1. Pengertian Adalah reaksi perdangan kulit non-imunologik.
Kerusakan kulit terjadi
secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, dan ras. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya DERMATITIS KONTAK berhubungan IRITAN dengan pekerjaan. 2. Tujuan Sebagai acuan :petugas No. Dokumen dalam penanganan dermatitis kontak iritan 238/SOP-PKMTMORI/11/2018 3. Kebijakan S SK Kepala UPT Puskesmas Talagamori Nomor tentang Rencana Layanan No. Revisi : O Medis Tgl terbit : 8 Maret 2018 4. Referensi KMK HalamanRI Nomor: 1/4HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik P Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Alat UPT dan Bahan Puskesmas - ATK Talagamori - Stetoskop Muslim Gafar, SKM - Tensimeter Nip.197502051997031007 - Penlight 6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pasien 2. Petugas mengidentifikasi pasien 3. Petugas melakukan anamnesa keluhan seperti keluhan kelainan kulit dapat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis. Gejala yang umum dikeluhkan adalah perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang terkena kontak bahan iritan.kadang- kadang diikuti oleh rasa pedih, panas dan terbakar. 4. Petugas menanyakan faktor risiko seperti: a. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan iritan. b. Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu. c. Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir, penata rambut. d. Riwayat dermatitis atopik. 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Patognomonis seperti tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Selengkapnya dapat dilihat pada bagian klasifikasi. 6. Petugas menanyakan faktor presdiposisi yaitu pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang bersifat iritan. 7. Dokter menegakkan diagnosa klinis berdasrakan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Klasifikasi Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor tertentu, DKI dibagi menjadi: a. DKI akut: 1) Bahan iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl), termasuk luka bakar oleh bahan kimia. 2) Lesi berupa: eritema, edema, bula, kadang disertai nekrosis. 3) Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan pada umumnya asimetris. b. DKI akut lambat: 1) Gejala klinis baru muncul sekitar 8-24 jam atau lebih setelah kontak. 2) Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI tipe ini diantaranya adalah podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida, dan asam hidrofluorat. 3) Kadang-kadang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih keesokan harinya, pada awalnya terlihat eritema, dan pada sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis. c. DKI kumulatif/ DKI kronis: 1) Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah, (faktor fisis misalnya gesekan, trauma minor, kelembaban rendah, panas atau dingin, faktor kimia seperti deterjen, sabun, pelarut, tanah, dan bahkan air). 2) Umumnya predileksi ditemukan di tangan terutama pada pekerja. 3) Kelainan baru muncul setelah kontak dengan bahan iritan berminggu-minggu atau bulan, bahkanMelakukanpeme Melakukan bisa bertahun-tahun Melakukan konselling Menegakkan diagnosamerupakan kemudian, sehingga Anamnesa waktu dan rentetan kontak Pemeriksaan Fisik dan edukasi klinis faktor penting.