Abstrak
Ikan teri (Stolephorus sp.) dan susu kedelai merupakan makanan dan minuman yang mudah didapatkan. Kedua
bahan tersebut menjadi sumber kalsium untuk mencegah pengurangan massa tulang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian ikan teri (Stolephorus sp.) dan susu kedelai terhadap densitas
tulang mandibula. Hewan coba yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus wistar jantan yang terbagi menjadi 3
kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II diberi ikan teri, dan kelompok III diberi susu
kedelai sebanyak 2 kali sehari. Setelah hari ke-40 hewan coba didekaputasi dan dilakukan pembedahan untuk
mendapatkan tulang mandibula. Tulang mandibula di foto rontgen menggunakan foto toraks dan dilakukan
pengukuran densitas tulang. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik. Hasil uji statistik One Way ANOVA
menunjukkan menunjukkan nilai probabilitas densitas tulang mandibula tikus wistar jantan sebesar 0,000
(p<0,05) yang bermakna bahwa ada perbedaan signifikan terhadap densitas tulang mandibula tikus wistar jantan
pada perlakuan kontrol, ikan teri dan susu kedelai lokal. Hasil dari uji Tukey HSD menunjukkan nilai probabili-
tas antar kelompok perlakuan 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan rerata nilai densitas tulang
mandibula tikus wistar jantan. Akan tetapi, antara kelompok perlakuan ikan teri dan susu kedelai lokal menun-
jukkan nilai probabilitas sebesar 0,599 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan dari rerata nilai den-
sitas tulang mandibula tikus wistar jantan pada kedua kelompok perlakuan tersebut.
Keywords: Ikan Teri (Stolephorus sp.), Kedelai Susu, mandibular density, calcium diet
Abstract
Teri fish (Stolephorus sp.) and soybean milk is easy to obtain and has significant calcium content, which is good
for inhibiting decreasing bone mass. The aim of this study was to investigate a comparison of Teri fish
(Stolephorus sp.) and soybean milk dietary for mandibular density of male wistar rats. 24 male wistar rats of this
study divided into 3 groups: The first group (I) was the control group or standart diet group, the second group
(II) was a standart diet and Teri fish, third group (III) was a standart diet and soybeans milk. The dietary feed
was given twice a day. After 40 days the rats could be sacrified and the mandibular was removal for density
testing. The statistic result with one way ANOVA show that there was a significant effect between the groups
(p<0,05). The statistic to be continued with Tukey HSD test and the result show that there are no significant
differences between both treatment group. It could be concluded that Teri fish (Stolephorus sp.) and soybean
milk dietary could be effect for mandibular density of male wistar rats but there are no significant differences
beetwen Teri fish (Stolephorus sp.) and soybean milk dietary.
Keywords: Teri fish (Stolephorus sp.), soybean milk, mandibular density, calcium diet
20
Fadhilah R.N.| Perbandingan Pemberian Ikan Teri (Stolephorus Sp.) Dan Susu Kedelai Terhadap Densitas...
Tabel 1. Hasil perhitungan rerata nilai absorbsi sinar-X tulang mandibula tikus wistar
jantan pada kelompok kontrol, kelompok ikan teri dan kelompok susu kedelai lokal
selama 40 hari
Tabel 2. Hasil uji One Way ANOVA terhadap rerata nilai densitas tulang mandibula
tikus wistar jantan pada kelompok kontrol, kelompok ikan teri dan kelompok susu
kedelai lokal selama 40 hari
df F Sig.
Antar Perlakuan 2 67.029 0.000*
Dalam Perlakuan 27
Jumlah 29
Keterangan: * : berbeda signifikan (P<0,05)
Hasil uji One Way ANOVA pada densitas (p<0,05) mempunyai arti adanya perbedaan
tulang mandibula tikus wistar jantan menun- signifikan terhadap densitas tulang mandibu-
jukkan nilai probabilitas sebesar 0,000. Ang- la tikus wistar jantan pada perlakuan kontrol,
ka probabilitas yang lebih kecil daripada 0,05 ikan teri dan susu kedelai lokal.
23
IDJ, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013
Tabel 3. Signifikansi uji beda Tukey HSD terhadap rerata nilai densitas tulang mandib-
ula tikus wistar jantan pada kelompok kontrol, kelompok ikan teri dan kelompok susu
kedelai lokal selama 40 hari
Perlakuan K P1 P2
K - 0.000* 0.000*
P1 0.000* - 0.599
P2 0.000* 0.599 -
Keterangan: * : berbeda signifikan (p<0,05)
K : Kelompok kontrol
P1 : Kelompok ikan teri
P2 : Kelompok susu kedelai lokal
Hasil dari uji Tukey HSD menunjukkan memiliki nilai rata-rata densitas tulang man-
nilai probabilitas antar kelompok perlakuan dibula terendah dibandingkan dengan ke-
kurang dari 0,05 (p<0,05) artinya terdapat lompok perlakuan ikan teri dan susu kedelai
perbedaan signifikan rerata nilai densitas tu- lokal. Rata-rata nilai densitas tulang mandib-
lang mandibula tikus wistar jantan. Akan ula tertinggi diperoleh dari (P1) yaitu ke-
tetapi, antara kelompok perlakuan ikan teri lompok perlakuan dengan ikan teri. Ke-
dan susu kedelai lokal menunjukkan nilai lompok (P2) yaitu kelompok dengan perla-
probabilitas sebesar 0,599 (p>0,05) artinya kuan susu kedelai lokal memiliki rata-rata
tidak terdapat perbedaan signifikan dari rera- nilai densitas tulang mandibula diantara nilai
ta nilai densitas tulang mandibula tikus terendah dan tertinggi.
wistar jantan pada kedua kelompok perla- Tulang mandibula pada kelompok
kuan tersebut. kontrol dimungkinkan tidak terjadi pening-
katan pertumbuhan tulang sebab proses re-
Diskusi modelling hanya terjadi secara fisiologis saja,
hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol
Densitas tulang yang disebut juga tidak diberikan nutrisi tambahan. Oleh kare-
kepadatan tulang merupakan jumlah mineral na itu, nilai rata-rata densitas tulang madibula
pembentuk tulang pada suatu area tulang. tikus wistar jantan pada kelompok kontrol
Besar kepadatan tulang sangat bergantung paling rendah dibandingkan dengan ke-
dari jumlah asupan mineral salah satunya lompok perlakuan ikan teri dan susu kedelai
kalsium. Apabila densitas tulang menurun, lokal.
maka tulang menjadi mudah lemah dan tidak Analisis secara statistik tidak menunjuk-
mampu menahan tekanan sehingga mudah kan perbedaan yang bermakna antara ke-
mengalami patah tulang (Mursito, 2001). lompok ikan teri dan kelompok susu kedelai
Hasil penelitian yang telah dilakukan lokal. Peristiwa ini diduga karena adanya
terhadap densitas tulang mandibula tikus faktor variasi dari setiap tikus. Variasi yang
wistar jantan, menunjukkan nilai rata-rata terjadi antara lain perbedaan resapan bahan
densitas tulang untuk kelompok kontrol (K) maupun kecepatan metabolisme yang dapat
24
Fadhilah R.N.| Perbandingan Pemberian Ikan Teri (Stolephorus Sp.) Dan Susu Kedelai Terhadap Densitas...
mempengaruhi hasil percobaan (Gad, 2007). meningkatkan konsentrasi lokal fosfat anor-
Nilai rata-rata densitas tulang mandibula ganik dengan pemecahan ion pirofosfat men-
tikus wistar jantan untuk kelompok perlakuan jadi ion ortofosfat sehingga konsentrasi fosfat
ikan teri secara nyata memiliki nilai yang anorganik akan mengalami peningkatan. En-
lebih tinggi daripada kelompok kontrol dan zim ini dapat menyebabkan kondisi ling-
kelompok susu kedelai lokal. Hal ini terjadi kungan pada jaringan osteoid menjadi basa,
karena kandungan nutrisi dari ikan teri yang sehingga kalsium dan fosfat akan lebih mu-
diperlukan untuk metabolisme tulang lebih dah mengalami pengendapan pada matriks
banyak dibandingkan susu kedelai lokal, sep- tulang (Fawcett, 2002). Pengendapan ion
erti protein dan bermacam mineral pemben- kalsium dan fosfat pada matriks tulang yang
tuk tulang. Faktor lain yang diduga menjadi dibentuk oleh osteoblas akan diubah menjadi
penyebabnya yaitu kandungan yang terdapat senyawa amorf kalsium fosfat, yang selan-
pada ikan teri dapat membantu metabolisme jutnya bahan inilah yang akan diubah men-
tulang mandibula tikus wistar jantan, sehing- jadi kristal hidroksiapatit. Meningkatnya
ga densitas tulang mandibula tikus wistar pembentukan kristal hidroksiapatit ini akan
jantan menjadi lebih tinggi bila dibandingkan menyebabkan terjadinya peningkatan den-
dengan kelompok kontrol (Gad, 2007). sitas tulang (Burr, 2002).
Nutrisi utama yang memiliki peranan Peningkatan densitas tulang lebih ban-
penting dalam pembentukan densitas tulang yak terjadi pada tulang kortikal, karena seba-
adalah kalsium dan fosfor, karena mineral ini gian besar mineral kalsium dan fosfor ter-
merupakan unsur pembentuk utama dari kris- simpan dalam tulang kortikal. Kebutuhan
tal hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) tulang. kalsium dan fosfor dalam penelitian ini
Kristal hidroksiapatit merupakan salah satu didapatkan dari ikan teri dan susu kedelai
unsur bagian yang penting dalam densitas lokal. Kebutuhan kalsium yang dapat ter-
tulang. Kristal ini bekerjasama dengan sel-sel penuhi dengan baik maka dapat mencegah
tulang dan protein yang terdapat dalam tu- penurunan massa tulang, karena kekurangan
lang untuk menjadikan densitas tulang se- kalsium dalam plasma dapat merangsang
makin tinggi. Peningkatan asupan kalsium hormon paratiroid untuk membongkar sim-
dan mineral lainnya dapat meningkatkan panan kalsium dalam tulang. Oleh karena itu,
ketebalan tulang bila disertai dengan faktor massa tulang yang tetap terjaga dapat mem-
seluler dan nutrisi yang tepat, ditandai buat spesimen kelompok perlakuan ini tidak
dengan adanya peningkatan jumlah osteo- mudah fraktur dan lebih kuat (Burr, 2002).
blas, penurunan jumlah osteoklas dan pem- Keseimbangan asupan fosfor dengan
bentukan serat kolagen (Fratzl et al., 2004). kalsium dapat mempengaruhi proses metabo-
Kalsium yang terdapat dalam ikan teri lisme tulang. Konsentrasi fosfor yang tidak
dan susu kedelai lokal dapat meningkatkan seimbang dengan kalsium dalam plasma
konsentrasi kalsium ekstraseluler, sehingga tubuh dapat menyebabkan terjadinya kondisi
dapat memicu proliferasi dan mobilisasi dari hipokalsemia ataupun hiperkalsemia. Apabila
osteoblas sebagai sel pembentuk tulang. Os- asupan makanan banyak mengandung fosfor,
teoblas mensekresi sebuah enzim alkaline konsentrasi fosfor serum akan meningkat dan
fosfatase yang dapat secara aktif mengen- menurunkan kalsium serum disebut dengan
dapkan matriks tulang. Enzim ini juga dapat hipokalsemia. Menurunnya kalsium plasma
25
IDJ, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013
akan menurunkan proses metabolisme tulang. melepaskan alkali fosfatase dan penghambat-
Konsentrasi kalsium dan fosfor dalam tubuh an cytokine sehingga proses resorbsi tulang
berada dibawah kendali hormon paratiroid terhambat. Isoflavon dalam susu kedelai
dan kalsitonin (Guyton dan Hall, 2007). mampu merangsang Insulin-Like Growth
Kandungan utama ikan teri dan susu Factor-I (IGF-I), yang memiliki efek untuk
kedelai lokal adalah mineral, tetapi banyak meningkatkan aktivitas osteoblastik pada
kandungan penting lainnya salah satunya proses metabolisme tulang. Peran isoflavon
adalah protein. Kandungan protein yang ter- juga mampu menurunkan aktivitas osteoklas
dapat dalam ikan teri dan susu kedelai lokal melalui penghambatan Linoleic Acid menjadi
juga dapat meningkatkan densitas tulang. Arachidonic Acid, yang selanjutnya
Protein yang terdapat didalamnya banyak menurunkan produksi E series prostaglan-
mengandung asam amino lisin dan arginin. dins. Menurunnya E series prostaglandins
Asam amino lisin memiliki peran dalam mampu menekan aktivitas dari osteoklas
pembentukan serat kolagen, yang di- (Murray et al., 2004).
pengaruhi oleh enzim lisil hidroksilase dan Hal inilah yang diduga menyebabkan
lisil oksidase. Asam amino arginin juga nilai densitas tulang mandibula antara ke-
memiliki peranan sebagai salah satu kompo- lompok ikan teri (P1) dan kelompok susu
nen penyusun hormon insulin dan glukogen. kedelai lokal (P2) tidak berbeda secara nyata.
Semakin tinggi asupan protein, maka sekresi Kandungan isoflavon pada susu kedelai lokal
hormon ini akan mengalami peningkatan. mampu meningkatkan jumlah osteoblas dan
Peningkatan hormon ini menyebabkan kadar menghambat kerja osteoklas, dengan
glukosa dalam darah akan berkurang karena demikian densitas tulang mandibula akan
sebagian diubah menjadi energi yang juga meningkat juga. Kandungan gizi dalam ikan
membantu mempercepat proses metabolisme teri dan susu kedelai lokal mampu mening-
tulang (Murray et al., 2004). katkan densitas tulang, hal ini terbukti dalam
Susu kedelai lokal banyak mengandung penelitian ini pada kelompok ikan teri dan
nutrisi yang penting dalam meningkatkan susu kedelai lokal memiliki nilai rata-rata
densitas tulang, salah satunya adalah isofla- densitas tulang mandibula yang baik
von. Isoflavon sebagai suatu senyawa fitoes- dibandingkan kontrol.
trogen, yaitu struktur kimianya mirip dengan
hormon estrogen juga merupakan unsur pent- Kesimpulan
ing yang terdapat dalam susu kedelai. Hor-
mon estrogen berperan untuk meningkatkan Berdasarkan penelitian yang telah dil-
aliran nutrisi dan kalsium dalam tulang akukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan cara menstimulasi aktivitas osteoblas. pemberian ikan teri (Stolephorus sp.) dan
Hormon estrogen ini sangat berperan dalam susu kedelai dapat meningkatkan densitas
pembentukan tulang, remodelling tulang tulang mandibula. Akan tetapi dilihat dari
yang mempertahankan keseimbangan kerja hasil pengukuran densitas, ikan teri (Stoleph-
formasi tulang (osteoblas) dan penyerapan orus sp.) lebih efektif meningkatkan densitas
tulang (osteoklas) dengan beberapa tulang mandibula tikus wistar jantan bila
mekanisme diantaranya mendorong apopto- dibandingkan susu kedelai walaupun secara
sis, aktivasi protein tirosin fosfatase, statistik tidak bermakna. Penelitian lebih
26
Fadhilah R.N.| Perbandingan Pemberian Ikan Teri (Stolephorus Sp.) Dan Susu Kedelai Terhadap Densitas...
lanjut dengan menggunakan pengukuran 7. Guyton & Hall,. Buku Ajar Fisiologi
lainnya perlu dilakukan untuk mengetahui Kedokteran. Terjemahan oleh Irawati et
tingkat kekuatan dan kepadatan tulang al. Jakarta: EGC. 2007
mandibula. 8. Indrawati, E.J. 2010. Pengaruh Susu
Kedelai Madu Lokal Terhadap Densitas
Daftar Pustaka Tibia Wistar Jantan. Skripsi tidak
diterbitkan. Jember : FKG Universitas
1. Burr, DB. 2002. Bone Material Jember.
Properties and Mineral Matrixs 9. Javier, M.R. 2010. Osteoporosis.
Contributions to Fracture Risk or Age in Yogyakarta. Multisolusindo
Women and Men. J. Muskuloskeletal 10. Keles, Acikgoz, Ayas, Sakallioglu dan
Neuron Interact, 2(3): 201-204 Firatli. 2005. Determination of
2. Eroschenko, VP. Di Fiore Atlas of Systematically and Locally Induced
Hystology with Functional Correlations. Periodontal Defect in Rats. Indian J Med
Disadur Jan Tambanyong. Atlas Res 121, March 2005, pp 176-184
Histologi di Fiore dengan Korelasi 11. Koral AUP/ STP Papua. Ikan Teri Cegah
Fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC. 2003 Osteoporosis.
3. Fawcett, Don. W. Buku ajar Histologi www.suarapembaruan.com (Diakses 20
Edisi 12. Jakarta : EGC. 2002 Februari 2013)
4. Fratzl, P., Gupta, HS., Paschalis E.P., 12. Katzung, B. G. Alih bahasa Andrianto
Roschger, P., Structure and Mechanical Petrus. Farmakologi dasar dan Klinik.
Quality of Collagen-mineral-nano Edisi 3. Jakarta : EGC. 2004.
Composite in Bone. J. Mater. Chem. 13. Muchtadi, Deddy. Kedelai Komponen
14:2115-2123 Untuk Kesehatan. Jakarta: Alfabeta.
5. Gad, S.C. 2007. Animal Models in 2010.
Toxicology Second edition. USA. CRC 14. Mursito, Bambang. Sehat di Usia Lanjut
Press Taylor and Frances Group dengan Ramuan Tradisional. Jakarta:
6. Garna, AE., Kris-Etherton, PM., Hilpert, Penebar Swadaya. 2001.
KF., Zhao, G., West, SG., Corwin, RL. 15. Murray, Scott O., Schrater, Paul.,
2005. An Increase in Dietary n-3 Fatty Kersten, Daniel. 2004. Perceptual
Acids Decreases a Marker of Bone Grouping and The Interactions Between
Resorption in Humans. Nutrition Visual Cortical Areas. [on-line].
Journal. 6(2): 1-8 http://sciencedirect.com [diakses tanggal
31 Maret 2013]