Pengkondisi Sinyal Analog
Pengkondisi Sinyal Analog
PENDAHULUAN
Linierisasi
Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang gainnya sebuah fungsi level
tegangan untuk melinierkan semua variasi tegangan input ke tegangan output.
Sebuah contoh sering terjadi pada sebuah transduser dimana outputnya adalah
eksponensial berkenaan dengan variabel dinamik. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
sebuah contoh yang dimaksud dimana tegangan transduser diasumsikan
eksponensial terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai
(2-1) VI = V0e-αt+
Dimana
= tegangan output pada intensitas I VI
= tegangan intensitas zero V0
= konstanta eksponensial α
= intensitas cahaya I
Untuk melinierkan sinyal ini digunakan amplifier yang outputnya bervariasi secara
logaritma terhadap input
(2-2) VA = K ln(VIN)
Dimana
= tegangan output amplifier VA
= konstanta kalibrasi K
= tegangan input amplifier = VI [dalam Pers. (2-1)] VIN
Gambar 2.1 Contoh sebuah output transduser nonlinier. Disini, intensitas cahaya diasumsikan untuk
menghasilkan tegangan output.
Gambar 2.2 Pengkondisi sinyal yang bagus menghasilkan tegangan output yang berubah secara
linier terhadap intensitas cahaya.
Output amplifier berubah secara linier dengan intensitas tetapi dengan offset K ln
V0 dan faktor skala dari αK seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Untuk
mengeliminasi offset dan menyediakan kalibrasi yang diinginkan dari tegangan
versus intensitas dapat digunakan pengkondisi sinyal.
Konversi
Sering kali, pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversi suatu tipe variasi
elektrik kepada tipe lainnya. Sehingga, satu kelas besar dari transduser-transduser
menyediakan perubahan tahanan dengan perubahan dalam variabe dinamik. Dalam
kasus ini, adalah perlu dibuat sebuah rangkaian untuk mengkonversi perubahan
tahanan ini baik kedalam sinyal tegangan maupun arus. Secara umum ini dipenuhi
oleh jembatan-jembatan bila perubahan sebagian tahanan adalah kecil dan/atau
dengan amplifier-amplifier yang gainnya berubah terhadap tahanan.
Rangkaian Jembatan
Rangkaian jembatan adalah rangkaian pasif yang digunakan untuk mengukur
impedansi dengan teknik penyesuaian potensial. Dalam rangkaian ini, seperangkat
impedansi yang telah diketahui secara akurat diatur nilaianya dalam hubungannya
terhadap satu yang belum diketahui sampai suatu kondisi yang ada dimana
perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian adalah nol, yaitu setimbang.
Kondisi ini menetapkan sebuah persamaan yang digunakan untuk menemukan
impedansi yang tidak diketahui berkenaan dengan nilai-nilai yang diketahui.
JEMBATAN WHEATSTONE
Rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling umum adalah jembatan d-c
Wheatstone seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. Rangkaian ini digunakan dalam
aplikasi pengkondisi sinyal dimana transduser mengubah tahanan dengan
perubahan variabel dinamik. Beberapa modifikasi dari jembatan dasar ini juga
dipakai untuk aplikasi spesifik lainnya. Pada Gambar 2.3 obyek yang diberi label
D adalah detektor setimbang yang digunakan untuk membandingkan potensial titik
a dan b dari rangkaian. Dalam aplikasi paling modern detektor setimbang adalah
amplifier diferensial impedansi input sangat tinggi. Dalam beberapa kasus,
Galvanometer yang sensitif dengan impedansi yang relatif rendah bisa digunakan,
khususnya untuk kalibrasi atau instrumen-instrumen pengukuran tunggal.
Untuk analisis awal kita, anggap impedansi detektor setimbang adalah tak hingga,
yaitu rangkaian terbuka.
(2-4) V = Va – Vb
Dimana
= potensial titik a terhadap c Va
= potensial titik b terhadap c Vb
VR3
(2-5) Va
R1 R3
Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh
VR4
(2-6) Vb
R2 R4
Dimana
= tegangan sumber jembatan V
= resistor-resistor jembatan seperti diberikan oleh Gambar 2.3. R1,R2,R3,R4
Jika sekarang kita kombinasikan Persamaan (2-4), (2-5), (2-6), beda tegangan atau
offset tegangan, dapat ditulis
VR3 VR4
(2-7) V
R1 R3 R2 R4
R2 R3 R1R4
(2-8) V V
( R1 R3 ).( R2 R4 )
Rangkaian Potensiometer
Pengukuran tegangan dalam kontrol proses sering kali harus dibuat pada impedansi
sangat tinggi dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Banyak rangkaian modern
yang menggunakan divais aktif telah dikembangkan pada akhir-akhir ini untuk
melakukan pengukuran-pengukuran seperti ini. Selama bertahu-tahun metode yang
dapat diandalkan untuk pengukuran-pengukuran seperti ini, yang akurat dan
impedansi tinggi, hanya potensiometer. Pada dasarnya, rangkaian ini adalah sebuah
pembagi tegangan yang mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan mengatur
yang telah diketahui, yaitu tegangan yang terbagi sampai sesuai/cocok dengan yang
diketahui. Teknik ini dapat difahami dari satu pemeriksaan Gambar 2.10. Pembagi
tegangan dikonstruksi oleh R1, R2 dan R secara seri yang dihubungkan ke tegangan
sumber kerja., Vw. R2 adalah resistor presisi dan tertentu, sedangkan R1 adalah
resistor yang presisi dan variabel linier. Resistor kalibrasi R adalah variabel (yang
nilai sebenarnya belum pernah digunakan dalam perhitungan apa pun), dan V w
adalah sumber yang mempunyai tegangan yang memamadai (seperti yang akan
ditetapkan nanti) dan stabil. Supply VREF adalah sebuah standar kalibrasi yang
mempunyai tegangan yang telah diketahui secara akurat. Unit D1 dan D2 keduanya
adalah detektor setimbang dan bisa berupa galvanometer ataupun detektor tegangan
impedansi tinggi. Vx adalah tegangan yang tidak diketahui yang akan diukur.
Gambar 2.10 Sebuah rangkaian dasar potensiometer
Kalibrasi dari pembagi tegangan dipenuhi dengan menutup saklar S1 dan mengatur
R sampai detektor D1 mengindikasikan setimbang. Dalam kondisi ini kita akan
menetapkan/membuktikan bahwa Va = VREF sesuai akurasi dari detektor
kesetimbangan. Secara efektif ini mengkalibrasi rangkaian pembagi karena Va
dibagi antara resistor presisi R1 dan R2. Penyapu R1 menyapu tegangan antara zero
pada bagian bawah dan Vb pada bagian atas dari resistor variabel. Tegangan Vb
dicari dari
R1Va
(2-23) Vb =
R1 R2
Vx = αVb
Dimana
CONTOH 2.9
Sebuah rangkaian potensiometer mempunyai R1 = 1 k dengan pembagian 1000,
R2 = 2500 , dan sebuah acuan VREF = 1,00329 V dengan kondisi setimbang untuk
α = 225 pembagian. Cari tegangn yang tidak diketahui.
PENYELESAIAN
Dari Gambar 2.10 kita cari Vb, dimana kalibrasi mengeset Va = 1,00329, hingga
R1Va
(2-23) Vb =
R1 R2
(1000)(1,00329)
Vb = 0,28665volt
1000 2500
225
Vx = (0,28665) 0,0645volt
1000
CONTOH 2.10
PENYELESAIAN
Sasaran pertama kita adalah menentukan nilai R2 yang akan memberikan Vb = 100
mV. Ini bisa dicari dari Persamaan (2-23)
(1,35629)(1k)
0,1 volt =
R2 1k
R2 = 12,5629 K
Sekarang R dapat dicari dengan mengetahui bahwa 6 – 1,35629 4,64 harus jatuh
di R pada arus pembagi. Arus pembagi ini adalah
VREF
ID
R1 R2
1,35629
ID
1k 12,563k
I D 0,1mA
Kemudian kita cari
R 46,6 k
OPERASIONAL AMPLIFIER
Karakteristik Op Amp
Dengan sendirinya, op amp adalah amplifier elektronik yang sangat sederhana dan
nampak tak berguna. Dalam Gambar 2.11a kita dapat lihat simbol standar dari op
amp dengan penandaan input (+) dan input (-), dan output. Input (+) juga disebut
input noniverting (tidak membalik) dan (-)input inverting (membalik). Hubungan
dari input op amp dan output sungguh sangat sederhana, seperti yang terlihat
dengan menganggap dari deskripsi idealnya.
OP AMP IDEAL
Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan pada input
(+), V2 tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan output. Idealnya, jika V1-
V2 adalah positif (V1>V2), maka V0 saturasi positif. Jika V1-V2 adalah negatif
(V2>V1), maka V0 saturasi negatif seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.11b. Input
(-) disebut input inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah lebih positif
dibandingkan pada input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini mempunyai
gain tak terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan V2 hasilnya
adalah output saturasi.
Karakteristik lain dari op amp adalah (1) impedansi tak terhingga antar input-
inputnya dan (2) impedansi output zero. Pada dasarnya, op amp adalah peralatan
yang mempunyai hanya dua keadaan output, +Vsat dan –Vsat. Dalam praakteknya,
peralatan ini selalu digunakan dengan umpanbalik dari output ke input. Umpanbalik
seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai hubungan khusus antara
tegangan input dan output.
Vo
+VSAT
V1 - V2
-VSAT
(b) (a)
Gambar 2.11 Op amp. (a) Simbol. (b) Karakteristik ideal dari sebuah op amp
Dalam keadaan ini, jumlah dari arus pada summing point harus nol.
(2-24) I1 +I2 = 0
Vin Vout
(2-25) 0
R1 R2
R2
(2-26) Vout = - Vin
R1
Jadi, rangkaian pada Gambar 2.12 adalah amplifier inverting dengan gain R2/R1
yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini juga merupakan
attenuator dengan menjadikan R2 < R1.
EFEK-EFEK NONIDEAL
Dalam aplikasi modern efek nonideal ini dapat diabaikan dalam desian rangkaian
op amp. Contohnya, anggap rangkaian dari Gambar 2.13b dimana impedansi
berhingga dan gain dari op amp adalah sudah termasuk. Kita dapat menggunakan
analisis rangkaian standar umtuk menemukan hubungan antara tegangan input dan
output untuk rangkaian ini. Penjumlahan arus pada titik penjumlan diberikan
I1 + I2 + Is = 0
R2 1
(2-27) Vo = - Vin
R1 1
Dimana
Zo R2 R2
1 1
= 2
R R1 Zin
(2-28)
Zo
A
R2
Jika kita anggap bahwa sangat kecil bila dibandingkan dengan kesatuan, maka
Persamaan (2-27) terduksi ke keadaan ideal yang diberikan oleh Persamaan (2-26).
Tentu, jika nilai khusus untuk IC op amp dipilih untuk satu keadaan dimana R2/R1
= 100, kita dapat tunjukkan bahwa <<1. Contohnya, biasnya, IC op amp untuk
kegunaan umum menunjukkan
A = 200.000
Z0 = 75
Zin = 2 M
Jika digunakan tahanan umpan balik R2 100k dan mensubstitusikan nilai diatas
kedalam Persamaan (2-28), didapatkan = 0,0005 yang menunjukkan bahwa gain
untuk persamaan (2-27) berbeda dari yang ideal dengan hanya 0,05%. Tentu saja,
cara ini hanya satu contoh dari banyak rangkaian op amp yang digunakan, tetapi
sebetulnya dalam semua kasus analisis yang sama menunjukkan bahwa
karakteristik ideal dapat diasumsikan.
Spesifikasi-Spesifikasi Op Amp
Setelah op amp menjadi terkenal pada kerja individu dalam kontrol proses dan
teknologi instrumentasi, banyak macam rangkaian dikembangkan dengan aplikasi
langsung dalam bidang ini. Secara umum, lebih mudah untuk mengembangkan
sebuah rangkaian untuk pelayanan khusus menggunakan op amp dibandingkan
komponen-komponen diskrit; dengan pengembangan biaya rendah, IC op amp, juga
adalah suatu desain yang praktis. Mungkin salah satu kerugian besar adalah
diperlukannya sumber daya bipolar untuk op amp. Bagian ini menghadirkan
sejumlah rangkaian khusus dan karakteristik dasarnya bersama dengan trurunan
dari respons rangkaian dengan asumsi op amp ideal.
Pada Gambar 2.14 kita lihat sebuah rangkaian op amp yang mempunyai gain satuan
dan impedansi input sangat tinggi. Pada dasarnya impedansi input ini adalah
impedansi input dari op amp itu sendiri yang dapt lebih besar dari 100 M. Output
tegangan mengikuti input lebih dari range yang ditentukan dengan output tegangan
saturasi plus dan minus. Output arus dibatasi sampai arus hubung singkat dari op
amp, dan impedansi output khususnya kurang dari 100 . Dalam banyak hal sebuah
pabrik akan memasarkan sebuah pengikut tegangan op amp yang umpan baliknya
disediakan secara internal. Unit seperti ini biasanya secara khusus didisain untuk
impedansi input yang sangat tinggi. Pengikut tegangan gain satuan pada dasarnya
adalah sebuah transformer impedansi dalam indera pengkonversi sebuah tegangan
pada impedansi tinggi ke tegangan yang sama pada impedansi rendah.
Gambar 2.14 Sebuah pengikut tegangan op amp. Rangkaian ini mempunyai impedansi input yang
sangat tinggi; sekitar 106-1011 , tergantung pada op amp tersebut. Rangkaian ini berguna sebagai
sebuah transformer impedansi.
Modifikasi yang umum dari inverting amplifier adalah sebuah amplifier yang
menjumlahkan atau menambahkan dua atau lebih tegangan yang diterapkan.
Rangkaian ini ditunjukkan dalam Gambar 2.15 untuk kasus penjumlahan dua
tegangan input. Fungsi transfer amplifier ini diberikan oleh
R R
(2-29) Vout = - 2 V1 2 V2
R1 R3
Penjumlahan dapat diberi skala dengan pemilihan tahanan yang tepat. Contohnya,
jika kita membuat R1 = R2 = R3, maka outputnya adalah hanya jumlah (terbalik)
dari V1 dan V2. Rata-rata dapat dicari dengan menjadikan R1 = R3 dan R2 = R1/2.
Gambar 2.15 Summing amplifier
I1 + I2 = 0
Dimana
I1 = arus melalui R1
I2 = arus melalui R2
Tapi arus-arus ini dapat dicari dari hukum Ohm sedemikian sehingga persamaan ini
menjadi
R
(2-30) Vout = 1 2 Vin
R1
CONTOH 2.11
PENYELASAIAN
Kita gunakan rangkaian noninverting Gambar 2.16 dengan resistor dipilih dari
R
(2-30) Vout = 1 2 Vin
R1
R
42 = 1 2
R1
R2 = 41R1
Amplifier Selisih
(2-31) Vout
R2
V2 V1
R1
Rangkaian ini mempunyai gain atau atenuasi variabel yang diberikan oleh rasio R2
dan R1 dan merespons diferensial dalam input tegangan sebagaimana diperlukan.
Adalah sangat penting bahwa resistor dalam Gambar 2.17a yang diindikasikan
mempunyai nilai yang sama secara hati-hati disesuaikan dengan tolakan yang pasti
(assure rejetion) dari tegangan bersama ke kedua input. Kerugian yang signifikan
dari rangkaian ini adalah bahwa impedansi input pada masing-masing terminal
input adalah tidak besar, menjadi R1 + R2 pada input V2 dan R1 pada input V1. Untuk
memakai rangkaian ini saat diinginkan amplifikasi diferensial impedansi input yang
tinggi, pengikut tegangan bisa dipakai sebelum masing-masing input seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.17b. Rangkaian ini memberikan gain yang sebaguna,
amplifier diferensial impedansi input yang tinggi untuk penggunaan dalam sistem-
sistem instrumentasi.
Gambar 2.17 Amplifier diferensial. (a) Amplifier Diferensial (b) Amplifier Instrumentasi.
R2
(2-32) I Vin
R1R2
rangkaian dapat mengirimkan arus ke salah satu arah, sebagimana diperlukan oleh
sebuah aplikasi khusus.
Tahanan beban maksimum dan arus maksimum adalah berhubungan dan ditentukan
oleh kondisi bahwa output amplifier adalah saturasi dalam tegangan. Analisis
rangkaian ini menunjukkan bahwa saat tegangan output op amp mencapai saturasi
tahanan beban maksimum dan arus maksimum dihubungkan oleh
R4 R5 VSAT R3
(2-34) RML IM
R3 R4 R5
= tahanan beban maksimum RML
= tegangan saturasi op amp VSAT
= arus maksimum IM
(2-35) Vout = IR
Ketika pengukuran harus antarmuka dengan sebuah proses digital dalam situasi
kontrol atau pengukuran, seringkali perlu untuk menyediakan nilai tertentu pada
konverter analog ke digital (ADC). Jadi, jika suatu pengukuran dibuat pada beberap
waktu, bisa jadi selama prosedur konversi A/D nilai yang terukur berubah. Variasi
seperti ini dapat menyebabkan error dalam proses konversi. Untuk mengurangi ini,
sebuah op amp digunakan dalam konfigurasi sample-and-hold. Rangkaian ini,
diperlihatkan pada Gambar 2.20, dapat mengambil sampel yang sangat cepat dari
sinyal tegangan input dan kemudian menahan nilai ini, meskipun sinyal input
mungkin berubah, sampai sampel yang lain diperlukan. Metode ini memanfaatkan
kemampuan mengisi-menyimpan (charge-storing ability) dari kapasitor dan
impedansi tinggi dari op amp yang menjadi sifatnya. Serperti diperlihatkan pada
contoh rangkaian sederhana Gambar 2.20, saat saklar 1 ditutup, kapasitor dengan
cepat berubah ke level tegangan input. Jika sekarang saklar 1 dibuka, op amp
tegangan pengikut mengijinkan ukuran tegangan kapasitor diambil pada output
tanpa megubah muatan kapasitor. Saat sample baru harus diambil, pertama saklar
2 ditutup untuk mengosongkan kapasitor dan karena itu merset rangkaian. Saklar-
saklar yang digunakan biasanya saklar-saklar elektronik yang diaktifkan oleh level
logika digital.
Gambar 2.20 Rangkaian sample and hold. Tutup S1 untuk mengambil sampel dan buka untuk
menahan sampel. Tutup S2 untuk me-reset.
Integrator
Vin dVout
(2-36) C 0
R dt
1
RC
(2-37) Vout Vindt
yang ini menunjukkan bahwa tegangan output berubah-ubah sebagai integral dari
tegangan input dengan faktor skala 1/RC. Rangkaian ini digunakan dalam banyak
kasus dimana dinginkan integrasi dari output transduser.
Fungsi-fungsi lain juga dapat diimplementasikan, seperti sebuah tegangan ramp
linier. Jika tegangan input adalah konstan, Vin = K, maka peersamaan (2-37)
menjadi
K
(2-38) Vout t
RC
yang merupakan ramp linier, kemiringan negatif K/RC. Bebrapa mekanisme reset
melalui pengosongan kapasitor harus diberikan karena jika tidak Vout akat naik
sampai nilai saturasi output dan tetap pada keadaan itu.
Gambar 2.21 Rangkaian integrator. Sebuah saklar ditempatkan melewati kapasitor untuk merset
integrator.
CONTOH 2.12
Gunakan sebuah integrator untuk menghasilkan tegangan ramp linier yang naik 10
volt per ms seperti pada Gambar 2.21.
PENYELESAIAN
Vin
(2-38) Vout t
RC
saat tegangan input adalah konstan. Jika kita buat RC = 1 ms dan Vin = -10 V, maka
kita mempunyai
Linierisasi
Op amp memberikan peranan divais yang sangat efektif untuk linierisasi peralatan.
Secara umum, ini dicapai dengan menempatkan elemen nonlinier dalam loop
umpan balik dari op amp sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.22.
Penjumlahan arus memberikan bahwa
F Vout 0
Vin
(2-39)
R
Dimana
F(Vout)
Gambar 2.22 Amplifier nonlinier dibuat dengan menempatkan elemen nonlinier dalam umpan balik
dari op amp.
Vin
(2-40) Vout G
R
Dimana
Jadi, sebagai sebuah contoh, jika sebuah dioda diletakkan dalam umpan balik
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.23, maka fungsi F(Vout) adalah eksponensial
Dimana
F0 = konstanta amplitudo
Α = konstanta eksponensial
Invers dari fungsi ini adalah logaritma dan Persamaan (2-40) demikian menjadi
nVin nFoR
1 1
(2-42) Vout
Merek rangkaian terintegrasi (IC) yang sangat banyak adalah tesedia dari berbagi
pabrik dan berguna untuk perancang instrumentasi kontrol proses. Divais untuk
tujuan khusus seperti ini termasuk:
Amplifier instrumentasi diferensial gain tinggi.
Konverter arus ke tegangan.
Modulator/demodulator.
Jembatan dan detektor kesetimbangan.
Detektor phase sensitive.
Dalam bab berikutnya kita sering memerlukan pengkondisi sinyal yang akan
diimplementasikan melalui penggunaan IC-IC khusus ini. Secara umum, kita akan
menunjukkan perincian rancangan pengkondisi sinyal, tetapi pembaca seharusnya
selalu sadar bahwa IC-IC untuk kegunaan khusus ini bisa membuat seperti tidak
diperlukannya desain yeng teperinci.
CONTOH 2.13
Rancang sebuah konverter arus ke tegangan untuk memberikan arus 0-10 mA untuk
input 0-1 volt. Tentukan tahanan muatan maksimum. Op amp saturasi pada
outputput 10 volt.
PENYELESAIAN
1
(2-32) I Vin
R3
Jika sekarang kita buat R5 = 0, yang dibolehkan, maka R4 = 100 juga. Resistor
muatan maksimum sekarang dicari dari Persamaan (2-34)
(2-34) RML
100
1000 100
200
yang memberikan
RML = 450 Ω
ELKTRONIKA INDUSTRI
Pengkondisi sinyal yang telah didiskusikan hingga kini dalam bab ini sebagian
besar mengacu kepada modifikasi sinyal pengukuran. Sering juga perlu
menggunakan tipe pengkondisi sinyal pada output kontroler untuk mengaktifkan
elemen kontrol akhir. Contoh, output kontroler 4 sampai 20 mA muingkin
diperlukan untuk mengatur input panas menjadi lebih besar, kerja berat oven untuk
membakar kue kering. Panas seperti ini bisa disediakan oleh pemanas listrik 2-kW.
Jelaslah, bebrapa jenis pengkondisi diperlukan untuk memberikan sistem tenaga
tinggi dikendalikan oleh sinyal arus tenaga rendah. Pada sisi ini, kita menyajikan
dua divais yang secara umum digunakan dalam kontrol proses untuk memberikan
suatu mekanisme yang dengannya koversi energi seperti itu dapat terjadi. Maksud
di sini bukan untuk memberi anda semua informasi yang diperlukan untuk membuat
rangkaian praktis untuk menggunakan divais ini, tapi untuk menjadikan anda akrab
dengannya dan spesifikasinya.
SCR telah menjadi bagian yang sangat penting dari pengkondisi sinyal dan kontrol
listrik daya tinggi. Dalam beberapa hal, ini merupakan penggantian keadaan yang
tetap untuk rele, walaupun terdapat beberapa masalah jika analogi tersebut diambil
terlalu jauh. Dioda standar, dalam pengertian yang ideal, adalah divais yang akan
menghantarkan arus hanya dalam satu arah. SCR, juga dalam pengertian ideal,
adalah sejenis dioda yang yang tidak menghantarkan arus dalam salah satu arah
sampai SCR tersebut nyala atau "tersulut". Pada Gambar 2.24 kita akan melihat
simbol skematik dari SCR. Perhatikan kesamaannya dengan dioda tetapi dengan
tambahan terminal, yang disebut gerbang/gate. Jika SCR didibias maju, yaitu,
tegangan positif pada anoda berkenaan dengan katoda, SCR tidak akan
menghantarkan arus. Sekarang anggap suatu tegangan ditempatkan pada gerbang
berkenaan dengan katoda. Akan ada nilai positif dari tegangan ini—tegangan
pemicu—yang mana SCR akan mulai menghantarkan arus dan berjalan seperti
dioda normal. Walaupun tegangan gerbang dilepas, SCR akan terus menghantarkan
arus seperti dioda; artinya, sekali dinyalakan SCR akan terus nyala tanpa
memperhatikan gerbang. Cara untuk mematikan kembali SCR hanyalah kondisi
bias maju dihentikan. Ini artinya tegangan harus turun dibawah jatuh tegangan maju
dari SCR sehingga arus jatuh di bawah nilai minimum, yang disebut arus penahan
atau holding current, atau polaritas dari anoda ke katoda harus benar-benar
membalik. Fakta bahwa SCR tidak dapat dengan mudah dimatikan membatasi
penggunaannya dalam aplikasi-aplikasi dc sampai pada kasus-kasus ketika dapat
disediakan beberapa metoda pengurangan arus maju sampai dibawah nilai holding.
Dalam rangkaian-rangkaian ac, SCR akan secara otomatis mati setiap setengah
siklus saat tegangan ac diterapkan pada polaritas kebalikan SCR.
OPERASI AC
Gambar 2.25 mengilustrasikan operasi sebuah SCR dalam variasi tegangan dc rms
dalam operasi setengah gelombang. Tegangan pemicu dibangkitkan oleh beberapa
rangkaian yang menghasilkan pulsa pada fase yang dipilih tertentu dari sinyal ac
yang diterapkan. Jadi, SCR menyala pada mode berulang sebagaimana
ditunjukkan. SCR kembali mati, tentu, pada setiap setengah gelombang saat
polaritas membalik. Pehatikan bahwa dengan perubahan bagian setengah
gelombang positif saat pemicu diterapkan, nilai efektif (rms) dari tegangan yang
diterapkan pada beban dapat dinaikkan. Tentu, dengan rangkaian ini tegangan dc
rms maksimum yang mungkin adalah yang dihasilkan oleh penyearah setengah
gelombang. Jika diperlukan daya yang lebih, SCR dapat digunakan dalam tipe
rangkaian jembatan setengah gelombang. Gambar 2.26 menunjukkan tipe
rangkaian ini dan grafik tegangan versus waktu yang dihasilkan. Tegangan pemicu
sekarang harus dibangkitkan pada setiap setengah siklus dan diterapkan pada
terminal pemicu (gerbang) SCR yang sesuai. Dalam aplikasi kontrol proses, sinyal
keluaran kontroler digunakan untuk mengaktifkan sebuah rangkaian yang berubah
pada waktu pulsa-pulsa diterapkan pada gerbang dan sehingga mengubah daya
yang diterapkan pada beban. Perhatikan bahwa tegangan yang diterapkan pada
beban adalah dc berdenyut. Konfigurasi ini tidak dapat digunakan dengan sebuah
beban yang diperlukan tegangan ac untuk operasi.
Gambar 2.26 Rangkaian SCR gelombang penuh. Tegangan dc efektif rms ysng diterspksn pada
beban naik karena digunakan kedua siklus ac.
TRIAC
Perluasan dari SCR yang didiskusikan pada bagian sebelumnya adalah divais yang
dapat dipicu untuk menghantar dalam salah satu arah. TRIAC dapt dianggap
sebagai dua SCR yang dihubungkan dalam paralel dan diputarbalikkan tetapi
dengan gerbang-gerbang yang terhubung. Pemicu positif akan menyebabkannya
menghantar dalam satu arah, dan pemicu negatif akan menyebabkannya
menghantar dalam arah lain. Dengan demikian TRIAC dapat digunakan dalam
aplikasi ac murni. Gambar 2.27 menunjukkan simbol TRIAC dan sebuah rangkaian
untuk aplikasi khusus. Perhatikan bahwa tegangan melalui beban masih berupa ac.
Nilai rms ac efektif dari tegangan yang diterapkan dapat diubah dengan perubahan
waktu dalam fase siklus saat gerbang TRIAC diberi pulsa. Tegangan pemicu yang
dibangkitkan harus bipolar, satu pulsa dalam satu polaritas dan berikutnya dari
polaritas sebaliknya.
Spesifikasi dari TRIAC sama dengan spesifikasi SCR; arus rms maksimum,
tegangan mundur pucak, tegangan pemicu, dan arus pemicu.
Gambar 2.27 TRIAC dapat menghantar dalam dua arahsehingga tegangan beban tetap ac, tetapi nilai
rms ditentukan dengan waktu saat tegangan pemicu ditrepkan
RINGKASAN
Pengkondisi sinyal yang didiskusikan dalam bab ini berhubungan dengan teknik
standar yang dipakai untuk menghasilkan kompatibilitas sinyal dan pengukuran
dalam sistem analog. Pembaca telah dikenalkan kepada konsep-konsep dasar yang
membentuk dasar-dasar dari pengkondisi analog seperti itu.
Untuk menyajikan gambaran lengkap pengkondisi sinyal analog, poin-poin bertikut
ini patut dipertimbangkan:
Keperluan untuk pengkondisi sinyal analog ditinjau dan ditetapkan menjadi syarat-
syarat dari pengubahan level sinyal, linierisasi, konversi sinyal, dan penyaringan
dan penyesuaian impedansi.
Rangkaian-rankaian jembatan adalah contoh umum proses konversi dimana
perubahan resistansi diukur baik menurut sinyal arus maupun tegangan.
Rangkaian potensiometer merupakan standar pengukuran tegangan impedansi
tinggi yang akurat selama bertahun-tahun.
Operational amplifier (op amp) adalah sebuah pengkondisi sinyal yang sangat
istimewa yang membentuk blok sekitarnya dimana bebrapa rangkaian dengan
fungsi khusus dapat dikembangkan. Divais ini diperagakan pada aplikasi-aplikasi
yang melibatkan amplifier, konverter, rangkaian linierisasi, integrator, dan bebrapa
fungsi lainnya.
Silicon controlled rectifier (SCR) dan TRIAC merupakan divais semikonduktor,
mirip dengan dioda, yang dapat mengontrol sinyal ac atau dc energi besar yang
menggunakan input-input level rendah.