Anda di halaman 1dari 1

1.

Pengertian Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam penanganan herpes zoster.


3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Talagamori Nomor tentang Rencana Layanan
Medis HERPES ZOOSTER
4. Referensi KMK RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
No. Dokumen : 235/SOP-PKMTMORI/11/2018
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
S No. Revisi :
5. Alat dan Bahan - ATK
O Tgl terbit
- Stetoskop : 8 Maret 2018
P Halaman
- Tensimeter : 1/3
- Penlight
UPT Puskesmas
6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pasien Muslim Gafar, SKM
Talagamori 2. Petugas mengidentifikasi pasien Nip.197502051997031007
3. Petugas melakukan anamnesa keluhan keluhan nyeri radikular dan gatal
terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat disertai dengan gejala prodromal
sistemik berupa demam, pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala
kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan edema.
4. Petugas menanyakan faktor risiko
a. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
b. Imunodefisiensi.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik ditemukan sekelompok vesikel
dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf
spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali,
erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
6. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck yaitu sel datia berinti
banyak; meskipun tidak spesifik.
7. Dokter menegakkan diagnosa klinis herpes zooster dari anmnesis dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
8. Dokter menegakkan diganosa banding yaitu herpes simpleks,
dermatitis venenata, pada saat prodromal dapat menyerupai migraine,
nyeri pleuritik, infark miokard atau appendicitis.
9. Dokter menegakkan komplikasi dengan :
 Neuralgia pasca herpetik
 Rumsay Hunt Syndrome
 Pada penderita imunodefisiensi sering menjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik yang dapat terjadi infeksi sistemik.
 Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis serta neuritis optic.
 Paralisis motorik.
10. Petugas melakukan pengobatan dengan prinsip:
1) Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang
mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, dan
istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
2) Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi.
Aspirin dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s
syndrome. Topikal : Stadium vesikel : bedak salisil 2% atau bedak
kocok kalamin agar vesikel tidak pecah. Apabila erosif, diberikan
kompres terbuka, apabila terjadi ulserasi, dapat dipertimbangkan
pemberian salep antibiotik.
3) Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan: 1.Asiklovir: dewasa
5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800
mg), atau 2.Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari. Pemberian obat
tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam
pertama setelah timbul lesi.
11. Petugas melakukan edukasi dengan prinsip:
1) Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster.
2) Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada
individu imunokompeten.
3) Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik
12. Petugas melakukan rujukan bila:
1) Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
2) Terjadi pada pasienMelakukan
bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).
Melakukan
konselling
Melakukanpeme
Menegakkan diagnosa
3) Terjadi komplikasi.dan edukasi
Anamnesa Pemeriksaan Fisik klinis

Anda mungkin juga menyukai