Laporan Pendahuluan Trauma Kepala
Laporan Pendahuluan Trauma Kepala
TRAUMA KEPALA
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehaviour
Dosen Pengampu: Ns. Widyaningsih, S.Kep. MAN
Oleh :
Nama NIM
Wahyu W. Aditantri 1707176
Moh Irsyad .A 1707170
Fathur Rokhim 1707165
Sri Restiana 1707172
Maria Inoprimawati 1707168
Diyatmika Atmasari 1707162
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami selaku
penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dengan judul “Laporan
Pendahuluan Trauma Kepala” sebagai tugas kelompok dalam semester ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik buku-buku diktat
kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan internasional dari internet dan lain
sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya
maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tujuan dari penulisan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa semakin memahami
tentang Trauma kepala dalam keperawatan Neurobehaviour & kita dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Kami berterima kasih dosen mata kuliah Sistem Neurobehavior Ns.
Widyaningsih, S.Kep. MAN yang telah memberi kami tugas ini dan teman-teman kelompok
yang telah membantu menyesaikan makalah ini.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan penulis
menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu
untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang. Penulis mengharapkan masukan
baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar
kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak
atau otak.
Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral,
termasuk gangguan kesadaran.
Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu :
1. Segera setelah injury.
2. Dalam waktu 2 jam setelah injury
3. rata-rata 3 minggu setelah injury.
Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma
langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam
beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk secara
progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan
intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini.
Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai
kegagalan sistem tubuh.
Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial
hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya gerakan
bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal,
hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.
Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun.
Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang. Pada
umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau terjatuh.
B. TUJUAN
1. Mengetahui tinjauan teoritis dari Trauma Kepala.
2. Mengetahui asuhan keperawatan dari Trauma Kepala.
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA KEPALA
A. PENGERTIAN
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of
America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006)
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
B. ETIOLOGI
Dikelompokan berdasarkan mekanisme injury :
1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam ( penetrasi)
3
Pathway :
4
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari trauma kepala yaitu :
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
5
Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata
atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya
positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif
karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu cairan ditampung
dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada
dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning
mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).
Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi
intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan
otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital dimana cairan CSF disekitar
periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan
ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan
konjunctiva atau edema periorbital
3. Commotion Serebral
Concussion/commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya sementara
fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah
keotak. Kondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan
keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi
secara nyata tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan kesadaran sebagai akibat
saat adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular activating system pada midbrain
menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi hanya
beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat,
bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran.
Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung,
pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.
4. Contusion Serebral
Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan
vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan
pH, dengan berkumpulnya asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang
dapat menggangu fungsi sel.
6
Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral
dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral
puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury. Manifestasi contusio
bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran.
Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur
kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami
kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP
terjadi bila terjadi edema serebral.
F. KOMPLIKASI
1. Epidural Hematoma
Sebagai akibat perdarahan pada lapisan otak yang terdapat pada permukaan
bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang
bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang
memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous
epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung
perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak
di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural. Bila terjadi
perdarahan arteri maka hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan
7
kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan
peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih mudah.
2. Subdural Hematoma
Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan
meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat
adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada
permukaan otak masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural
hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena,
sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh
kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi
secara akut, subakut, atau kronik.
Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar.
Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu
bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan
penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala. Pupil dilatasi. Subakut biasanya
terjadi dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury. Kronik subdural hematoma terjadi
beberapa minggu atau bulan setelah injury. Somnolence, confusio, lethargy,
kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
subdural hematoma.
3. Intracerebral Hematoma
Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head
injury. Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur
pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral
hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi subarachnoid hemorrhage.
8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi
edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.
Oksigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma
serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat
mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum
dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi
yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolism.
2. CT -Scan
CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal
injury
4. Pemeriksaan lain yang mungkin di lakukan adalah MRI, EEG, dan Lumbal Functie
untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.
H. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutik pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut :
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring
5. Profilaksis diberikan apabila ada indikasi
6. Pemberian obat-obatan untuk vaskularisasi
7. Pemberian obat-obat analgetik
8. Pembedahan bila ada indikasi
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA KEPALA
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan : waktu kejadian, penyebeb trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera
setelah kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksia)
b. kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. sistem saraf :
1) kesadaran (GCS)
2) fungsi saraf cranial (trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan
melibatkan penurunan fungsi saraf cranial.
3) Fungsi sensori-motorik (kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi
suhu, anestesi, hipertesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan :
1) Bagaimana sensori dengan adanya makanan di mulut, reflek menelan,
kemampuan mengunyah, adanya reflek batuk, mudah tersedak. Jika pasien
sadar tanyakan pola makan
2) Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan
3) Retensi urine, konstipasi, inkontinensia
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik (hemiparesis/plegia, gangguan
gerak volunteer, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan berkomunikasi : kerusakan di daerah hemisfer dominan (disfagia
atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial : data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien
dari keluarga.
10
B. DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Trauma Kepala
diantaranya :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas bd akumulasi secret (sisa muntahan)
2. Ketidakefektifan pola napas bd spinal cord injury, trauma kepala
3. Nyeri akut bd trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak bd edema cerebral, peningkatan TIK
5. Resiko kekurangan volume cairan bd mual muntah dan perdarahan
6. Resiko infeksi bd tempat masuknya organism sekunder akibat trauma
11
C. INTERVENSI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas NOC NIC :
(00031) Respiratory status : Airway suction
Kelas 2: cedera fisik Ventilation Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Domain 11: keamanan/perlindungan Respiratory status : Airway Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
Definisi : patency suctioning.
Ketidakmampuan untuk membersihkan Aspiration Control Informasikan pada klien dan keluarga tentang
sekresi atau obstruksi dari saluran suctioning
pernafasan untuk mempertahankan
Kriteria Hasil : Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
kebersihan jalan nafas.
Mendemonstrasikan batuk Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang memfasilitasi suksion nasotrakeal
Dispneu, Penurunan suara nafas bersih, tidak ada sianosis Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Orthopneu dan dyspneu (mampu Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
mengeluarkan sputum,
Cyanosis setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
mampu bernafas dengan
Kelainan suara nafas (rales, mudah, tidak ada pursed Monitor status oksigen pasien
wheezing) lips) Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
Kesulitan berbicara Menunjukkan jalan nafas suksion
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada yang paten (klien tidak Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
merasa tercekik, irama
Mata melebar pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
nafas, frekuensi pernafasan saturasi O2, dll.
Produksi sputum
dalam rentang normal, tidak
Gelisah ada suara nafas abnormal)
Airway management
Perubahan frekuensi dan irama nafas Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah factor yang Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
dapat menghambat jalan jaw thrust bila perlu
Faktor yang berhubungan :
nafas Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lingkungan : merokok. Menghisap
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
asap rokok, peroko pasif-POK, infeksi
nafas buatan
12
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, Pasang mayo bila perlu
hiperplasia dinding bronkus, alergi Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas, asma.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
mukus, adanya jalan nafas buatan, tambahan
sekresi bronkus, adanya eksudat di Lakukan suction pada mayo
alveolus, adanya benda asing di jalan Berikan bronkodilator bila perlu
nafas.
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
13
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
tambahan mudah, tidak ada pursed lips) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Nasal flaring Menunjukkan jalan nafas Lembab
Dyspnea yang paten (klien tidak Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Orthopnea merasa tercekik, irama nafas, keseimbangan
frekuensi pernafasan dalam
Perubahan penyimpangan dada Monitor respirasi dan status O2
rentang normal, tidak ada
Nafas pendek
suara nafas abnormal)
Assumption of 3-point position Terapi Oksigen
Tanda Tanda vital dalam
Pernafasan pursed-lip Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
rentang normal (tekanan
Tahap ekspirasi berlangsung sangat Pertahankan jalan nafas yang paten
darah, nadi, pernafasan)
lama Atur peralatan oksigenasi
Peningkatan diameter anterior- Monitor aliran oksigen
posterior Pertahankan posisi pasien
Pernafasan rata-rata/minimal Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Bayi : < 25 atau > 60 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 oksigenasi
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24 Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Kedalaman pernafasan
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
Timing rasio
berdiri
Penurunan kapasitas vital
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Factor yang berhubungan :
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
Hiperventilasi
setelah aktivitas
Kelainan bentuk dinding dada
Monitor kualitas dari nadi
Penurunan energi/kelelahan
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Perusakan/pelemahan muskulo-
14
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
skeletal Monitor suara paru
Obesitas Monitor pola pernapasan abnormal
Posisi tubuh Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Kelelahan otot pernafasan Monitor sianosis perifer
Hipoventilasi sindrom Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
Nyeri melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Kecemasan Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas Neurologis
Nyeri Akut ( 00132) NOC NIC :
3. Kelas 1: kenyamanan fisik Paint level Paint Management
Domain 12: kenyamanan Paint control Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Definisi : Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Sensori yang tidak menyenangkan dan Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
pengalaman emosional yang muncul Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
secara aktual atau potensial kerusakan (tahu penyebab nyeri, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
jaringan atau menggambarkan adanya mampu menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri tehnik nonfarmakologi untuk Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Internasional): serangan mendadak atau mengurangi nyeri, mencari Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
pelan intensitasnya dari ringan sampai bantuan) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
berat yang dapat diantisipasi dengan Melaporkan bahwa nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
akhir yang dapat diprediksi dan dengan berkurang dengan lampau
durasi kurang dari 6 bulan. menggunakan manajemen Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
15
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Batasan Karakteristik : nyeri menemukan dukungan
Laporan secara verbal atau non Mampu mengenali nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
verbal (skala, intensitas, frekuensi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
Fakta dari observasi dan tanda nyeri) kebisingan
Posisi antalgic untuk menghindari Menyatakan rasa nyaman Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri setelah nyeri berkurang Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
Gerakan melindungi Tanda vital dalam rentang non farmakologi dan inter personal)
Tingkah laku berhati-hati normal Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Muka topeng intervensi
Gangguan tidur (mata sayu, tampak Ajarkan tentang teknik non farmakologi
capek, sulit atau gerakan kacau, Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menyeringai) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Terfokus pada diri sendiri Tingkatkan istirahat
Fokus menyempit (penurunan Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
persepsi waktu, kerusakan proses tindakan nyeri tidak berhasil
berpikir, penurunan interaksi dengan Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
orang dan lingkungan) nyeri
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- Analgesic Administator
jalan, menemui orang lain dan/atau Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri sebelum pemberian obat
Respon autonom (seperti Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
diaphoresis, perubahan tekanan frekuensi
darah, perubahan nafas, nadi dan Cek riwayat alergi
dilatasi pupil) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
Perubahan autonomic dalam tonus analgesik ketika pemberian lebih dari satu
16
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
otot (mungkin dalam rentang dari Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
lemah ke kaku) beratnya nyeri
Tingkah laku ekspresif (contoh : Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
gelisah, merintih, menangis, dosis optimal
waspada, iritabel, nafas Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
panjang/berkeluh kesah) pengobatan nyeri secara teratur
Perubahan dalam nafsu makan dan Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
minum analgesik pertama kali
Faktor yang berhubungan : Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, hebat
psikologis) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
17
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan ( gordon, 1994, dalam potter dan
perry, 1997) fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :
1. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
2. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan
3. Memberikan asuhan keperawatan
4. Melanjutkan pengumpulan data
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi adalah :
1. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
2. Untuk melakukan pengkajian ulang
3. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan
perilaku klien
a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan
tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi
tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan
18
DAFTAR PUSTAKA
19