Anda di halaman 1dari 28

PENGKONDISI SINYAL ANALOG

PENDAHULUAN

Bermacam-macam transduser yang diperlukan untuk mantransformasi bermaca-


macam variabel dinamik dalam sistem kontrol proses ke listrik analog
menghasilkan bermacam-macam karakteristik sinyal resultan. Pengkondisi sinyal
digunakan untuk mengkonversinya ke bentuk yang susuai dengan interface dengan
elemen-elemen yang lain dalam loop kontrol proses. Dalam bab ini difokuskan pada
konversi analog, dimana output dikondisikan pada sinyal analog.

PRINSIP-PRINSIP PENGKONDISI SINYAL ANALOG

Sebuah transduser mengukur suatu variabel dinamik dengan mengkonversinya


kedalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan transduser seperti ini, banyak
dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Efek pengkondisi sinyal sering dinyatakan dengan fungsi alihnya (transfer
function). Dengan istilah ini kita menghubungkan efek yang ditimbulkan dengan
sinyal input. Jadi, sebuah amplifier sederhana mempunyai fungsi alih dari beberapa
konstanta yang, ketika dikalikan dengan tegangan input, memberikan tegangan
output.

Perubahan Level Sinyal


Metode paling sederhana dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level sinyal.
Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau pelemahkan level
tegangan. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi sinyal
frekuensi rendah secara lambat dimana amplifier respon d-c atau frekuensi rendah
bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan sebuah amplifier adalah
impedansi input yang amplifier tawarkan kepada transduser (atau elemen-elemen
lain yang menjadi input).

Linierisasi
Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang gainnya sebuah fungsi level
tegangan untuk melinierkan semua variasi tegangan input ke tegangan output.
Sebuah contoh sering terjadi pada sebuah transduser dimana outputnya adalah
eksponensial berkenaan dengan variabel dinamik. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
sebuah contoh yang dimaksud dimana tegangan transduser diasumsikan
eksponensial terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai

(2-1) VI = V0e-αt+

Dimana
= tegangan output pada intensitas I VI
= tegangan intensitas zero V0
= konstanta eksponensial α
= intensitas cahaya I

Untuk melinierkan sinyal ini digunakan amplifier yang outputnya bervariasi secara
logaritma terhadap input

(2-2) VA = K ln(VIN)

Dimana
= tegangan output amplifier VA
= konstanta kalibrasi K
= tegangan input amplifier = VI [dalam Pers. (2-1)] VIN

Dengan substitusi Persamaan (2-1) ke Persamaan (2-2) dimana VIN = VI diperoleh

(2-3) VA = K ln(V0) – αKI

Gambar 2.1 Contoh sebuah output transduser nonlinier. Disini, intensitas cahaya diasumsikan untuk
menghasilkan tegangan output.

Gambar 2.2 Pengkondisi sinyal yang bagus menghasilkan tegangan output yang berubah secara
linier terhadap intensitas cahaya.

Output amplifier berubah secara linier dengan intensitas tetapi dengan offset K ln
V0 dan faktor skala dari αK seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Untuk
mengeliminasi offset dan menyediakan kalibrasi yang diinginkan dari tegangan
versus intensitas dapat digunakan pengkondisi sinyal.
Konversi
Sering kali, pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversi suatu tipe variasi
elektrik kepada tipe lainnya. Sehingga, satu kelas besar dari transduser-transduser
menyediakan perubahan tahanan dengan perubahan dalam variabe dinamik. Dalam
kasus ini, adalah perlu dibuat sebuah rangkaian untuk mengkonversi perubahan
tahanan ini baik kedalam sinyal tegangan maupun arus. Secara umum ini dipenuhi
oleh jembatan-jembatan bila perubahan sebagian tahanan adalah kecil dan/atau
dengan amplifier-amplifier yang gainnya berubah terhadap tahanan.

Penapis dan Penyesuai Impedansi


Sering sinyal-sinyal gangguan dari daya yang besar muncul dalam lingkungan
industri, seperti sinyal-sinyal frekuensi saluran standar 60 Hz dan 400 Hz. Transien
start motor juga dapat mengakibatkan pulsa-pulsa dan sinyal-sinyal yang tidak
diperlukan lainnya dalam loop kontrol proses. Dalam banyak kasus, perlu
digunakan high pass, low pass dan notch filter untuk mengurangi sinyal-sinyal yang
tidak diinginkan dari loop. Filter seperti ini dapat dipenuhi oleh filter pasif yang
hanya menggunakan resistor, kapasitor, induktor, atau filter aktif, menggunakan
gain dan feedback.
Penyesuai impednsi adalah sebuah elemen penting dari pengkondisi sinyal ketika
impedansi internal transduser atau impedansi saluran dapat mengakibatkan error
dalam pengukuran variabel dinamik. Baik jaringan aktif maupun pasif juga dipakai
untuk menghasilkan penyesuai seperti ini.

RANGKAIAN JEMBATAN DAN POTENSIOMETER

Rangkaian jembatan terutama digunakan sebagai sebuah alat pengukur perubahan


tahanan yang akurat. Rangkaian seperti ini terutama berguna bila perubahan
fraksional dalam impedansi sangat kecil. Rangkaian potensiometerik digunakan
untuk mengukur tegangan dengan akurasi yang baik dan impedansi sangat tinggi.

Rangkaian Jembatan
Rangkaian jembatan adalah rangkaian pasif yang digunakan untuk mengukur
impedansi dengan teknik penyesuaian potensial. Dalam rangkaian ini, seperangkat
impedansi yang telah diketahui secara akurat diatur nilaianya dalam hubungannya
terhadap satu yang belum diketahui sampai suatu kondisi yang ada dimana
perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian adalah nol, yaitu setimbang.
Kondisi ini menetapkan sebuah persamaan yang digunakan untuk menemukan
impedansi yang tidak diketahui berkenaan dengan nilai-nilai yang diketahui.

JEMBATAN WHEATSTONE

Rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling umum adalah jembatan d-c
Wheatstone seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. Rangkaian ini digunakan dalam
aplikasi pengkondisi sinyal dimana transduser mengubah tahanan dengan
perubahan variabel dinamik. Beberapa modifikasi dari jembatan dasar ini juga
dipakai untuk aplikasi spesifik lainnya. Pada Gambar 2.3 obyek yang diberi label
D adalah detektor setimbang yang digunakan untuk membandingkan potensial titik
a dan b dari rangkaian. Dalam aplikasi paling modern detektor setimbang adalah
amplifier diferensial impedansi input sangat tinggi. Dalam beberapa kasus,
Galvanometer yang sensitif dengan impedansi yang relatif rendah bisa digunakan,
khususnya untuk kalibrasi atau instrumen-instrumen pengukuran tunggal.
Untuk analisis awal kita, anggap impedansi detektor setimbang adalah tak hingga,
yaitu rangkaian terbuka.

Gambar 2-3 Jembatan d-c Wheatstone

Dalam kasus ini beda potensial, V antara titik a dan b, adalah

(2-4) V = Va – Vb

Dimana
= potensial titik a terhadap c Va
= potensial titik b terhadap c Vb

Nilai Va dan Vb sekarang dapat dicari dengan memperhatikan bahwa Va adalah


hanya tegangan sumber, V, dibagi antara R1 dan R3

VR3
(2-5) Va 
R1  R3

Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh

VR4
(2-6) Vb 
R2  R4

Dimana
= tegangan sumber jembatan V
= resistor-resistor jembatan seperti diberikan oleh Gambar 2.3. R1,R2,R3,R4

Jika sekarang kita kombinasikan Persamaan (2-4), (2-5), (2-6), beda tegangan atau
offset tegangan, dapat ditulis
VR3 VR4
(2-7) V  
R1  R3 R2  R4

Setelah beberapa aljabar, pembaca dapat memperlihatkan bahwa persamaan ini


berkurang menjadi

R2 R3  R1R4
(2-8) V  V
( R1  R3 ).( R2  R4 )

Persamaan (2-8) memperlihatkan bagaimana beda potensial melalui detektor adalah


fungsi dari tegangan sumber dan nilai resistor. Karena tampilan yang berbeda dalam
numerator Persamaan (2-8), jelas bahwa kombinasi khusus dari resistor dapat
ditemukan yang akan menghasilkan perbedaan nol dan tegangan nol melewati
detektor, yaitu, setimbang. Jelas, kombinasi ini, dari pemeriksaan Persamaan (2-8),
adalah

(2-9) R3R2 = R1R4

Persamaan (2-9) mengindikasikan bahwa kapan saja sebuah jembatan Wheatstone


dipasang dan resistor diatur untuk setimbang detektor, nilai-nilai resistor harus
memenuhi persamaan yang didindikasikan. Tidak masalah jika tegangan sumber
berubah, kondisi setimbang dipertahankan. Persamaan (2-8) dan (2-9) menekankan
aplikasi jembatan Wheatstone untuk aplikasi kontrol proses yang menggunakan
detektor impedansi input tinggi.

Rangkaian Potensiometer

Pengukuran tegangan dalam kontrol proses sering kali harus dibuat pada impedansi
sangat tinggi dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Banyak rangkaian modern
yang menggunakan divais aktif telah dikembangkan pada akhir-akhir ini untuk
melakukan pengukuran-pengukuran seperti ini. Selama bertahu-tahun metode yang
dapat diandalkan untuk pengukuran-pengukuran seperti ini, yang akurat dan
impedansi tinggi, hanya potensiometer. Pada dasarnya, rangkaian ini adalah sebuah
pembagi tegangan yang mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan mengatur
yang telah diketahui, yaitu tegangan yang terbagi sampai sesuai/cocok dengan yang
diketahui. Teknik ini dapat difahami dari satu pemeriksaan Gambar 2.10. Pembagi
tegangan dikonstruksi oleh R1, R2 dan R secara seri yang dihubungkan ke tegangan
sumber kerja., Vw. R2 adalah resistor presisi dan tertentu, sedangkan R1 adalah
resistor yang presisi dan variabel linier. Resistor kalibrasi R adalah variabel (yang
nilai sebenarnya belum pernah digunakan dalam perhitungan apa pun), dan V w
adalah sumber yang mempunyai tegangan yang memamadai (seperti yang akan
ditetapkan nanti) dan stabil. Supply VREF adalah sebuah standar kalibrasi yang
mempunyai tegangan yang telah diketahui secara akurat. Unit D1 dan D2 keduanya
adalah detektor setimbang dan bisa berupa galvanometer ataupun detektor tegangan
impedansi tinggi. Vx adalah tegangan yang tidak diketahui yang akan diukur.
Gambar 2.10 Sebuah rangkaian dasar potensiometer

Kalibrasi dari pembagi tegangan dipenuhi dengan menutup saklar S1 dan mengatur
R sampai detektor D1 mengindikasikan setimbang. Dalam kondisi ini kita akan
menetapkan/membuktikan bahwa Va = VREF sesuai akurasi dari detektor
kesetimbangan. Secara efektif ini mengkalibrasi rangkaian pembagi karena Va
dibagi antara resistor presisi R1 dan R2. Penyapu R1 menyapu tegangan antara zero
pada bagian bawah dan Vb pada bagian atas dari resistor variabel. Tegangan Vb
dicari dari

R1Va
(2-23) Vb =
R1  R2

Karena Va = VREF, kita mempunyai identifikasi Vb secara langsung dalam hubungan


VREF. Sekarang jika penyapu R1 adalah bagian/pecahan α dari sisi ground, tahanan
diatas penyapu adalah (1-α)R. Jika sebuah tegangan yang tidak diketahui diberikan
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.10 dan penyapu diatur sampai detektor
D2 menunjukkan nol, tegangan penyapu dan tegangan yang tidak diketahui adalah
sama. Jadi, tegangan yang tidak diketahui diberikan oleh

Vx = αVb

Dimana

= bagian/pecahan R untuk terjadinya kondisi setimbang α


= tegangan titik b yang diberikan oleh Persamaan (2-23) Vb

Dalam beberapa kasus resitor variabel R1 diberi penskalaan dengan pembagian,


seperti pembagian yang dapat dibaca 1000. Dalam kasus ini, α adalah hanya
sejumlah pembagian yang menghasilkan keadaan setimbang dari detektor D2.
Perhatikan bahwa sekali pembagi dikalibrasi, tegangan acuan VREF dan detktor D1
tidak diperlukan lebih lama.

CONTOH 2.9
Sebuah rangkaian potensiometer mempunyai R1 = 1 k dengan pembagian 1000,
R2 = 2500 , dan sebuah acuan VREF = 1,00329 V dengan kondisi setimbang untuk
α = 225 pembagian. Cari tegangn yang tidak diketahui.

PENYELESAIAN

Dari Gambar 2.10 kita cari Vb, dimana kalibrasi mengeset Va = 1,00329, hingga

R1Va
(2-23) Vb =
R1  R2
(1000)(1,00329)
Vb =  0,28665volt
1000  2500

dengan α = 225 pembagian, kita lihat bahwa Vx adalah

225
Vx = (0,28665)  0,0645volt
1000

CONTOH 2.10

Rancanglah sebuah potensiometer yang akan mengukur 0-100 mV dengan resistor


variabel 1 k pembagian 1000. Gunakan sebuah batre kerja 6 volt dan sebuah sel
acuan 1,35629 volt.

PENYELESAIAN

Sasaran pertama kita adalah menentukan nilai R2 yang akan memberikan Vb = 100
mV. Ini bisa dicari dari Persamaan (2-23)

(1,35629)(1k)
0,1 volt =
R2  1k

Penyelesaian untuk R2 kita dapatkan

R2 = 12,5629 K

Sekarang R dapat dicari dengan mengetahui bahwa 6 – 1,35629  4,64 harus jatuh
di R pada arus pembagi. Arus pembagi ini adalah

VREF
ID 
R1  R2
1,35629
ID 
1k  12,563k
I D  0,1mA
Kemudian kita cari

R  46,6 k

Kita pilih sebuah resistor variabel untuk menyediakan tahanan tersebut.

OPERASIONAL AMPLIFIER

Karakteristik Op Amp

Dengan sendirinya, op amp adalah amplifier elektronik yang sangat sederhana dan
nampak tak berguna. Dalam Gambar 2.11a kita dapat lihat simbol standar dari op
amp dengan penandaan input (+) dan input (-), dan output. Input (+) juga disebut
input noniverting (tidak membalik) dan (-)input inverting (membalik). Hubungan
dari input op amp dan output sungguh sangat sederhana, seperti yang terlihat
dengan menganggap dari deskripsi idealnya.

OP AMP IDEAL

Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan pada input
(+), V2 tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan output. Idealnya, jika V1-
V2 adalah positif (V1>V2), maka V0 saturasi positif. Jika V1-V2 adalah negatif
(V2>V1), maka V0 saturasi negatif seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.11b. Input
(-) disebut input inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah lebih positif
dibandingkan pada input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini mempunyai
gain tak terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan V2 hasilnya
adalah output saturasi.
Karakteristik lain dari op amp adalah (1) impedansi tak terhingga antar input-
inputnya dan (2) impedansi output zero. Pada dasarnya, op amp adalah peralatan
yang mempunyai hanya dua keadaan output, +Vsat dan –Vsat. Dalam praakteknya,
peralatan ini selalu digunakan dengan umpanbalik dari output ke input. Umpanbalik
seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai hubungan khusus antara
tegangan input dan output.

Vo

+VSAT

V1 - V2

-VSAT
(b) (a)

Gambar 2.11 Op amp. (a) Simbol. (b) Karakteristik ideal dari sebuah op amp

AMPLIFIER INVERTING IDEAL

Untuk melihat bagaimana op amp digunakan, perhatikan rangkaian pada Gambar


2.12. Disini resistor R2 digunakan untuk umpan balik output ke input inverting dari
op amp dan R1 menghubungkan tegangan input Vin dengan titik yang sama ini.
Hubungan bersama disebut titik penjumlahan (summing point). Dapat dilihat bahwa
dengan tanpa umpanbalik dan (+) digroundkan, Vin>0 menjadikan output saturasi
negatif, sedangkan Vin<0 menjadikan output saturasi positif. Dengan umpanbalik,
output menyesuaikan dengan tegangan sedemikian hingga:
Tegangan summing point sama dengan level input (+) op amp, dalam keadaan ini
adalah nol/zero.
Tidak ada aliran arus melalui terminal-terminal input op amp karena anggapan
impedansi tak hingga.

Dalam keadaan ini, jumlah dari arus pada summing point harus nol.

(2-24) I1 +I2 = 0

Karena tegangan pada summing point dianggap nol, kita mempunyai

Vin Vout
(2-25)  0
R1 R2

dari Persamaan (2-25), kita dapat menuliskan respon rangkaian sebagai

R2
(2-26) Vout = - Vin
R1

Jadi, rangkaian pada Gambar 2.12 adalah amplifier inverting dengan gain R2/R1
yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini juga merupakan
attenuator dengan menjadikan R2 < R1.

Gambar 2.12 Amplifier inverting


Pendekatan serupa dapat dipakai untuk analisis ideal dari banyak rangkaian op amp
yang lainnya dimana langkah (1) dan (2), yang diberikan diatas, membawa kepada
persamaan-persamaan seperti Persamaan (2-24) dan (2-25). Akan tetapi, harus kita
perhatikan bahwa amplifier inverting dari Gambar 2.12 mempunyai impedansi
input R1 yang, secara umum, bisa tidak tinggi. Sehingga, meskipun didukung
dengan sifat dari gain variabel atau attenuasi, rangkaian ini tidak mempunyai
impedansi input yang tinggi.

EFEK-EFEK NONIDEAL

Analisis dari rangkaian op amp dengan respons nonideal dilakukan dengan


memperhatikan parameter-parameter berikut:
Gain open loop berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai gain tegangan
seperti ditunjukkan oleh respons amplifier dalam Gambar 2.13a. Gain tegangan
dinyatakan sebagai perubahan dalam tegangan output, Vo, dihasilkan dengan
perubahan dalam tegangan input differensial [V1-V2].
Impedansi input berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi input
dan, sebagai konsekuensi, tegangan berhingga dan arus melalui terminal input.
Impedansi output tidak nol. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi output
tidak nol, meskipun impedansi output rendah ini khsusunya hanya beberapa ohm.

b) Efek-efek nonideal a) Karakteristik nonideal op amp


Gambar 2.13 Tipe-tipe efek nonideal dalam analisis op amp dan rangkaian

Dalam aplikasi modern efek nonideal ini dapat diabaikan dalam desian rangkaian
op amp. Contohnya, anggap rangkaian dari Gambar 2.13b dimana impedansi
berhingga dan gain dari op amp adalah sudah termasuk. Kita dapat menggunakan
analisis rangkaian standar umtuk menemukan hubungan antara tegangan input dan
output untuk rangkaian ini. Penjumlahan arus pada titik penjumlan diberikan

I1 + I2 + Is = 0

Kemudian, masing-masing arus dapat diidentifikasi dalam kaitannya dengan


parameter-parameter rangkaian untuk memberikan
Vin  Vs Vo  Vs Vs
  0
R1 R2 Zin

Akhirnya, dengan mengkombinasikan persamaan-persamaan di atas, kita cari

R2  1 
(2-27) Vo = -  Vin
R1  1   

Dimana

 Zo  R2 R2 
1  1   
=  2  
R R1 Zin
(2-28)
 Zo 
 A  
 R2 

Jika kita anggap bahwa  sangat kecil bila dibandingkan dengan kesatuan, maka
Persamaan (2-27) terduksi ke keadaan ideal yang diberikan oleh Persamaan (2-26).
Tentu, jika nilai khusus untuk IC op amp dipilih untuk satu keadaan dimana R2/R1
= 100, kita dapat tunjukkan bahwa <<1. Contohnya, biasnya, IC op amp untuk
kegunaan umum menunjukkan

A = 200.000
Z0 = 75 
Zin = 2 M

Jika digunakan tahanan umpan balik R2 100k dan mensubstitusikan nilai diatas
kedalam Persamaan (2-28), didapatkan  = 0,0005 yang menunjukkan bahwa gain
untuk persamaan (2-27) berbeda dari yang ideal dengan hanya 0,05%. Tentu saja,
cara ini hanya satu contoh dari banyak rangkaian op amp yang digunakan, tetapi
sebetulnya dalam semua kasus analisis yang sama menunjukkan bahwa
karakteristik ideal dapat diasumsikan.

Spesifikasi-Spesifikasi Op Amp

Ada karakteristik-karakteristik lain dari op amp dibandingkan yang diberikan dalam


bagian sebelumnya yang masuk dalam aplikasi desain. Karakteristik-karakteristik
ini diberikan dalam spesifikasi untuk op amp khusus bersama dengan gain open
loop dan impedansi input dan output yang dijelaskan sebelumnya. Beberapa
karakteristik tersebut adalah:
Tegangan offset input. Dalam banyak kasus, tegangan output op amp tidak boleh
nol ketika tegangan pada input adalah nol. Tegangan yang harus diterapkan dalam
terminal input untuk menggerakkan output ke nol adalah tegangan offset input.
Arus offset input. Seperti tegangan offset bisa diperlukan melalui input untuk men-
zero-kan tegangan output, sehingga arus jala bisa diperlukan melalui input untuk
men-zero-kan tegangan output. Arus yang demikian dijadikan acuan sebagai arus
offset input. Ini diambil sebagai perbedaan dua arus input.
Arus bias input. Ini adalah rata-rata dari dua arus input yang diperlukan untuk
menggerakkan tegangan output ke nol.
Slew rate. Jika tegangan diterapkan dengan cepat ke input dari op amp, output akan
saturasi ke maksimum. Untuk input step slew rate adalah kecepatan dimana output
berubah ke nilai saturasi. Ini khususnya dinyatakan sebagai tegangan per
mikrosecond (V/s).
Bandwith frekuensi gain satuan. Respons frekuensi dari op amp khusus
disefinisikan dengan bode plot dari gain tegangan open loop dengan frekuensi. Plot
seperti ini sangat penting untuk rancangan rangkaian yang berhubungan dengan
sinyal a-c. Adalah diluar jangkauan dari tulisan ini untuk menjelaskan detail dari
desain seperti ini yang memakai bode plot. Malahan, kita catat bahwa tingkah laku
frekuensi besar dapat dilihat dengan penentuan frekuensi dimana gain open loop
dari op amp menjadi satuan, sehingga menetapkan bandwith frekuensi gain satuan.

RANGKAIAN OP AMP DALAM INSTRUMENTASI

Setelah op amp menjadi terkenal pada kerja individu dalam kontrol proses dan
teknologi instrumentasi, banyak macam rangkaian dikembangkan dengan aplikasi
langsung dalam bidang ini. Secara umum, lebih mudah untuk mengembangkan
sebuah rangkaian untuk pelayanan khusus menggunakan op amp dibandingkan
komponen-komponen diskrit; dengan pengembangan biaya rendah, IC op amp, juga
adalah suatu desain yang praktis. Mungkin salah satu kerugian besar adalah
diperlukannya sumber daya bipolar untuk op amp. Bagian ini menghadirkan
sejumlah rangkaian khusus dan karakteristik dasarnya bersama dengan trurunan
dari respons rangkaian dengan asumsi op amp ideal.

Pengikut Tegangan (Voltage Follower)

Pada Gambar 2.14 kita lihat sebuah rangkaian op amp yang mempunyai gain satuan
dan impedansi input sangat tinggi. Pada dasarnya impedansi input ini adalah
impedansi input dari op amp itu sendiri yang dapt lebih besar dari 100 M. Output
tegangan mengikuti input lebih dari range yang ditentukan dengan output tegangan
saturasi plus dan minus. Output arus dibatasi sampai arus hubung singkat dari op
amp, dan impedansi output khususnya kurang dari 100 . Dalam banyak hal sebuah
pabrik akan memasarkan sebuah pengikut tegangan op amp yang umpan baliknya
disediakan secara internal. Unit seperti ini biasanya secara khusus didisain untuk
impedansi input yang sangat tinggi. Pengikut tegangan gain satuan pada dasarnya
adalah sebuah transformer impedansi dalam indera pengkonversi sebuah tegangan
pada impedansi tinggi ke tegangan yang sama pada impedansi rendah.
Gambar 2.14 Sebuah pengikut tegangan op amp. Rangkaian ini mempunyai impedansi input yang
sangat tinggi; sekitar 106-1011 , tergantung pada op amp tersebut. Rangkaian ini berguna sebagai
sebuah transformer impedansi.

Amplifier Membalik (Invertung Amplifier)

Inverting amplifier ini telah didiskusikan dalam hubungannya dengan pembicaraan


kita tentang karakteristik op amp. Persamaan (2-26) menunjukkan bahwa rangkaian
ini membalikkan sinyal input dan mungkin mempunyai pelemahan ataupun
penguatan tergantung pada perbandingan antara tahanan input R1 dan tahanan
umpan balik R2. Rangkaian untuk amplifier ditunjukkan dalam Gambar 2.12.
Penting untuk memoperhatikan bahwa impedansi input dari rangkaian ini pada
dasarnya sama dengan R1, yaitu tahanan input. Pada umumnya, tahanan ini tidak
besar, dan karena itu impedansi input tidak besar.

AMPLIFIER PENJUMLAH (SUMMING AMPLIFIER)

Modifikasi yang umum dari inverting amplifier adalah sebuah amplifier yang
menjumlahkan atau menambahkan dua atau lebih tegangan yang diterapkan.
Rangkaian ini ditunjukkan dalam Gambar 2.15 untuk kasus penjumlahan dua
tegangan input. Fungsi transfer amplifier ini diberikan oleh

R R 
(2-29) Vout = -  2 V1  2 V2 
 R1 R3 

Penjumlahan dapat diberi skala dengan pemilihan tahanan yang tepat. Contohnya,
jika kita membuat R1 = R2 = R3, maka outputnya adalah hanya jumlah (terbalik)
dari V1 dan V2. Rata-rata dapat dicari dengan menjadikan R1 = R3 dan R2 = R1/2.
Gambar 2.15 Summing amplifier

Amplifier Tidak Membalik (Noninverting Amplifier)

Sebuah amplifier noninverting dapat dikonstruksi dari sebuah op amp seperti


ditunjukkan dalam Gambar 2.16. Gain rangkaian ini dicari dengan menjumlahkan
arus-arus pada summing point S, dan menggunakan kenyataan bahwa tegangan
summing point adalah Vin sehingga tidak ada beda tegangan yang muncul melalui
terminal-terminal input.

I1 + I2 = 0

Dimana

I1 = arus melalui R1
I2 = arus melalui R2

Tapi arus-arus ini dapat dicari dari hukum Ohm sedemikian sehingga persamaan ini
menjadi

 R 
(2-30) Vout = 1  2 Vin
 R1 

Persamaan (2-30) menunjukkan bahwa noninverting ampifier mempunyai gain


yang tergantung pada rasio resistor umpan balik R2 dan resistor ground R1, tapi gain
ini tidak pernah dapat digunakan untuk pelemahan tegangan. Kita catat pula bahwa
karena input diambil secara langsung ke input noninverting dari op amp, impedansi
input adalah sangat tinggi karena secara efektif sama dengan impedansi input op
amp.
Gambar 2.16 Noninverting amplifier

CONTOH 2.11

Rancangkah sebuah amplifier impedansi tinggi dengan gain tegangan 42.

PENYELASAIAN

Kita gunakan rangkaian noninverting Gambar 2.16 dengan resistor dipilih dari

 R 
(2-30) Vout = 1  2 Vin
 R1 
 R 
42 = 1  2 
 R1 
R2 = 41R1

sehingga kita dapt memilih R1 = 1 k, yang memrlukan R2 = 41 k.

Amplifier Selisih

Sering kali, dalam instrumentasi yang dihubungkan dengan kontrol proses,


diperlukan amplifikasi tegangan diferensial, misalnya untuk rangkaian jembatan.
Sebuah ampifier diferensial dibuat dengan mengguanakan sebuah op amp seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.17a. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa
tegangan output diberikan oleh

(2-31) Vout 
R2
V2  V1 
R1

Rangkaian ini mempunyai gain atau atenuasi variabel yang diberikan oleh rasio R2
dan R1 dan merespons diferensial dalam input tegangan sebagaimana diperlukan.
Adalah sangat penting bahwa resistor dalam Gambar 2.17a yang diindikasikan
mempunyai nilai yang sama secara hati-hati disesuaikan dengan tolakan yang pasti
(assure rejetion) dari tegangan bersama ke kedua input. Kerugian yang signifikan
dari rangkaian ini adalah bahwa impedansi input pada masing-masing terminal
input adalah tidak besar, menjadi R1 + R2 pada input V2 dan R1 pada input V1. Untuk
memakai rangkaian ini saat diinginkan amplifikasi diferensial impedansi input yang
tinggi, pengikut tegangan bisa dipakai sebelum masing-masing input seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.17b. Rangkaian ini memberikan gain yang sebaguna,
amplifier diferensial impedansi input yang tinggi untuk penggunaan dalam sistem-
sistem instrumentasi.

Gambar 2.17 Amplifier diferensial. (a) Amplifier Diferensial (b) Amplifier Instrumentasi.

Konverter Tegangan ke Arus

Karena sinyal-sinyal dalam kontrol proses paling sering ditransmisikan sebagai


arus, khususnya 4-20 mA, maka perlu untuk memakai sebuah konverter linier
tegangan ke arus. Rangkaian seperti ini harus mampu memasukkan arus ke
sejumlah beban yang berbeda tanpa mengubah karateristik-karateristik transfer
tegangan ke arus. Sebuah rangkaian op amp untuk memberikan fungsi ini
diperlihatkan pada Gambar 2.18. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa
hubungan antara arus dan tegangan diberikan oleh

R2
(2-32) I  Vin
R1R2

asalkan tahanan-tahanan yang dipilih sehingga

(2-33) R1(R3 + R5) = R2R4

rangkaian dapat mengirimkan arus ke salah satu arah, sebagimana diperlukan oleh
sebuah aplikasi khusus.
Tahanan beban maksimum dan arus maksimum adalah berhubungan dan ditentukan
oleh kondisi bahwa output amplifier adalah saturasi dalam tegangan. Analisis
rangkaian ini menunjukkan bahwa saat tegangan output op amp mencapai saturasi
tahanan beban maksimum dan arus maksimum dihubungkan oleh

 
R4  R5 VSAT R3 
(2-34) RML   IM 
R3  R4  R5
= tahanan beban maksimum RML
= tegangan saturasi op amp VSAT
= arus maksimum IM

Perhatikan bahwa penyelidikan Persamaan (2-34) menunjukkan bahwa tahanan


beban maksimum adalah selalu kurang dari VSAT/IM. Tahanan beban minimum
adalah nol.

Gambar 2.18 Konverter teganan ke arus

Konverter Arus ke Tegangan


Pada ujung penerima dari sistem trasnsmisi sinyal kontrol proses kita sering perlu
untuk mengubah arus kembali ke tegangan. Ini paling mudah dilakukan dengan
rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 2.19. Rangkaian ini menyediakan suatu
tegangan output yang diberikan oleh

(2-35) Vout = IR

asalkan tegangan saturasi op amp tidak tecapai. Resistor R pada terminal


noninverting dipakai untuk memberikan stabilitas temperatur pada konfigurasi.

Gambar 2.19 Konverter arus ke tegangan

Sample and Hold

Ketika pengukuran harus antarmuka dengan sebuah proses digital dalam situasi
kontrol atau pengukuran, seringkali perlu untuk menyediakan nilai tertentu pada
konverter analog ke digital (ADC). Jadi, jika suatu pengukuran dibuat pada beberap
waktu, bisa jadi selama prosedur konversi A/D nilai yang terukur berubah. Variasi
seperti ini dapat menyebabkan error dalam proses konversi. Untuk mengurangi ini,
sebuah op amp digunakan dalam konfigurasi sample-and-hold. Rangkaian ini,
diperlihatkan pada Gambar 2.20, dapat mengambil sampel yang sangat cepat dari
sinyal tegangan input dan kemudian menahan nilai ini, meskipun sinyal input
mungkin berubah, sampai sampel yang lain diperlukan. Metode ini memanfaatkan
kemampuan mengisi-menyimpan (charge-storing ability) dari kapasitor dan
impedansi tinggi dari op amp yang menjadi sifatnya. Serperti diperlihatkan pada
contoh rangkaian sederhana Gambar 2.20, saat saklar 1 ditutup, kapasitor dengan
cepat berubah ke level tegangan input. Jika sekarang saklar 1 dibuka, op amp
tegangan pengikut mengijinkan ukuran tegangan kapasitor diambil pada output
tanpa megubah muatan kapasitor. Saat sample baru harus diambil, pertama saklar
2 ditutup untuk mengosongkan kapasitor dan karena itu merset rangkaian. Saklar-
saklar yang digunakan biasanya saklar-saklar elektronik yang diaktifkan oleh level
logika digital.
Gambar 2.20 Rangkaian sample and hold. Tutup S1 untuk mengambil sampel dan buka untuk
menahan sampel. Tutup S2 untuk me-reset.

Integrator

Rangkaian op amp biasa yang terakhir yang menjadi pertimbangan adalah


integrator. Konfigurasi ini, diperlihatkan pada Gambar 2.21, terdiri dari sebuah
resistor input dan kapasitor umpan balik. Dengan menggunakan analisis ideal kita
dapat mejumlahkan arus pada summing point sebagai

Vin dVout
(2-36) C 0
R dt

yang dapat diselesaikan dengan mengintegrasikan keduanya sehingga respons


rangkaian adalah

1
RC 
(2-37) Vout   Vindt

yang ini menunjukkan bahwa tegangan output berubah-ubah sebagai integral dari
tegangan input dengan faktor skala 1/RC. Rangkaian ini digunakan dalam banyak
kasus dimana dinginkan integrasi dari output transduser.
Fungsi-fungsi lain juga dapat diimplementasikan, seperti sebuah tegangan ramp
linier. Jika tegangan input adalah konstan, Vin = K, maka peersamaan (2-37)
menjadi

K
(2-38) Vout   t
RC

yang merupakan ramp linier, kemiringan negatif K/RC. Bebrapa mekanisme reset
melalui pengosongan kapasitor harus diberikan karena jika tidak Vout akat naik
sampai nilai saturasi output dan tetap pada keadaan itu.
Gambar 2.21 Rangkaian integrator. Sebuah saklar ditempatkan melewati kapasitor untuk merset
integrator.

CONTOH 2.12

Gunakan sebuah integrator untuk menghasilkan tegangan ramp linier yang naik 10
volt per ms seperti pada Gambar 2.21.

PENYELESAIAN

Rangkaian integrator menghasilkan ramp

Vin
(2-38) Vout   t
RC

saat tegangan input adalah konstan. Jika kita buat RC = 1 ms dan Vin = -10 V, maka
kita mempunyai

Vout = (10 – 10+3)t

yang merupakan ramp yang naik 10 volt/ms. Pemilihan R = 1 k dan C = 1 F


akan memberikan hasil RC yang diperlukan.

Linierisasi

Op amp memberikan peranan divais yang sangat efektif untuk linierisasi peralatan.
Secara umum, ini dicapai dengan menempatkan elemen nonlinier dalam loop
umpan balik dari op amp sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.22.
Penjumlahan arus memberikan bahwa

 F Vout   0
Vin
(2-39)
R

Dimana

= tegangan input Vin


= tahanan input R
= perubahan nonlinier arus dengan tegangan F(Vout)

F(Vout)

Gambar 2.22 Amplifier nonlinier dibuat dengan menempatkan elemen nonlinier dalam umpan balik
dari op amp.

Sekarang jika Persamaan (2-39) diselesaikan untuk Vout kita dapatkan

 Vin 
(2-40) Vout  G  
 R 

Dimana

tegangan output = Vout


V 
fungsi nonlinier tegangan input, sebenarnya fungsi invers = G in 
 R 
dari F(Vout).

Jadi, sebagai sebuah contoh, jika sebuah dioda diletakkan dalam umpan balik
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.23, maka fungsi F(Vout) adalah eksponensial

(2-41) F(Vout) = Fo exp (Vout)

Dimana

F0 = konstanta amplitudo
Α = konstanta eksponensial

Invers dari fungsi ini adalah logaritma dan Persamaan (2-40) demikian menjadi

nVin   nFoR 
1 1
(2-42) Vout 
 

yang merupakan sebuah amplifier (linier) logaritmik.


Divais umpan balik yeng berbeda dapat menghasilkan amplifier yang hanya
meratakan variasi linier atau menyediakan operasi-operasi yang ditentukan seperti
amplifier logaritmik.
Gambar 2.23 Saat sebuah dioda ditempatkan di kaki umpan balik sebuah op amp, sebuah amplifier
nonlinier dibentuk yang outputnya adalah proporsional ke logaritma natural dari input.

Rangkaian-Rangkaian yang Terintegrasi Khusus (IC)

Merek rangkaian terintegrasi (IC) yang sangat banyak adalah tesedia dari berbagi
pabrik dan berguna untuk perancang instrumentasi kontrol proses. Divais untuk
tujuan khusus seperti ini termasuk:
Amplifier instrumentasi diferensial gain tinggi.
Konverter arus ke tegangan.
Modulator/demodulator.
Jembatan dan detektor kesetimbangan.
Detektor phase sensitive.
Dalam bab berikutnya kita sering memerlukan pengkondisi sinyal yang akan
diimplementasikan melalui penggunaan IC-IC khusus ini. Secara umum, kita akan
menunjukkan perincian rancangan pengkondisi sinyal, tetapi pembaca seharusnya
selalu sadar bahwa IC-IC untuk kegunaan khusus ini bisa membuat seperti tidak
diperlukannya desain yeng teperinci.

CONTOH 2.13

Rancang sebuah konverter arus ke tegangan untuk memberikan arus 0-10 mA untuk
input 0-1 volt. Tentukan tahanan muatan maksimum. Op amp saturasi pada
outputput 10 volt.

PENYELESAIAN

Jika kita membuat R1 = R2, maka Persamaan (2-31) menjadi

1
(2-32) I  Vin
R3

dimana sekarang Persamaan (2-33) menentukan R3 + R2 = R4. Sehingga kita pilih


R1 = R2 = 1 k dan kemudian, dari Persamaan (2-32),
1V
(2-32) R3   10
10mA

Jika sekarang kita buat R5 = 0, yang dibolehkan, maka R4 = 100  juga. Resistor
muatan maksimum sekarang dicari dari Persamaan (2-34)

(2-34) RML 
100
1000  100
200

yang memberikan

RML = 450 Ω

ELKTRONIKA INDUSTRI

Pengkondisi sinyal yang telah didiskusikan hingga kini dalam bab ini sebagian
besar mengacu kepada modifikasi sinyal pengukuran. Sering juga perlu
menggunakan tipe pengkondisi sinyal pada output kontroler untuk mengaktifkan
elemen kontrol akhir. Contoh, output kontroler 4 sampai 20 mA muingkin
diperlukan untuk mengatur input panas menjadi lebih besar, kerja berat oven untuk
membakar kue kering. Panas seperti ini bisa disediakan oleh pemanas listrik 2-kW.
Jelaslah, bebrapa jenis pengkondisi diperlukan untuk memberikan sistem tenaga
tinggi dikendalikan oleh sinyal arus tenaga rendah. Pada sisi ini, kita menyajikan
dua divais yang secara umum digunakan dalam kontrol proses untuk memberikan
suatu mekanisme yang dengannya koversi energi seperti itu dapat terjadi. Maksud
di sini bukan untuk memberi anda semua informasi yang diperlukan untuk membuat
rangkaian praktis untuk menggunakan divais ini, tapi untuk menjadikan anda akrab
dengannya dan spesifikasinya.

Silikon Controlled Rectifier (SCR)

SCR telah menjadi bagian yang sangat penting dari pengkondisi sinyal dan kontrol
listrik daya tinggi. Dalam beberapa hal, ini merupakan penggantian keadaan yang
tetap untuk rele, walaupun terdapat beberapa masalah jika analogi tersebut diambil
terlalu jauh. Dioda standar, dalam pengertian yang ideal, adalah divais yang akan
menghantarkan arus hanya dalam satu arah. SCR, juga dalam pengertian ideal,
adalah sejenis dioda yang yang tidak menghantarkan arus dalam salah satu arah
sampai SCR tersebut nyala atau "tersulut". Pada Gambar 2.24 kita akan melihat
simbol skematik dari SCR. Perhatikan kesamaannya dengan dioda tetapi dengan
tambahan terminal, yang disebut gerbang/gate. Jika SCR didibias maju, yaitu,
tegangan positif pada anoda berkenaan dengan katoda, SCR tidak akan
menghantarkan arus. Sekarang anggap suatu tegangan ditempatkan pada gerbang
berkenaan dengan katoda. Akan ada nilai positif dari tegangan ini—tegangan
pemicu—yang mana SCR akan mulai menghantarkan arus dan berjalan seperti
dioda normal. Walaupun tegangan gerbang dilepas, SCR akan terus menghantarkan
arus seperti dioda; artinya, sekali dinyalakan SCR akan terus nyala tanpa
memperhatikan gerbang. Cara untuk mematikan kembali SCR hanyalah kondisi
bias maju dihentikan. Ini artinya tegangan harus turun dibawah jatuh tegangan maju
dari SCR sehingga arus jatuh di bawah nilai minimum, yang disebut arus penahan
atau holding current, atau polaritas dari anoda ke katoda harus benar-benar
membalik. Fakta bahwa SCR tidak dapat dengan mudah dimatikan membatasi
penggunaannya dalam aplikasi-aplikasi dc sampai pada kasus-kasus ketika dapat
disediakan beberapa metoda pengurangan arus maju sampai dibawah nilai holding.
Dalam rangkaian-rangkaian ac, SCR akan secara otomatis mati setiap setengah
siklus saat tegangan ac diterapkan pada polaritas kebalikan SCR.

Gambar 2.24 Simbol untuk sebuah SCR.

Karakteristik dan spesifikasi SCR diberikan di bawah ini:


Arus maju maksimum. Ada arus maksimum yang dapat dihantarkan oleh SCR
dengan arah maju tanpa terjadi kerusakan. Besarnya bervariasi dari beberapa
miliampere samai lebih dari seribu ampere untuk tipe industri besar.
Tegangan mundur puncak. Seperti dioda ada tegangan bias mundur yang dapat
diterapkan pada SCR tanpa merjadi kerusakan. Besarnya bervariasi dari beberapa
volt sampai beberapa ribu vollt.
Tegangan pemicu. Tegangan gerbang minimum untuk mengaktifkan SCR supaya
menghantarkan arus bervariasi antara tipe-tipe dan ukuran-ukuran dari beberapa
volt sampai 40 volt.
Arus pemicu. Terdapat arus minimum yang harus mampu diberikan oleh sumber
tegangan pemicu sebelum SCR menyala. Ini bervariasi dari beberapa miliampere
sampai ratusan miliampere.
Arus penahan/holding current. Ini mengacu kepada arus anoda minimum ke katoda
yang diperlukan untuk menjaga SCR tetap menghantar dalam keadaan menghantar
maju. Besarnya bervriasi dari 20 sampai 100 mA.
Gambar 2.25 Operasi SCR setengah gelombang. Aplikasi perubahan waktu dari VT mengubah
tegangan dc rms yang diterapkan pada muatan, V L.

OPERASI AC

Gambar 2.25 mengilustrasikan operasi sebuah SCR dalam variasi tegangan dc rms
dalam operasi setengah gelombang. Tegangan pemicu dibangkitkan oleh beberapa
rangkaian yang menghasilkan pulsa pada fase yang dipilih tertentu dari sinyal ac
yang diterapkan. Jadi, SCR menyala pada mode berulang sebagaimana
ditunjukkan. SCR kembali mati, tentu, pada setiap setengah gelombang saat
polaritas membalik. Pehatikan bahwa dengan perubahan bagian setengah
gelombang positif saat pemicu diterapkan, nilai efektif (rms) dari tegangan yang
diterapkan pada beban dapat dinaikkan. Tentu, dengan rangkaian ini tegangan dc
rms maksimum yang mungkin adalah yang dihasilkan oleh penyearah setengah
gelombang. Jika diperlukan daya yang lebih, SCR dapat digunakan dalam tipe
rangkaian jembatan setengah gelombang. Gambar 2.26 menunjukkan tipe
rangkaian ini dan grafik tegangan versus waktu yang dihasilkan. Tegangan pemicu
sekarang harus dibangkitkan pada setiap setengah siklus dan diterapkan pada
terminal pemicu (gerbang) SCR yang sesuai. Dalam aplikasi kontrol proses, sinyal
keluaran kontroler digunakan untuk mengaktifkan sebuah rangkaian yang berubah
pada waktu pulsa-pulsa diterapkan pada gerbang dan sehingga mengubah daya
yang diterapkan pada beban. Perhatikan bahwa tegangan yang diterapkan pada
beban adalah dc berdenyut. Konfigurasi ini tidak dapat digunakan dengan sebuah
beban yang diperlukan tegangan ac untuk operasi.

Gambar 2.26 Rangkaian SCR gelombang penuh. Tegangan dc efektif rms ysng diterspksn pada
beban naik karena digunakan kedua siklus ac.

TRIAC

Perluasan dari SCR yang didiskusikan pada bagian sebelumnya adalah divais yang
dapat dipicu untuk menghantar dalam salah satu arah. TRIAC dapt dianggap
sebagai dua SCR yang dihubungkan dalam paralel dan diputarbalikkan tetapi
dengan gerbang-gerbang yang terhubung. Pemicu positif akan menyebabkannya
menghantar dalam satu arah, dan pemicu negatif akan menyebabkannya
menghantar dalam arah lain. Dengan demikian TRIAC dapat digunakan dalam
aplikasi ac murni. Gambar 2.27 menunjukkan simbol TRIAC dan sebuah rangkaian
untuk aplikasi khusus. Perhatikan bahwa tegangan melalui beban masih berupa ac.
Nilai rms ac efektif dari tegangan yang diterapkan dapat diubah dengan perubahan
waktu dalam fase siklus saat gerbang TRIAC diberi pulsa. Tegangan pemicu yang
dibangkitkan harus bipolar, satu pulsa dalam satu polaritas dan berikutnya dari
polaritas sebaliknya.
Spesifikasi dari TRIAC sama dengan spesifikasi SCR; arus rms maksimum,
tegangan mundur pucak, tegangan pemicu, dan arus pemicu.
Gambar 2.27 TRIAC dapat menghantar dalam dua arahsehingga tegangan beban tetap ac, tetapi nilai
rms ditentukan dengan waktu saat tegangan pemicu ditrepkan

RINGKASAN

Pengkondisi sinyal yang didiskusikan dalam bab ini berhubungan dengan teknik
standar yang dipakai untuk menghasilkan kompatibilitas sinyal dan pengukuran
dalam sistem analog. Pembaca telah dikenalkan kepada konsep-konsep dasar yang
membentuk dasar-dasar dari pengkondisi analog seperti itu.
Untuk menyajikan gambaran lengkap pengkondisi sinyal analog, poin-poin bertikut
ini patut dipertimbangkan:
Keperluan untuk pengkondisi sinyal analog ditinjau dan ditetapkan menjadi syarat-
syarat dari pengubahan level sinyal, linierisasi, konversi sinyal, dan penyaringan
dan penyesuaian impedansi.
Rangkaian-rankaian jembatan adalah contoh umum proses konversi dimana
perubahan resistansi diukur baik menurut sinyal arus maupun tegangan.
Rangkaian potensiometer merupakan standar pengukuran tegangan impedansi
tinggi yang akurat selama bertahun-tahun.
Operational amplifier (op amp) adalah sebuah pengkondisi sinyal yang sangat
istimewa yang membentuk blok sekitarnya dimana bebrapa rangkaian dengan
fungsi khusus dapat dikembangkan. Divais ini diperagakan pada aplikasi-aplikasi
yang melibatkan amplifier, konverter, rangkaian linierisasi, integrator, dan bebrapa
fungsi lainnya.
Silicon controlled rectifier (SCR) dan TRIAC merupakan divais semikonduktor,
mirip dengan dioda, yang dapat mengontrol sinyal ac atau dc energi besar yang
menggunakan input-input level rendah.

Anda mungkin juga menyukai