Dewasa ini, perkembangan suatu negara semakin terkait dengan perubahan yang
terjadi pada negara lainnya. Keterkaitan antar negara inilah yang telah menimbulkan
proses globalisasi yang semakin kuat. Globalisasi adalah peningkatan interaksi dan
integrasi dalam perekonomian di dalam dan antar negara yang meliputi aspek-aspek
perdagangan, investasi, perpindahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan
modal asing, keuangan dan perbankan internasional serta arus devisa. Investasi tidak
lagi dibatasi secara geografi dan sebagian besar investasi dilakukan oleh swasta dan
akan mengalir ke belahan dunia manapun yang memiliki peluang menarik. Industri-
industri memiliki orientasi yang lebih global, dan mereka lebih condong kepada
keinginan dan kebutuhan untuk melayani peluang-peluang pasar yang menarik yang
memanfaatkan sumber daya potensial. Informasi teknologi memungkinkan para
perusahaan multi nasional beroperasi di berbagai belahan dunia tanpa harus
membangun sistem bisnis yang lengkap di setiap lokasi dimana mereka berada. Akses
yang baik terhadap informasi mengenai pola hidup di seluruh dunia telah mendorong
individu untuk membeli berbagai produk tanpa harus dipengaruhi oleh campur tangan
pemerintah. Konsumen semakin menginginkan produk berkualitas sehingga tidak
menjadi masalah dari mana produk tersebut berasal. Dengan kata lain, globalisasi
ekonomi akan semakin memperluas jangkauan kegiatan ekonomi sehingga tidak lagi
terbatas pada suatu negara, daerah atau desa.
Indonesia menghadapi beberapa skema perdagangan bebas. AFTA, yang dimulai
pada tahun 2003, menetapkan negara-negara anggota ASEAN dengan CEPT yaitu
pengurangan secara bertahap hambatan tarif untuk baik produk industri maupun
pertanian dan ditiadakannya hambatan non-tarif. Skema WTO yang akan diimulai pada
tahun 2005 dan APEC pada tahun 2020, juga menetapkan bahwa dunia menuju pasar
bebas dengan bebas keluar masuknya barang dan jasa serta uang dan modal antar
negara dengan tarif bea masuk nol melalui penjadwalan secara bertahap.
Konsekuensi proses globalisasi ekonomi tersebut sangat besar terhadap negara
manapun, termasuk Indonesia. Hal tersebut didasarkan atas beberapa aspek yang
mengikuti perkembangan tersebut di atas (Peter F. Drucker, 1986), yaitu bahwa
ekonomi hasil produk primer telah terpisah dari ekonomi industri, kegiatan produksi
hampir terpisah dari upaya perluasan kesempatan kerja, dan lalu lintas modal
merupakan motor dan penggerak utama perekonomian dunia. Ketiga unsur tersebut
memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan negara berkembang seperti
Indonesia. Beberapa konsekuensi yang harus dihadapi antara lain:
1. Negara-negara industri telah mampu meningkatkan tingkat produksinya tanpa
meningkatkan permintaannya terhadap produk primer negara-negara
berkembang, sehingga negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
tidak lagi dapat mengikuti pola suplai dan negara-negara maju melakukan
permintaan terhadap hasil produksi primer tersebut. Dalam hal ini aspek upaya-
upaya pemasaran dikembangkan lebih maju dan kuat dari pada aspek
peningkatan produksi.
2. Perusahaan yang paling efisien dan mampu menawarkan produk bermutu dan
pelayanan prima yang akan memenangkan kompetisi. Hal tersebut dikarenakan
adanya pengurangan biaya per unit produksi yang didukung dengan dukungan
kemampuan sumber daya manusia, riset, teknologi, dan informasi.
3. Bahkan sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya produksi,
output yang meningkat drastis diikuti oleh jumlah pekerjaan yang akan menurun
tajam, mengakibatkan munculnya pesaing-pesaing baru berupa tenaga ahli
terdidik dan akan merupakan ancaman bagi tenaga kerja terdidik di Indonesia.
Oleh karena itu, kegiatan apapun yang dilakukan di suatu daerah tidak dapat lagi
didasarkan atas ukuran lokal, sehingga orientasi kepada daerah lain, negara pesaing,
dan standar internasional harus sudah mulai dilakukan (Brian J. Berry, 1997).
Di lain pihak, globalisasi dan perdagangan bebas membawa beberapa konsekuensi yang
berdampak posisif bagi Indonesia (Mahmud Thoha, 2001) apabila dapat diantisipasi
dengan baik, antara lain:
1. PMA yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat membawa serta inovasi dalam
produk, proses, serta kemampuan organisasional, yang dapat mendorong
efisiensi industri domestik dan kesempatan kerja. Dengan kata lain terjadi
transfer teknologi produksi ke mitra lokal yang pada gilirannya berguna bagi
pengembangan ekonomi lokal.
2. Di sisi dalam negeri, kondisi globalisasi akan menuntut peran pemerintah yang
kreatif, inovatif, responsif dan efisien. Pemerintah yang diharapkan tersebut
pada gilirannya akan merangsang timbulnya inisiatif dan peran individu,
masyarakat, dan LSM, serta sektor swasta yang semakin penting dalam ekonomi
dan bisnis.
3. Peran pemerintah akan semakin berkurang di dalam pasar, sehingga pemerintah
akan dapat lebih fokus kepada kebijakan ekonomi dan sosial jangka panjang
seperti pengembangan aspek pendidikan, penelitian, pengembangan,
pengendalian terhadap monopoli, pemberdayaan usaha kecil dan menengah
(UKM), pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial, serta kebijakan fiskal.
4. Kondisi yang demikian memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk
selayaknya mengembangkan kebijakan-kebijakan yang tepat, khususnya dalam
membangun investasi yang baik, antara lain stabilitas ekonomi makro,
kemudahan dalam birokrasi, institusi keuangan yang kuat, kesiapan peraturan
perundangan serta penegakan hukumnya, pemeliharaan kualitas infrastruktur
yang baik, penyediaan jasa publik yang efektif, ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan ahli di bidangnya, dan lainnya.
Sedangkan dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah terdapat 4 jenis
pendekatan :
• Pendekatan permodalan, pemerintah daerah memperoleh modal dari pusat
yang dapat berupa grant yang juga tidak harus berbentuk uang. Modal ini
diharapkan dapat diinvestasikan dan menghasilkan pendapatan untuk menutupi
pengeluaran rutin. Pemerintah daerah diharapkan mandiri untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri.
• Pendekatan pendapatan, pemerintah daerah diberikan sejumlah sumber
pendapatan yang dipandang potensial didaerah. Daerah diberi otonomi untuk
mengelola sejumlah urusan yang menjadi sumber pembiayaan daerah. Melalui
ini daerah diajak untuk bersaing satu dengan yang lain dan diharapkan akan
memacu percepatan pembangunan yang berkelanjutan.
• Pendekatan pengeluaran, pemerintah daerah diberikan sejumlah pinjaman,
bantuan atau bagi hasil dari pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran
tertentu.
• Pendekatan komprehensif, sumber-sumber pendapatan diberikan dan tanggung
jawab diberikan kepada daerah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan
dan biaya yang ada. Dengan pendekatan ini pemerintah daerah tidak akan diberi
tanggungjawab tanpa disertai dengan pemberian sumber dana yang memadai.
Pemerintah pusat didorong untuk bertanggung jawab menjamin agar daerah
mendapatkan sumber–sumber dana yang cukup dan memperhatikan kapasitas
peningkatan pendapatan pemerintah daerah.
Selain itu, dengan berbagai kewenangan yang dimiliki oleh daerah, maka daerah
diharapkan akan sangat berperan didalam menciptakan iklim yang menunjang
tumbuhkembangnya kegiatan perekonomian daerah. Prakarsa dan kreatifitas
penyelenggara pemerintahan didaerah diharapkan akan segera meningkat. Lebih jauh
lagi penyelenggara pemerintah daerah karakternya akan berubah, dari penyedia
(provider) menjadi fasilitator dan katalisator segenap kegiatan perekonomian
didaerah. Berbagai kegiatan perekonomian yang tidak perlu dilakukan oleh pemerintah
akan diserahkan kepada swasta dan masyarakat. Prakarsa dan peran aktif swasta dan
masyarakat didalam menggantikan peran pemerintah akan sangat didukung.
Pemerintah daerah juga akan menciptakan suasana yang mendukung tumbuhnya
jiwa wirausaha warganya. Iklim kompetisi yang sehat juga harus senantiasa dijaga dan
dikembangkan melalui berbagai kebijaksanaan dan peraturan yang berkaitan dengan
kegiatan perekonomian. Kesempatan yang sama dan setara juga akan dibuka seluas-
luasnya bagi masyarakat yang akan terjun dalam kegiatan perekonomian.
Otonomi daerah juga akan meletakkan dasar bagi terciptanya iklim yang
kondusif didalam pengembangan ekonomi daerah, sehingga jiwa kewiraswastaan yang
alami dan handal, persaingan yang sehat, dan kesempatan yang sama bagi segenap
pelaku perekonomian di daerah diharapkan akan terwujud dimasa yang akan datang.
Pemodal senantiasa ingin mendapatkan kepastian dan ketepatan waktu dari berbagai
proses yang berhubungan dengan Kewenangan.
penyelenggara pemerintahan di daerah. Untuk itu keterbukaan, kepastian, ketepatan
tindak, ketepatan waktu, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah, juga akan
menjadi prasyarat utama akan datangnya pemodal ke daerah.
SUMBER BACAAN :