Anda di halaman 1dari 13

BUDAYA KESEHATAN

PENGERTIAN BUDAYA
 Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai"kultur"dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat
erat hubungannya dengan masyarakat.
 Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
 Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
 Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
 Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
yang sama persis.
b. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada generasi
berikutnya sehingga mengalami perubahan.
c. Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai
berikut.
a. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. alat-alat teknologi
2. sistem ekonomi
3. keluarga
4. kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


1. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2. organisasi ekonomi
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
3. organisasi kekuatan (politik)

WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA

a.Wujud Budaya
MenurutD. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-
buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian. Didasarkan pada rasa susila yaitu anusia malu jika telanjang.
Dari konsep diatas, didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan tantangan
alam, untukmempercantik diri serta memenuhi norma agama dan etika.

2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan
pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya

3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan sebagainya
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari
wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan
(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b. Komponen Budaya
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,
perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-
barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Unsur-unsur budaya
1. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
1. Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik
memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam
cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau
dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat
pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut
juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat
menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi

2. Sistem mata pencaharian hidup.


3. Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian
tradisional saja, di antaranya: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan

4. Sistem kekerabatan dan organisasi social


5. Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes
mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapatdipergunakan untuk menggambarkan
struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari
beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri
atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian
sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga
besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga
mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga
unilateral.Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri.

6. Bahasa.
7. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah
membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi
menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi
bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-
8. hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.

9. Kesenian
10. Karya seni dari peradaban Mesir kuno.Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk
yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

11. Sistem kepercayaan


12. Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai
dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya
penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian
jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak
dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

BUDAYA KESEHATAN INDONESIA


 Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan
tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah
hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-
hari. Budaya memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari
banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai
tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M
pada pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau
sudah ada yang terkena demam berdarah.
 Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan pranata yang ada di masyarakat,
seperti posyandu atau sekolah. Posyandu yang ada di komunitas seharusnya diberdayakan untuk
menanamkan perilaku hidup bersih,sehat, dan berbudaya pada anak.
 Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adatistiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup
diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan,
kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari
sudut pandangan modern, tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah
merugikan. Kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh baik
kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia,
tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusui bayinya, dan gagal. Bila
mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian), bayi dapat mengalami
malnutrisi dan mudah terserang infeksi.
 Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal.
Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini
dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit itu sendiri. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit
diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit
infeksi seperti cacar atau TBC. Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan
mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka anggap penyakit itu disebabkan oleh
hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern
dipilih bila mereka duga penyebabnya faktor alamiah. Ini dapat merupakan sumber
 konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran
secara medis. Di dalam masyarakt industri modern, iatrogenic disease merupakan problema. Budaya
modern menuntut merawat penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat ideal bagi
penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadap antibiotika.

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan
tentang perbedaan budaya (Leinenger, 1987). Keperawatan transkultural merupakan ilmu dan kiat yang humanis,
yamh difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya ( Leininger, 1984).
Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada pasien sesuai dengan latar belakang budayanya.

1. Tujuan Keperawatan Transkultural


 Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural adalah pengembangan sains dan keilmuan yang humanis
sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur—culture) yang spesifik dan universal
(Leininger,1978). Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang
tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti pada suku Osing, Tengger,ataupun Dayak. Sedangkan,
kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh
hamper semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
 Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika
klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan,
maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain.
 Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan klien.
Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya
sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat, pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai
kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan dan bersifat konstan.
Doheny (1982) mengudentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:
1. Care giver
a. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan
secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan
diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
b. Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat memperhatikan individu sebagai makhluk
yang holistic dan unik.Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi
intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis
sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

2. Client advocate
a. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam
upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator
dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
b. Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :
c. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan
d. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang
hendak dilakukan, alternative lain beserta resikonya, dll

3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
kearah perilaku hidup sehat.
4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung
jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.

4. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencan maupun pelaksanaan
asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

5. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran
sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
4. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana
kesehatan

6. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan
keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien

7. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan
yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi
spesifik lain.
Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan
perannya harus dapat memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:
Pertama:
1. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
2. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan
3. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
4. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat
5. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup.
6. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi
7. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:
1. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
2. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti
berbeda.
3. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
4. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Ketiga:
6. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien yang diasuh oleh perawat sendiri
7. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya
masing-masing
8. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan apresiasi keamanan budaya
9. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam konteks budaya, diluar penilaian
etnosentris
1.Perubahan Budaya dan Pola Pengembangan kesehatan
A. Pengertian Perubahan Budaya
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai
keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Perubahan budaya juga bisa timbul karena adanya modernisasi. Modernisasi muncul
sebagai produk dari interaksi dan proses sosial di dalam masyarakat. Sebaliknya modernisasi
itu secara bertahap akan berangsur-angsur mengubah pola pikir dan pola perilaku
masyarakat guna terus menerus meningkatkan mutu kehidupan. Pengaruh modernisasi
terhadap masyarakat berlangsung melalui saluran-saluran sosial dan akhirnya memasuki
semua segi-segi kehidupan yang ada. Perubahan budaya dapat berpengaruh positif namun
ada yang menimbulkan pengaruh negatif.
Perubahan budaya mencangkup semua bagian,yaitu:
a. Kesenian
b. Ilmu pengetahuan
c. Tekhnologi
d. Filsafat
e. Bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi sosial
Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan budaya
1. Mendorong Perubahan Kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah terutama unsur-
unsur tekhnologi dan ekonomi (kebudayaan material). Adanya individu-individu yang
mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan terutama generasi muda.
2. Menghambat Perubahan Kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti adat istiadat
dan keyakinan agama (non material). Adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-
unsur perubahan terutama generasi yang kolot.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1) Faktor intern
· Perubahan demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus berubah, akan
mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sector kehidupan contoh: bidang
perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persediaan kebutuhan
sandang,pangan,dan papan
· Konflik Sosial
Konflik sosial dapat mempemgaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu
masyarakat. Contoh: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat
di daerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk
setempat dalam program pembangunan bersama sama para transmigrasi.
· Bencana Alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan. Contoh: bencana
banjir,longsor,letusan gunung berapi,masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat
yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya
setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
· Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang
membentuk delta,rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membebtuk
tegalan. Perubahan demikian dapat merubah kebudayaan, hal ini disebabkan karna
kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
2) Faktor Ekstern
· Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur dengan India, Timur Tengah bahkan
Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar
selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat
sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
· Penyebaran agama
Maraknya unsur-unsur budaya hindhu dan budha dari India atau budaya Arab bersamaan
proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia, demikian pula masuknya unsur-
unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
· Peperangan
Kedatangan bangsa barat ke Indonesia umunya menimbulkan perlawanan keras dalam
bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur-unsur budaya bangsa
asing ke Indonesia.
Pengaruh positif dan pengaruh negatif dari perubahan budaya:
1. Pengaruh positif dari perubahan budaya
a. Peningkatan penghasilan
b. Peningkatan kelancaran perhubungan dan transportasi
c. Peningkatan dalam bidang pendidikan,kesehatan dll.
2. Pengaruh negatif dari perubahan budaya
a. Pencemaran Lingkungan Alam
Sebagai contoh dalam dunia industri , semua orang membuat berbagai barang dengan tenaga
manusia kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Hal ini mengakibatkan rusaknya
ekosistem dilaut, disungai, dan didarat serta di udara akibat limbah mesin-mesin industri.
b. Menurunkan solidaritas sosial
Dalam dunia pertanian di pedesaan, semua petani mengerjakan tanah, memelihara tanaman,
dan menuai hasil dilakukan dengan gotong royong. Kemudian dibuat peralatan baru yang
ternyata merusak dan menghentikan budaya gotong royong dari warga masyarakat pedesaan.
c. Pergeseran nilai dan kemerosotan moral
Proses pergantian budaya lama dalam dunia industry dan peralatan manusia telah membuat
segi kehidupan material maju dengan pesat sementara perkembangan dari kehidupan
spiritual tetap dan bahkan cenderung terhimit waktu dan perhatiannya, Akibat dari
tersisihnya segi kehidupan spiritual inilah timbul kemerosotan moral manusia.
d. Meluasnya pandangan materialstis dan individualism
Dengan mekanisme industry dan kerja serta peralatan rumah tangga telah membuat orang
menjadi sangat berorientasi pada perolehan materi dengan keuntungan diri dan
kelompoknya. Hal ini terjadi secara besar besaran dewasa ini yang merupakan akibat dari
perubahan dunia peralatan dan tata kerja manusia.
B. Pola Pengembangan Kesehatan ( Pengembangan Sistem Kesehatan Masyarakat)
Kesehatan masyarakat sangat penting bagi ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) berkualitas yang menentukan daya saing bangsa. Pembangunan kesehatan
merupakan pembangunan investasi SDM berkelanjutan. Namun, diakui atau tidak, dewasa
ini persoalan kesehatan masyarakat semakin kompleks, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Beberapa akar permasalahan kesehatan,seperti:
a. Kemiskinan dan Lingkungan
Menyebabkan masyarakat tidak berdaya untuk mengakses pelayanan publik karena
terbebani oleh stigma-stigma tertentu.
b. Faktor psikososial keluarga dan individu
Seperti stress, ketergantungan NAPZA ( Narkotika,psikotropika,dan Zat adiktif )
c. Faktor yang berkaitan dengan anak jalanan,pekerja seks komersial,petugas kebersihan
kota,remaja kota dan usia lanjut atau manula
d. Keterbatasan jumlah tenaga medis di wilayah-wilayah pedalaman
Minimnya ketersediaan infrastruktur prasarana pelayanan kesehatan.
e. Minimnya pelatihan tentang upaya perbaikan gizi masyarakat dengan pembudidayaan dan
pemanfaatan berbagai sumber makanan nabati, seperti ubi ubian,kacang-kacangan dll yang
dimiliki bangsa Indonesia.
f. Minimnya penanganan gizi buruk,busung lapar,serta diare bayi dan balita.
g. Perilaku masyarakat yang acuh tak acuh terhadap kesehatannya sendiri atau keluarga.
Dengan demikian, diperlukan pengembangan pola pendekatan kesehatan masyarakat yang
melibatkan berbagai pihak. Pola pendekatan bukan secara medis saja, tetapi bagaimana
melakukan pendekatan kombinasi secara medis, cultural, sosiologis, berdasarkan nilai-nilai
dan keberagaman budaya bangsa Indonesia.
Disatu pihak, penyakit-penyakit degeneratif, usia lanjut, masalah-masalah kesehatan
ibu dan bayi, balita, gizi buruk, busung lapar, danpenyakit infeksi semakin menonjol.
Fenomena-fenomena tersebut mnyebabkan biaya kesehatan menjadi semakin besar karena
upaya kesehatan harus dilakukan dengan lingkup dan cangkupan yang makin luas. Hal
tersebut diperkuat oleh proses industrialisasi yang berkembang begitu cepat akhir akhir ini,
yang mempunyai dampak luas bagi bidang ekonomi, sosial budaya, maupun lingkungan
fisik dan biologic. Oleh karena itu diperlukan system pendekatan yang bertumpu pada
kerjasamalintas sektoral dan pendayaguanaan masyarakat luas untuk menciptakan habitus
baru bagi warga bangsa bagaimana hidup sehat.
Beberapa pendekatan pengembangan system kesehatan masyarakat antara lain:
1. Pendekatan WHO dan Depkes
Badan kesehatan dunia (World Health Organization-WHO) mendevinisikan sehats sebagai “
keadaan sejahtera/sehat dari fisik, mental,/rohani, dan sosial, bukan hanya terbebas dari
penyakit, cacat, serta kelemahan untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”
Untuk sehat secara fisik maka ekonomi seseorang harus baik. Hal ini masih menjadi beban
masyarakat miskin karena tidak tersedianya pangan yang cukup, daya beli masyarakat yang
rendah, gagal panen, dan kesulitan distribusi. Akan tetapi,ekonomi hanyalah sebagai tujuan
antara,karena masih harus sehat sosial,mental,dan religious/rohani.sedangkan kesehatan
manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor genetik,lingkungan,perilaku dan faktor
pelayanan kesehatan.
Deklarasi WHO (1978) di Alma Ata tentang Health for all merekomendasikan beberapa
oarameter uaya kesehatan primer, antara lain:
1. Pendidikan mengenai masalah-masalah kesehatan dan metode pencegahan serta
pengendalian penyakit.
2. Peningkatan keadaan gizi.
3. Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
4. Upaya kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana.
5. Imunisasi terhada penyakit-penyakit menular
6. Pencegahan dan pengendalian enyakit endemikyang menyebar di tingkat local secara cepat.
7. Pengobatan/penatalaksanaan yang tepat terhadap penyakit umum
8. Menyediakan obat-obat esensial
Rumusan paradigma sehat yg diluncurkan Departemen Kesehatan :
1. Lingkungan yang bebas dari polusi
2. Tersediannya air bersih
3. Sanitasi lingkungan yang memadai
4. Perumahan dan pemukiman yang sehat
5. Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
6. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-
nilai budaya bangsa
Pendekatan system kesehatan masyarakat yang melibatkan berbagai pihak berpandangan
bahwa kesehatan bukan hanya berpusat pada kekuasaan dan tanggung jawab pemerintah-
Depkes, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk masyarakat itu sendiri.
Pemerintah bertindak sebagai regulator dan pengendali mekanismepersaingan sehingga
masyarakat Indonesia nantinya adalah masyarakat yang berperilaku proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terpaparnya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Selanjutnya, masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang berlangsung di berbagai daerah pada akhirnya adalah berhasil dan berdaya
guna serta merata bagi semua orang sehingga memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan di atas akan tumbuh dan berkemnbang sampai akar rumput masyarakat jika
proses sosialisasinya dilandasi pendekatan proses pembelajaran yang sistematis, praktis,
terukur, dan berkelanjutan.
3. Pendekatan terhada masalah
Dalam praktiknya di lapangan, berbagai persoalan kesehatan masyarakat yang dijumpai
tidak selalu sama antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Pendekatan system
kesehatan masyarakat yg lebih mengikutsertakan berbagai pihak sebagai tim kesehatan
membutuhkankan kepaduan, keselarasan, dan kesamaan visi mengenao sasaran-sasaran yang
ingin dicapai. Lebih dari itu adalah bagaimana membangun suatu tim kesehatan yang dapat
menjadi motivator bagi masyarakat.
4. Pendekatan asuransi
Sebagiab besar masyarakat Indonesia kini masih dihadapkan pada kesulitan untuk
mengakses pelayanan kesehatan dan obat yang murah, Kebijakan emerintah menaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) setiap tahun telah berdamak pada kenaikan harga obat opbatan
di pasaran. Bagi mereka yang memiliki asuransi mungkin tidak menjadi soal, namun bagi
masyarakat yang belum mengenal asuransi, merupakan pukulan dan tekanan psikologis serta
beban sosial-ekonomi.
Pembangunan kesehatan kini bukan sekedar tanggung jawab pemerintah/Depkes semata,
tetapi merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat. Pemerintah tetap menjalankan
fungsinya sebagai regulator dan pengendali pasar.
Permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat yang kian kompleks, membutuhkan
peran aktif berbagai kelompok masyarakat untuk m,encari alternatif pentelesaian masalah
yang dihadai masyarakat, baik alternatif penyelesaian medis maupun non medis. Melalui
pola pendekatan berbagai kluster, diharapkan mampu menumbuh kembangkan semangat dan
perilaku sehat masyarakat yang bermutu dan berkelanjutan.
C. Kesinambungan antara Perubahan Budaya dan Pola Pengembangan Kesehatan
Perubahan budaya yang mengarah pada perubahan kondisi mendasar fisik sangat
berpengaruh pada kesehatan. Contohnya;
1. Suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet yang bisa disebabkan karena penggunaan AC
dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung misalnya sejenis
kanker kulit.
2 Faktor kesibukan yang semakin meningkat masyarakat di era globalisasi ini lebih senang
mengkonsumsi makanan instan atau siap saji karena dirasa lebih praktis, padahal zat-zat
yang terkandung dalam makanan instan dapat membahayakan kesehatan.
3 Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuandan teknologi,sangat bermanfaat dalam
pola pengembangan kesehatan, mengingat semakin kompleknya masalah kesehatan saat ini,
karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menciptakan tenaga
kesehatan yang professional, terampil, inovatif, dan beretika.

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai