbawa
benih harus mendapat perhatian dalam proses produksi karena sering menimbulkan
kerugian dikarenakan inokulum patogen terbawa benih dapat menurunkan daya
kecambah benih, meningkatkan kematian bibit/tanaman muda serta meningkatkan
perkembangan penyakit di lapangan. Gangguan tersebut pada akhirnya akan
menurunkan produksi dalam kualitas dan kuantintas.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kerugian akibat
patogen terbawa benih, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati yang ramah
lingkungan. Penggunaan pestisida nabati diharapkan mampu mengendalikan patogen
terbawa benih karena senyawa kimia yang dikandung oleh pestisida nabati tersebut.
Dengan demikian diharapkan penggunaan pestisida nabati dapat menekan
perkembangan penyakit yang terbawa oleh benih yang selanjutnya akan berdampak
terhadap peningkatan hasil tanaman (Sutariati dan La Mudi, 2017). Dengan
menggunakan benih bermutu diharapkan dapat meningkatkan produksi persatuan
luas, mendapatkan keseragaman pertanaman dan produk yang dihasilkan, serta dapat
mengurangi serangan hama dan penyakit.
Berdasarkan uraian diatas maka sangat perlu dilakukan praktikum mengenai
patogen terbawa benih dan teknik pengendaliannya sesuai ketetapan yang berlaku
yang dalam hal ini menggunakan teknik yang ramah lingkungan.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui beberapa


patogen terbawa benih baik cendawan maupun golongan bakteri serta teknik
pengendaliannya menggunakan pestisida nabati.
Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui beberapa
patogen terbawa benih baik cendawan maupun golongan bakteri serta teknik
pengendaliannya menggunakan pestisida nabati.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman yang
memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus
bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi
maksimal. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang,
setek daun dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman
dewasa. Dalam proses budidaya benih yang digunakanpun harus terbebas dari
patogen atau penyakit-penyakit yang terbawa oleh benih agar dapat berproduksi
tinggi (Pudji, 2013).
Penggunaan benih bermutu merupakan komponen penting dalam pelaksanaan
budidaya tanaman yang dapat menjamin pertanaman yang baik dan hasil panen yang
tinggi. Tingginya kadar air tanaman, menyebabkan benih mudah terinfeksi oleh
cendawan, bakteri, virus yang patogen, sehingga dapat menyebabkan penyakit yang
cukup serius, sehingga benih menjadi busuk sebelum atau sesudah benih
berkecambah (Inggit, 2013).
Syarat Benih bermutu harus memiliki enam kriteria, murni dan diketahui
nama varietasnya, daya tumbuh tinggi (minimal 80%) dan vigornya baik, biji sehat
dan dipanen dari tanaman tua, dipanen dari tanaman sehat, tidak terinfeksi oleh hama
dan penyakit, bersih, tidak tercampur varietas lain, biji rerumputan dan kotoran
lainnya. Untuk mendapatkan benih yang bermutu diperklukan uji benih. Uji benih
dimaksudkan untuk mengetahui viabilitas benih serta kemungkinan terbawanya
patogen di dalamnya. Pelaksanaan pengujian benih dilakukan dengan pengambilan
contoh benih sebagai sampel, kemudian dilakukan pemurnian benih dan kadar air,
setelah itu dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih dan uji kesehatan
terhadap benih tersebut. Patogen yang terbawa benih akan tumbuh dan berkembang
seiring dengan pertumbuhan pada tanaman tersebut. Patogen bertahan pada benih di
dalam bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian benih terdiri dari 3 yaitu: kulit,
kotiledon dan embrio. Patogen tular benih hidup pada salah satu bagian dari bagian
benih tersebut (Andri, 2010).
Pengujian terhadap mutu patologis atau kesehatan benih juga memiliki arti
yang sangat penting. Mutu patologis benih yang rendah ditandai dengan adanya
patogen yang terbawa oleh benih. Patogen terbawa benih dapat merugikan pada
hampir semua tahap pertumbuhan. Dampak yang dapat diakibatkan oleh patogen
terbawa benih antara lain adalah benih mengalami penurunan vigor dan viabilitas,
peningkatan kematian bibit atau tanaman muda, penurunan hasil, peningkatan
perkembangan penyakit di lapangan, munculnya peluang terjadinya ledakan penyakit
di daerah baru serta toksik yang dihasilkan patogen terbawa benih akan menyebabkan
perubahan komponen biokimia dari benih tersebut (Ikrarwati, 2014).
Bakteri patogen dapat berada dalam benih melalui cara infeksi atau
kontaminasi. Infeksi benih dapat melalui embrio, selaput biji, endosperma dan
perisperma. Sedangkan kontaminasi dapat melalui permukaan perkarpium atau
selaput biji. Kontaminasi disebabkan oleh banyaknya kotoran atau tanah yang
tercampur ke dalam benih selama pemanenan, penjemuran dan penyimpanan (Inggit,
2013).
Banyak patogen yang terbawa oleh benih bersifat fatogenetik. Untuk
mendapatkan benih yang bebas kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian
kesehatan benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang
disebabkan oleh keberadaan patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan
dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil.
Benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana
hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Pengujian kesehatan benih akan
mendeteksi dan dapat mengurangi kontaminasi patogen pada benih tersebut sehingga
dapat mengurangi resiko penurunan hasil produksi tanaman (Sukamto, 2010).
Pestisida nabati yang sering digunakan oleh petani untuk pengendalian
penyakit tanaman antara lain ekstrak air bawang putih, lengkuas dan sirih. Bawang
putih, lengkuas telah diketahui mengandung senyawa yang bersifat antifungidan
antibakteri. Ekstrak air dari bawang putih telah dilaporkan dapat menghambat
perkembangan berbagai patogen dan penyakit antara lain patogen terbawa benih
pada gandum (Perello et al., 2013).
Banyak tanaman yang memiliki potensi dalam bentuk tepung, ekstrak atau
minyak atsiri sebagai pengendali patogen, diantaranya tanaman kunyit (Curcuma
domestica). Beberapa penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus dan bakteri
baik gram positif maupun gram negatif seperti Escherchia coli, Klebsiela
pneumoniae dan Staphylococcus aereus. Beberapa kandungan kimia dari rimpang
kunyit yang telah diketahui, yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari
golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-
turmerone), zat warna kuning yang disebut curcuminoid sebanyak 5% (meliputi
curcumin 50-60%, monodesmetoksicurcumin dan bidesmetoksicurcumin), protein,
fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Fitri et al., 2015).
Salah satu tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
obat pada penyakit cacingan adalah ketepeng cina. Selama ini ketepeng cina banyak
dimanfaatkan secara tradisional, antara lain adalah sebagai antiparasit, laksan, kurap,
kudis, panu, eksem, malaria, sembelit, radang kulit bertukak, sifilis, herpes, influenza
dan bronkitis. Daun Ketepeng Cina memiliki kandungan penting seperti alkaloid,
saponin, tannin, steroid, antrakuinon, flavonoid dan karbohidrat. Senyawa saponin
mempunyai efek menghambat kerja enzim khemotripsin, asetilkolinesterase dan
preoteinase. Senyawa aktif saponin yang menghambat kerja asetilkolinesterase akan
menyebabkan paralisis spastik otot yang akhirnya dapat menimbulkan kematian
(Faisnur et al., 2015).
Bawang putih, rimpang lengkuas, dandaun sirih diketahui mengandung
zat yang bersifat anti jamur. Ekstrak air bawang putih mengandung senyawa
organo-sulfur sepertia llicin, allixin dan sulfida yang bersifat sebagai antifungi.
Ekstrak daun sirih juga mengandung senyawaantifungi yaitu hydroxychavicol yang
dapatmematikan atau menghambat perkecambahan konidia jamur patogen
(Singburaudom et al., 2015).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit Agronomi


Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada hari Selasa, 22 April 2018 pada pukul
08:00 WITA - selesai.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pinset, petridish, germinator,
lampu bunsen, spiritus, laminar air flow cabinet dan kamera.
Bahan yang digunakan yaitu benih padi (Orysa sativa L.), kertas CD, dithane,
ekstrak garlik, ekstrak ketepeng cina, air perasan kunyit, KOH 3%, NaOCl, spiritus
dan alkohol.

3.3. Prosedur kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengupas kulit bawang putih dan kunyit,
3. Menumbuk daun ketepeng cina dan bawang putih kemudian dicampurkan air
hingga air perasannya mencapai 200 ml.
4. Memblendar kunyit, kemudian dicampurkan air hingga air perasannya mencapai
200 ml.
5. Menyiapkan gelas ukur sebanyak 5 buah kemudian masukkan 70 butir benih
kedalam masing-masing gelas tersebut.
6. Mensterilkan permukaan benih dengan menggunakan NaOCl atau alkohol
kemudian aduk setelah itu tiriskan.
7. Mensterilkan benih menggunakan alkohol 5% aduk dan kemudian tiriskan.
8. Membilas menggunakan aquadest steril sebanyak 3 kali.
9. Merendam benih sesuai dengan perlakuan yang digunakan (Aquadest, ekstrak
garlik, dithane, ekstrak kunyit dan ekstrak ketepeng cina) kedalam masing-masing
botol yang berisi benih selama 5 menit kemudian tiriskan.
10. Menyusun benih tersebut didalam petridish, sebanyak 20 benih dalam satu
petridish, sehingga dalam 1 perlakuan terdapat 3 ulangan dan diperoleh petridish
yamg berisi benih sebanyak 15 petridish. (Semprotkan alkohol 5 % ke semua alat
maupun bahan yang akan di masukkan kedalam laminar air flow cabinet
kemudian panaskan didekat lampu bunsen, gunanya agar semua alat dan bahan
yang kita masukkan dalam laminar dalam keadaan steril sehingga tidak terjadi
kontaminasi).
11. Memasukkan kedalam germinator, pengamatan dilakukan pada hari ke-5, dengan
variable pengamatan yaitu kontaminasi benih dan keefektivan perlakuan terhadap
kontrol.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
Jenis Benih Perlakuan Ulangan ∑ Kontaminasi ∑ Tidak Kontaminasi
1
Kontrol (A0) 2
3
1
Dithane (A1) 2
3
1
Padi Ekstrak
2
(Oryza Garlik (A2)
3
sativa L.) Air Perasan 1
Ketepeng 2
Cina (A3) 3
1
Air Perasan
2
Kunyit (A4)
3

4.2. Pembahasan

Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya


tanaman yang peranannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain, karena benih
sebagai bahan tanaman dan pembawa potensi genetik, mutu suatu benih dapat dilihat
dari beberapa aspek seperti kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup serta
bebas hama dan penyakit.
Mutu suatu benih mencakup mutu genetik, fisiologis, fisik dan patologis
benih. suatu patologis benih berhubungan dengan infeksi akibat patogen terbawa
benih. Salah satu faktor benih dikatakan sehat adalah benih tersebut bebas dari
patogen terbawa benih maupun tular benih. Patogen adalah satu kesatuan hidup yang
dapat menyebabkan penyakit seperti cendawan, bakteri, virus dan nematoda. Sebagai
struktur perbanyakan tanaman, benih mempunyai hubungan sangat erat dengan
perkembangan dan penyebaran patogen.
Benih dikatakan sehat kalau benih tersebut bebas dari mikroorganisme atau
patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Mikroorganisme
yang berada dibenih dapat menimbulkan kerugian seperti penurunan daya kecambah
benih, mematikan bibit atau tanaman muda, perkembangan penyakit, pembawa
patogen atau penyakit baru dan kontaminasi toksin yang menurunkan nutrisi benih
Dalam pengendalian patogen terbawa benih beberapa metodepun telah
dilakukan, salah satunya dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari
ekstrak garlik, air perasan ketepeng cina dan air perasan kunyit yang dipercaya
mampu meminimalisir berbagai jenis patogen yang menyerang pada benih.
Penggunaan pestisida sekarang ini merupakan hal umum yang kita temui karena saat
ini penggunaan pestisida merupakan salah satu bahan utama dalam bercocok tanam
karena dengan penggunaan pestisida dapat meningkatkan hasil panen termasuk
meningkatan kualitas dan bobot tanaman.
Berdasarkan hasil praktikum ini didapatkan hasil bahwa pada benih jagung
dengan pemberian perlakuan ekstrak garlic lebih berpotensi untuk mengendalikan
penyakit-penyakit yang terbawa oleh benih dibandingkan dengan pemberian
perlakuan air perasan ketepeng cina, kunyit, perlakuan kontrol dan pemberian larutan
dithane. Hal ini disebabkan karena pada bawang putih terdapat zat allicin yang
terdapat pada umbi bawang putih yang memilki aktifitas mikroba yang bervariasi.
Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai daya anti bakteri dengan spectrum yang
luas pada bakteri E.coli, daya aktivitas anti fungi pada candida abligans dan daya
aktivitas anti parasit yaitu parasit protozoa yang terdapat pada usus manusia seperti

entamoeba histolytica dan giardia lamblia dan daya anti virus. Hal inilah yang
menyebabkan ekstrak bawang putih dipercaya dapat dijadikan pestisida nabati yang
relative lebih aman dan ramah lingkungan selain itu, ekstrak garlic ini lebih mudah
didapatkan dan cara penggunaan dan pembuatannyapun relatif lebih mudah.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada benih jagung dengan
pemberian perlakuan ekstrak garlic lebih berpotensi untuk mengendalikan penyakit-
penyakit yang terbawa oleh benih dibandingkan dengan pemberian perlakuan air
perasan ketepeng cina, kunyi. Hal ini disebabkan ekstrak garlic memiliki senyawa-
senyawa yang berpotensi dapat meminimalisir terjadinya kerusakan akibat pathogen
yang terbawa oleh benih.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan praktikan harus menjaga ketenangan
dalam laboratorium, sekaligus dalam pengambilan data yang di ambil dalam
pengukuran haruslah sempurna. Dan bimbingan dari asisten juga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Andri. 2010. Inventarisasi beberapa mikroorganisme terbawa benih padi yang


berasal dari talang Padang. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 3
(2) : 47- 50.

Faisnur. I., Joko. W dan Iis N. Asyiah. 2015. Pengaruh variasi konsentrasi ekstrak
daun ketepeng cina (cassis alata l.) terhadap mortalitas cacing ascaris suum
dewasa secara in vitro. Jurnal Pancaran. 4 (2) : 71-82.
Fitri. W., Ammi S dan Yanti H. 2015. Pengaruh ekstrak rimpang kunyit (curcuma
domestica val) terhadap pertumbuhan jamur fusarium oxysporum schlect
secara in vitro. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sutariati. G.A.K., dan La Mudi. 2017. Penuntu praktikum teknologi produksi benih.
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari.
Ikrarwati dan Amiyarsi M. Y. 2014. Evaluasi mutu fisiologis dan patologis benih
padi varietas ciherang dan hipa 8. Jurnal Buletin Pertanian Perkotaan. 4 (1) :
28.
Inggit. W. 2013. Isolasi dan karakterisasi bakteri patogen pada benih padi dan
kedelai. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi. 14 (2) : 135-141.
Pudji. 2013. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University. Press.
Yogyakarta.
Perelló A.,Gruhlke, M. and A.J. Slusarenko. 2013.Effect of garlic extract on
seedgermination, seedling health, andvigour of pathogen- infested
wheat.Journal of Plant Protection Research. 53 (4): 317-323.

Singburaudom. N. 2015. Hydroxychavicol from Piper betel Leave is An Anti


fungal Activity Against Plant Pathogenic Fungi. J. Biopest. 8(2):82-92.

Sukamto. 2010. Identifikasi beberapa isolat jamur dan sifat antagonisnya terhadap
phytophthora palmivora pada kakao. Jurnal Pelita perkebunan. 13 (3): 148-
160.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai