Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Senam Asma Indonesia Terhadap Kontrol Asma Pada Pasien Asma di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta

Abdul Ghoni1), Isnaini Rahmawati2), Sahuri Teguh Kurniawan3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
abdulghoni.nurse@gmail.com

Abstrak

Asma menyerang saluran napas, paru akan mengalami penyempitan dan terisi
dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam yang menyebabkan
jalan udara menyempit dan mengurangi aliran keluar masuknya udara ke paru-paru.
Penderita asma umumnya datang ke poliklinik rata-rata 1-3 kali sebulan ketika asmanya
kambuh dan hanya diberikan obat-obatan farmakologi oleh dokter. Penderita asma
umumnya banyak yang belum bisa mengontrol asmanya, asma dapat dikontrol dengan
terapi non-farmakalogi yaitu latihan Senam Asma Indonesia (SAI). Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh SAI terhadap kontrol asma pada pasien asma.
Penelitian ini menggunakan Pre-Experiment dengan pendekatan pre test and post
test design Without Control. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling dengan jumlah responden sebanyak 32 orang. Lembar observasi pre test and
post test menggunakan kuosioner Asthma Control Test (ACT).
Hasil gambaran kontrol asma sebelum dan sesudah diberikan SAI, rata-rata nilai
ACT Pre Test 18,34 dengan standar deviasi 4,527 dan rata-rata nilai ACT Post Test 20,56
dengan standar deviasi 3,671. Setelah dilakukan analisis Wilcoxon Signed Test didapatkan
nilai p=0,000 (p< 0,05) ada pengaruh SAI terhadap kontrol asma pada pasien asma di
BBKPM Surakarta.

Kata kunci : Asma, Senam Asma Indonesia, Kontrol Asma


Daftar Pustaka : 66 (2004– 2017)
Influence of Asthma workout on Asthma Control in Asthma Patients at Center for
Community Lung Health (BBKPM) Surakarta

Abdul Ghoni1), Isnaini Rahmawati2), Sahuri Teguh Kurniawan3)


1) Student of Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta
2) 3) Lecturer of Nursing Studies Program STIKes Kusuma Husada
Surakarta
abdulghoni.nurse@gmail.com

Abstract

Asthma attacks the airways, the lungs will become narrowed and filled with
sticky fluid produced by the inner wall that causes airways to narrow and reduce
the flow of air outflow into the lungs. Asthmatics generally come to the polyclinic
on average 1-3 times a month when asthma relapses and is only given
pharmacological drugs by doctors. Many asthma sufferers who have not been
able to control asthma, asthma can be controlled with non-pharmacological
therapy that is the Asthma workout Indonesia (SAI). The purpose of this study was
to determine whether there is any effect of SAI on the control of asthma in
asthmatic patients.
This research uses Pre-Experiment with pretest and posttest design Without
Control approach. Sampling technique in this research is Purposive sampling
with the number of respondents as much as 32 people. Pre-test and post-test
observation sheets used is the Asthma Control Test (ACT) questionnaire.
The results describe the control of asthma before and after the SAI, the
average value of ACT Pre Test 18.34 with standard deviation 4.527 and the
average value of ACT Post Test 20.56 with standard deviation 3.671. After
Wilcoxon Signed Test analysis obtained p = 0,000 (p <0.05) there is influence of
SAI to control asthma in asthma patient at BBKPM Surakarta.

Keywords: Asthma, Asthma workout Indonesia, Asthma Control


References: 66 (2004- 2017)

1
1. PENDAHULUAN sebanyak 10.393 kasus (Dinkes Jateng,
Asma menyerang saluran napas, paru 2013).
paru akan mengalami penyempitan dan terisi Di Surakarta pelayanan kesehatan
dengan cairan lengket yang diproduksi oleh khusus paru berada di Balai Besar Kesehatan
dinding bagian dalam yang menyebabkan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Pada
jalan udara menyempit dan mengurangi tahun 2016 di BBKPM Surakarta, pasien
aliran keluar masuknya udara ke paru-paru asma di rawat jalan dengan jumlah
(Depkes, 2008). Pada asma kambuhan sering kunjungan sebanyak 653 pasien (Rekam
terjadi batuk-batuk pada pagi, siang, dan Medis BBKPM Surakarta, 2016) dan pada
malam hari, sesak napas, bunyi saat bernapas tahun 2017 (1 Januari–4 Desember 2017)
(wheezing atau ”ngik..ngik..”), rasa tertekan mengalami peningkatan jumlah kunjungan
di dada, dan gangguan tidur karena batuk sebanyak 1351 pasien (Rekam Medis
atau sesak napas (Perhimpunan Dokter Paru BBKPM Surakarta, 2017).
Indonesia, 2011). Asma relatif memiliki Asma perlu mendapat perhatian karena
tingkat kematian yang rendah dibandingkan penyakit asma dapat menurunkan
dengan penyakit kronis lainnya, namun produktivitas bagi penderita. Apabila tidak
demikian sedikitnya ratusan ribu orang dicegah dan ditangani dengan baik, maka
meninggal karena asma pada tahun 2005. akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa
Banyaknya penderita asma yang meninggal akan datang. Asma mempunyai fatalitas yang
dunia, dikarenakan oleh kontrol asma yang rendah, namun apabila asma tidak terkontrol
kurang atau kontrol asma yang buruk akan menyebabkan individu mempunyai
(Depkes, 2008). keterbatasan dalam melakukan aktivitas
WHO memperkirakan 100-150 juta sehari-hari. Global Initiative For Asthma
penduduk dunia saat ini terkena penyakit (GINA) membuat pedoman penatalaksanaan
asma dan diperkirakan akan mengalami asma yang bertujuan untuk mencapai asma
penambahan 180.000 setiap tahunnya. yang terkontrol. Laporan Global Initiative
(WHO, 2013). Global Initiative for Asthma For Asthma (GINA) hingga tahun 2006 juga
(GINA) menyatakan jumlah penderita asma menitikberatkan pada kontrol asma dan
tersebut dapat diperkirakan akan bertambah bukan lagi pada tatalaksana serangan akut
sebanyak 400 juta jiwa pada tahun 2025. (GINA, 2012).
Jumlah kematian di Asia Tenggara Penelitian di wilayah Asia Pasifik
berjumlah 107 juta jiwa. didapatkan data sebanyak 5% pasien asma
Berdasarkan data Riskesdas (2013), terkontrol penuh, 35% terkontrol sebagian,
pasien asma paling banyak dialami oleh 10% pasien menggunakan inhalasi steroid
golongan menengah kebawah dan terbawah untuk mengontrol asma dan 68% pasien
(tidak mampu), persentase untuk menengah menggunakan bronkodilator. Di Indonesia
kebawah sebanyak 4,7% dan terbawah 5,8%. belum didapatkan data yang pasti pasien
Prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi dengan kontrol asma. Penyakit asma sudah
Tengah (7,8%). Berdasarkan data Sistem lama diketahui namun saat ini pengobatan
Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia atau terapi yang diberikan hanya untuk
didapatkan bahwa angka kematian akibat mengendalikan gejala (Priyanto et al., 2009).
penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang Asma dapat dikendalikan dengan
(Depkes, 2014). Prevalensi kasus asma di pengelolaan yang dilakukan secara lengkap,
Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar tentunya membutuhkan suatu solusi agar
113.028 kasus mengalami penurunan bila penyakit asma bisa berkurang, tidak hanya
dibandingkan dengan tahun 2012 (140.026 dengan pemberian terapi farmakologis pada
kasus) dan tertinggi di Kota Surakarta penyakit asma antara lain bronkodilator,
antikolinergik, kortikosteroid, antihistamin,

2
sedasi, terapi cairan, terapi suportif dan di solo paragon. Selanjutnya berdasarkan
ekspektoran, tetapi juga menggunakan terapi hasil wawancara langsung 5 orang peserta
non farmakologis seperti senam aerobic, SAI, sebelum mengikuti senam pasien
senam asma, renang, latihan pernapasan merasakan sering terjadi kekambuhan asma,
buteyko, tarik nafas dalam maupun pursed sering terganggu aktivitas sehari-harinya,
lip breathing (Nastiti dkk, 2015). Latihan sering terbangun dimalam hari dan
fisik menyebabkan perbaikan kebugaran penggunaan obat pelega saat terjadi serangan
jasmani, mengurangi kependekan napas, sehingga perlu kontrol setiap minggunya,
mengurangi pengkonsumsian steroid hirup berbeda setelah mengikuti senam asma
pada pasien asma, mengurangi latihan fisik sedikit dapat dikontrol dan kekambuhan
dapat menyebabkan bronkospasme (Fanelli asma semakin jarang terjadi.
et al., 2007). Senam Asma Indonesia Berdasarkan latar belakang masalah
merupakan salah satu terapi non diatas, maka peneliti tertarik untuk
farmakologis untuk meningkatkan kebugaran melakukan penelitian pengaruh Senam Asma
fisik guna mengontrol gejala asma, Indonesia terhadap kontrol asma pada pasien
(Sundaru, 2008). asma di Balai Besar Kesehatan Paru
Yayasan Asma Indonesia (YAI) telah Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
merancang senam bagi peserta Klub Asma
yang disebut dengan Senam Asma Indonesia. 2. PELAKSANAAN
YAI telah membakukan bentuk senam bagi a. Lokasi dan Waktu Penelitian
penderita asma yaitu pemanasan dan Tempat penelitian di BBKPM
peregangan (10-15 menit), latihan inti A dan Surakarta pada bulan April-Mei 2018.
B (30 menit), aerobik (5 menit) serta b. Populasi dan sampel penelitian
pendinginan (5 menit). Tujuannya Populasi kunjungan pasien asma
meningkatkan kemampuan otot-otot yang periode April-Mei 2018 sebanyak 145
berkaitan dengan mekanisme pernapasan, pasien dan peserta klub SAI BBKPM
Surakarta 22 pasien, jadi total populasi
meningkatkan kapasitas serta menghasilkan
sebanyak 167 pasien. Pengambilan
manajemen kontrol asma yang baik sampel menggunakan metode purposive
(Supriyantoro, 2004). sampling. Besar sampel pada penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ini berjumlah 30 responden yang sudah
Nenden (2011) diperoleh kesimpulan bahwa memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
kegiatan senam asma Indonesia dapat yang ditetapkan oleh peneliti.
mengurangi frekuensi keluhan serangan Perhitungan besar sampel perlu
dipertimbangkan adanya sampel drop
asma pada penderita asma di wilayah kerja
out maka dikoreksi sebesar 10%
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Hal (Sastroasmoro & Ismael, 2010), pada
ini didukung pada penelitian Widjanegara, penelitian ini terdapat 1 responden Drop
dkk. (2015), pemberian pelatihan senam Out sehingga besar sampel pada
asma sebanyak tiga kali seminggu selama 8 penelitian ini adalah 32 responden.
minggu dapat menurunkan frekuensi
kekambuhan, meningkatkan saturasi oksigen 3. METODE PENELITIAN
dan kebugaran fisik pada penderita asma. Penelitian ini menggunakan jenis
Berdasarkan studi pendahuluan di penelitian kuantitatif, rancangan penelitian
BBKPM Surakarta pasien asma periode Pre-Eksperimental dengan pre test and post
April-Mei 2018 sebanyak 145 pasien dan test group design without control.
peserta klub SAI BBKPM Surakarta 22
pasien, jadi total populasi sebanyak 167
pasien. SAI dilaksanakan 1 kali seminggu di
BBKPM Surakarta, kecuali minggu pertama

3
4. HASIL DAN PEMBAHASAN masalah hormonal dan tingkat
a. Karakteristik responden aktivitas responden.
1) Jenis Kelamin 2) Usia
Tabel 1 Karakteristik Responden Tabel 2 Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin (n=32) Berdasarkan Usia (n=32)
Jenis Frekuensi Persentase mean St. range min maks
Kelamin (f) (%) deviasi
Laki-Laki 13 40,6 51,62 13,765 55 22 77
Perempuan 19 59,4
Jumlah 32 100% Tabel 2 menunjukkan bahwa
rata-rata usia subjek adalah 51,62
Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun, dengan rentang usia 55 tahun,
subjek dalam penelitian ini terdiri dari usia minimum 22 tahun, usia
subjek laki-laki sebanyak 13 orang maksimum 77 tahun dan standar
(40,6 %) dan Subjek perempuan lebih deviasinya 13,765.
mendominasi dengan total sebanyak Hasil ini sesuai dengan
19 orang (59,4 %) dari total penelitian Azizah (2011),
responden. menyebutkan semakin
Hal ini sesuai dengan penelitian bertambahnya usia terjadi
yang dilakukan Agustiningsih, dkk perubahan-perubahan pada seluruh
(2007), yang menyatakan bahwa lebih sistem tubuh salah satunya adalah
banyak perempuan, dikarenakan sistem pernapasan antara lain
seorang wanita lebih mudah terkena penurunan komplians paru dan
stress jika mengalami masalah dan dinding dada, adanya
memiliki kepribadian yang labil perubahan jaringan ikat paru,
dibandingkan pria yang cenderung perubahan pada otot kartilago dan
lebih tangguh, Hal ini yang memicu sendi thorax yang mengakibatkan
terjadinya serangan asma pada gerakan pernapasan terganggu. Hal
wanita. Hal ini sesuai penelitian ini didukung dengan pernyataan
terdahulu yang menyatakan bahwa Nurdiansyah (2013) bahwa
kecenderungan asma lebih sering perubahan faal terjadi perlahan-
terjadi pada perempuan disebabkan lahan sesuai dengan pertambahan
oleh fluktuasi kadar hormone dan usia.
juga berkaitan dengan masa Menurut Nurdiansyah (2013)
menopause dimana terjadi penurunan bahwa sebelum usia 14 tahun
level hormon esterogen yang prevalensi asma pada anak laki-laki
menurunkan fungsi organ tubuh 1,5-2 kali dibanding anak
termasuk paru, sehingga perempuan, tetapi menjelang
menyebabkan rentan terhadap dewasa perbandingan tersebut lebih
penyakit pernafasan, salah satunya kurang sama dan pada masa
asma (Haq, 2010). menopause perempuan lebih
Berdasarkan hasil penelitian banyak. Pada wanita dewasa mudah
yang telah dlakukan selaras dengan terserang asma, oleh karena selain
hasil penelitian terdahulu dan sesuai masalah hormonal, wanita juga
dengan teori, dapat ditarik kesimpulan lebih rentan terserang stres.
bahwa serangan asma mayoritas
terjadi pada perempuan dikarenakan

4
3) Pekerjaan Tabel 4 menunjukkan bahwa
Tabel 3 Karakteristik Responden mayoritas responden tidak merokok
Berdasarkan Pekerjaan (n=32) sebanyak 31 orang (96,9%). Hal ini
Pekerjaan F % didukung dengan hasil penelitian
Petani 2 6,2 Nursalam (2013) yang menyatakan
Pedagang 3 9,4 bahwa budaya merokok pada pria
Swasta 10 31,2 juga sulit dihindari, dengan berbagai
PNS 3 9,4 alasan pribadi. Maka dari itu, untuk
Pensiunan 4 12,5 menciptakan kondisi lingkungan yang
Lain-lain (IRT) 10 31,2 bebas asap rokok bukanlah hal yang
Jumlah 32 100% mudah, walaupun penderita asma
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak merokok. Perokok pasif bahkan
mayoritas pekerjaan responden terdiri menghirup bahan kimia yang lebih
dari pegawai swasta 10 orang (31,2%) berbahaya dari perokok itu sendiri,
dan pekerjaan lain-lain (Ibu Rumah karena sidestream smoke (asap yang
Tangga) 10 orang (31,2%) dari total berasal dari ujung batang rokok yang
semua responden. terbakar) lebih berbahaya
Menurut Nurdiansyah (2013), dibandingkan asap yang dihirup oleh
tingginya angka kejadian asma pada perokok. Asap rokok sangat cepat
pasien yang bekerja disebabkan oleh memicu serangan asma, dan juga
lingkungan kerja yang tidak terbebas dapat meningkatkan frekuensi
dari polusi udara dan asap rokok serta terjadinya serangan asma.
bahan-bahan iritasi lainnya. Hal ini Menurut Bararah (2013) pada
didukung dengan hasil penelitian penderita asma akan menurunkan
Hostiadi (2015) yang menyatakan kualitas hidup dan menimbulkan
Pasien asma bronkial yang pernah kematian terutama pada perokok aktif
berobat di Poli Paru RSD dr. jika eksaserbasi asma berat terjadi,
Soebandi Jember pasien yang dimana penderita akan mengalami
berprofesi sebagai ibu rumah tangga obstruksi kronis akibatnya kebutuhan
sebanyak 10 orang (33,3%), tubuh akan oksigen tidak tercukupi
pekerjaan ini dapat mempengaruhi sehingga megalami sesak napas atau
orang yang memiliki asma yang di mengalami pola pernapasan yang
sebabkan karena pemicu yang tidak efektif.
terdapat di lingkungan tersebut. 5) Berat Badan
Dalam hal ini misalnya ibu rumah Tabel 5 Karakteristik Responden
tangga yang berpaparan dengan Berdasarkan Berat Badan (n=32)
bumbu dapur, debu, dan hal lainnya. Mean Std Range Min Maks
4) Kebiasaan Merokok deviasi
Tabel 4 Karakteristik Responden 56,28 12,606 57 33 90
Berdasarkan Kebiasaan Merokok (n- Tabel 5 menunjukkan bahwa, rata-
32) rata berat badan 56,28 Kg dengan
Kebiasaan Persentase rentang 57, berat badan minimum 33
Frekuensi
Merokok (%) kg, berat badan maksimum 90 Kg, dan
Ya 1 3,1 standar deviasinya 12,606. Berat badan
Tidak 31 96,9 adalah ukuran tubuh yang lazim yang
Jumlah 32 100% ditimbang dalam keadaan berpakaian
minimal untuk menilai suatu gizi. Berat
badan merupakan salah satu parameter

5
yang memberikan gambaran massa memerlukan bantuan medis atau harus di
tubuh terhadap diagnosis asma, untuk bawa ke unit gawat darurat di rumah sakit.
menilai Indeks Massa Tubuh yang ideal Meski jarang dilaporkan asma dapat
ataupun tidak ideal. Aktifitas fisik tidak menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan
hanya dilakukan pada saat latihan saja hasil penelitian yang didapat didukung oleh
tetapi juga aktifitas yang dilakukan teori Widianti & Proverawati, (2010) senam
sehari-hari. SAI mempunyai peranan asma merupakan suatu jenis terapi latihan
yang sangat penting untuk membantu yang dilakukan secara kelompok (excercise
tercapainya kondisi fisik yang ideal, group) yang melibatkan aktifitas gerakan
dengan cara memberikan latihan- tubuh atau merupakan suatu kegiatan yang
latihan kondisi fisik bagi peserta SAI, membantu proses rehabilitasi pernafasan pada
karena kondisi fisik merupakan salah penderita asma, melakukan senam asma
satu komponen untuk membantu secara rutin dapat meningkatkan kekuatan
tercapainya pernapasan yang regular otot-otot pernafasan, meningkatkan kapasitas
dan pengaturan pernapasan yang baik serta efisiensi dalam proses respirasi.
dalam olahraga. Asma dapat c. Gambaran Kontrol Asma Sesudah diberikan
menyerang pada semua usia maupun Senam Asma Indonesia Pada Pasien Asma di
berat badan yang kurus, ideal maupun BBKPM Surakarta
kegemukan, asma disebabkan karena Tabel 7 Gambaran Kontrol Asma Sesudah
faktor psikologik, biologik dan diberikan Senam Asma Indonesia
stressor psikososial. Pada Pasien Asma di BBKPM
Hal ini sesuai dengan hasil Surakarta (n=32)
peneitian Hostiadi (2015) yang N Mean Std Min Maks
menyatakan bahwa frekuensi Deviasi
kekambuhan sesak napas sebanyak 3 Post 32 20,56 3,671 13 25
kali sehari dialami oleh pasien dengan Test
tingkat BMI obesitas maupun kurus, Tabel 7 menunjukkan bahwa, rata-rata
yang mengalami kekambuhan sesak hasil Post Test 20,56, minimum 13,
napas sebanyak 1 kali. Hal ini maksimum 25, dan standar deviasinya 3,671.
dikarenakan kondisi psikologis, tingkat Hal ini dapat dikatakan adanya
hormonal dan tingkat stress pasien. peningkatan nilai kontrol asma ACT dari nilai
b. Gambaran Kontrol Asma Sebelum diberikan yang mula-mula subjek tidak dapat
Senam Asma Indonesia Pada Pasien Asma di mengntrol gejala dan serangan asma menjadi
BBKPM Surakarta terkontrol sedang. Hal ini sesuai dengan hasil
Tabel 6 Gambaran Kontrol Asma Sebelum penelitian Widjanegara (2015) yang
diberikan Senam Asma Indonesia menyatakan bahwa pada kelompok perlakuan
Pada Pasien Asma di BBKPM mengalami penurunan kekambuhan,
Surakarta (n=32) terkontrol baik dan mengalami penurunan
N Mean Std Min Maks kekambuhan tidak terkontrol. Presetyo (2010)
Deviasi mengatakan Senam asma sesuai dengan
Pre 32 18,34 4,527 8 25 namanya merupakan terapi terhadap penyakit
Test asma. Program terapi latihan atau fisioterapi
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata yang umumnya dilakukan dengan gerakan
hasil Pre Test 18,34, minimum 8, maksimum senam asma ini adalah latihan pernafasan.
25, dan standar deviasinya 4,527. Menurut Latihan pernafasan (breathing exercise)
Oemiati (2007) asma yang tidak terkontrol berbeda dengan gymnastik respirasi,
dapat menyebabkan gejala bertambah meskipun didalamnya juga terdapat latihan-
beratnya asma, sehingga penderita

6
latihan yang bertujuan memperbaiki kapasitas serta efisiensi dalam proses
kelenturan rongga dada serta diafragma. respirasi (Supriyantoro 2004).
d. Pengaruh Senam Asma Indonesia terhadap Menurut Elyani (2012), Senam Asma
Kontrol Asma Pada Pasien Asma Di BBKPM Indonesia merupakan rangkaian senam asma
Surakarta untuk melatih dan memperkuat otot-otot
1) Uji Normalitas pernapasan agar penderita asma lebih
Tabel 8 Uji Normalitas Data Dengan mudah melakukan respirasi dan ekspetorasi.
Shapiro-Wilk Senam Asma pada intinya adalah
SAI Nilai p Keterangan meningkatkan kebugaran tubuh dan
Pre Test 0,213 Normal kemampuan otot-otot pernapasan serta
Post Test 0,002 Tidak normal kemampuan bernafas secara menyeluruh
Berdasarkan tabel 4.8, uji normalitas yang kemudian akan mengarah pada
data hasil pre test sebelum diberikan penurunan frekuensi serangan asma.
Senam Asma Indonesia (p = 0,213) Latihan (exercise) mempunyai hubungan
berdistribusi normal karena nilai p>0,05, timbal balik dengan respirasi. Bila
dan hasil post test setelah diberikan Senam seseorang melakukan senam asma yang
Asma Indonesia (p = 0,002) berdistribusi teratur sehingga ia menjadi seseorang yang
tidak normal karena nilai p < 0,05, terlatih, maka akan terjadi peningkatan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efisiensi sistem pernapasan. Senam asma
salah satu yang sebaran datanya tidak juga akan meningkatkan kerja otot termasuk
normal maka data tersebut berdistribusi otot pernapasan. Senam asma yang teratur
tidak normal. akan meningkatkan kesegaran jasmani, yaitu
2) Uji Non Parametrik kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian
Tabel 9 Uji Non Parametrik Dengan terhadap beban fisik yang diberikan
Wilcoxon Sign Test kepadanya berupa kerja yang dilakukan
Senam sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan
Asma Nilai p Keterangan yang berlebihan, karena kapasitas difusi
Indonesia orang yang terlatih lebih besar dari orang
Sebelum yang tidak terlatih (Soedarto, 2012).
dan Setelah 0,000 p<0,05 Perubahan sistem respirasi yang terjadi
senam akibat latihan diantaranya, bertambahnya
Tabel 9 uji non parametrik dengan ventilasi semenit sebagai akibat
menggunakan uji Wilcoxon Sign Test bertambahnya volume tidal dan frekuensi
data hasil sebelum dan sesudah diberikan nafas, terjadinya peningkatan efisiensi
Senam Asma Indonesia menunjukkan ventilasi, yaitu jumlah udara yang ikut
nilai p = 0,000 (p<0,05) dikatakan ada berventilasi pada tingkat konsumsi O2 yang
pengaruh Senam Asma Indonesia sama akan lebih rendah pada orang yang
terhadap kontrol asma pasien asma di terlatih. Otot rangka yang aktif mendapat
BBKPM Surakarta. O2 lebih banyak dari otot pernapasan, dan
Hasil ini menunjukkan bahwa SAI volume paru lebih besar pada orang yang
memiliki manfaat bagi penderita asma terlatih (Rengganis, 2008).
diantaranya pengurangan frekuensi
serangan, pengurangan pemakaian obat, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
gejala asma menjadi ringan hal ini oleh a. Kesimpulan
karena senam dapat meningkatkan 1) Karakteristik penderita asma
kemampuan otot yang berkaitan dengan berdasarkan jenis kelamin lebih
mekanisme pernapasan, meningkatkan banyak pada perempuan dengan
jumlah 19 orang (59,4 %), usia rata-

7
ratanya pada 51,62 tahun, pekerjaan maupun peningkatan ekspansi paru-
penderita asma terjadi pada IRT dan paru
pegawai swasta dengan jumlah 4) Bagi Institusi Pendidikan
masing-masing 10 orang (31,2%), Hasil penelitian ini dapat
untuk kebiasaan tidak merokok dijadikan sebagai salah satu rujukan
terdapat 31 orang (96,9%), serta dalam pengembangan penelitian
rata-rata berat badan 56,28 Kg tentang SAI terhadap kontrol asma
dengan standar deviasi 12,606. pada penderita asma sehingga
2) Rata-rata nilai kontrol asma sebelum pengembangan teknik pernapasan
diberikan SAI 18,34 dengan standar tersebut dapat digunakan sebagai
deviasi 4,527. bahan ajar terapi non-farmakologi.
3) Rata-rata nilai kontrol asma sesudah 5) Bagi Rumah Sakit
diberikan SAI 20,56 dengan standar Hasil penelitian ini dapat
deviasi 3,671. dijadikan acuan rumah sakit untuk
4) Terdapat pengaruh Senam Asma menjadikan SAI sebagai prosedur
Indonesia terhadap kontrol asma tetap dalam penatalaksanaan latihan
pada pasien asma di BBKPM napas pada pasien gangguan
Surakarta dengan nilai P=0,000 pernapasan.
(P<0,05).
b. Saran 6. REFERENSI
1) Bagi Pasien Asma dan Masyarakat Agustiningsih, Denny dkk. (2007). Latihan
Masyarakat yang telah Pernapasan Dengan Metode
mengetahui fungsi dan manfaat dari Buteyko Meningkatkan Nilai
SAI diharapkan dapat diaplikasikan Force Expiratory Volume In 1
dalam kehidupan sehari-hari dan Second (%Fev1) Penderita Asma
menjadikan SAI sebagai salah satu Dewasa Derajat Persisten Sedang.
pilihan latihan pernapasan untuk
memperbaiki pola pernapasan dan Azizah M.A,. (2011). Keperawatan Lanjut
meningkatkan kontrol asma Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
2) Bagi Perawat dan Tenaga dan Bararah, Taqiyyah Jauhar M. (2013). Asuhan
Kesehatan Lainnya Keperawatan Panduan Lengkap
Hasil penelitian ini dapat Menjadi Perawat Profesional.
dijadikan referensi tambahan bagi Jakarta: Prestasi Pustakarya
petugas kesehatan untuk
memberikan edukasi kepada pasien Depkes R.I., (2008). Profil Kesehatan
asma sehingga dapat memperbaiki Indonesia. Jakarta
buruknya kontrol asma pasien asma
3) Bagi Peneliti Selanjutnya Depkes R.I., (2014). Profil Kesehatan
Diharapkan kepada peneliti Indonesia. Jakarta
selanjutnya dapat meneliti SAI
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi
pada pasien asma dengan gangguan
Penelitian Keperawatan: Panduan
pola pernapasan akibat penyakit
Melaksanakan dan Menerapkan
paru lainnya seperti PPOK,
Hasil Peneitian. Jakarta: Trans
bronkhitis, dan emfisema serta dapat
Info Media
mengembangkan penelitian ini lebih
lanjut, untuk mengendalikan Dinkes Jateng. (2013). Profil Kesehatan
serangan asma, serangan cemas Provinsi Jawa Tengah Tahun

8
2013. Diakses Pada Tanggal 7 Pasien Asma Di Puskesmas
November 2017 Di Bandarharjo, Semarang, (Http://
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resour
ces/Download/Profil/Profil_Kes_P Nurdiansyah, (2013). Pengaruh Tekhnik
rovinsi_2013/13_Prov_Jateng_201 Pernapasan Buteyko terhadap
3.Pdf Penurunan Gejala Pasien Asma
Kota Tangerang Selatan. Diakses
Elyana, Nur, (2012), Prosedur Gerakan Senam pada 21 Juni 2018
Asma, Yogyakarta: Javalitera. www.googlescolar.com
Sumber:http://skolenforoverskud.d
Fanelli A, Cabral AL, Neder JA, And Martins k/Artikler%20%20Buteyko/Compl
MA, Carvalho CR. (2007). ementary-Therapies-in-
Exercise Training On Disease Medicine.pdf.
Control And Quality Of Life In
Asthmatic Children. Med Sci Nursalam, (2013). Konsep Dan Penerapan
Sports Exerc. 2007 Metodologi Penelitian Ilmu
Sep;39(9):1474-80 Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis Dan Instrumen Penelitian
Global Initiative For Asthma (GINA). (2012). Keperawatan. Jakarta: Salemba
“Global Strategy For Asthma Medika
Management And Prevention.”
Sumber: Oemiati, R. (2007). Faktor-faktor Yang
Http://In.Bgu.Ac.Il/En/Fohs/Com Berhubungan Dengan Asma
munityhealth/Family/Documents/ Indonesia.
ASTHMA%20%20GINA%20%20 Media Litbang Kesehatan Volume
%20Asthma-Control-General- XX nomor 1 Tahun 2010.
Practiceguidelines-2012.Pdf.
Diakses Pada Tanggal 7 Januari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2011).
2017||13.30WIB. ASMA Pedoman Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Di Indonesia,
Haq RK. (2010). Hubungan Tingkat Kecemasan Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru
Dengan Serangan Asma Pada Indonesia.
Penderita Asma Bronkial Di BP4
Semarang. Jurnal KesMaDaSka, 1 Prasetyo, B. (2010). Seputar Masalah Asma.
(1) : 26-33. Jogjakarta: Penerbit Diva Press.

Hostiadi, Michael, dkk. (2015). “Hubungan Priyanto H. (2009). Studi Perilaku Mengontrol
Antara Tingkat Kecemasan Asma Dan Fungsi Paru Pada
Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Asma Yang Tidak Berobat
Keluhan Sesak Napas Pada Pasien Teratur Ke Rumah Sakit
Asma Bronkial Di SMF Paru RSD Persahabatan. Tesis Dept.
DR. Soebandi Jember”. Pulmunologi Dan Ilmu
Skipsi.RSD DR. Soebandi Jember Kedokteran Respirologi FKUI

Nastiti Dkk. (2015). Respirologi Anak. Rengganis, I. (2008). Diagnosis Dan


Jakarta:IDAI Tatalaksana Asma Bronkial.
Majalah Kedokteran Indonesia
Nenden, Meilasari (2011). Pengaruh Frekuensi Vol 58 No 11 Nov
Senam Asma Indonesia Terhadap
Keluhan Serangan Asma Pada

9
Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar. Yayasan Asma Indonesia. (2004). Senam Asma
Diakses 27 November 2017. Indonesia Revisi 2003. Jakarta:
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resour Yayasan Asma Indonesia FKUI.
ces/Download/General/Hasil%20R
iskesdas%202013.Pdf

RM BBKPM Surakarta. (2016). Prevalensi


Kejadian Asma di BBKPM
Surakarta

RM BBKPM Surakarta. (2017). Prevalensi


Kejadian Asma di BBKPM
Surakarta

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 2010.


Dasar Dasar Metodologi
Penelitian Klinis Edisi Ketiga. In :
Pemilihan Subjek Penelitian Dan
Desain Penelitian. Jakarta :
Sagung Seto

Soedarto (2012). Alergi Dan Penyakit Sistem


Imun : Allergy & Immune
Systemic Diseases. Jakarta:
Sagung Seto

Sundaru, Heru. (2007). ASMA: Apa Dan


Bagaimana Pengobatannya? Edisi
IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Widjanegara, Dkk. (2015). Senam Asma Dapat


Mengurangi
Kekambuhan,Meningkatkan
Saturasi Oksigen Dan Kebugaran
Fisik Pada Penderita Asma Di
Poliklinik Paru RSUD Wangaya
Denpasar. Denpasar : Volume 3,
No.2 : 79 - 89, Agustus 2015

World Health Organization. (2013). World


Health Statistics 2013. Diakses
Pada Tanggal 20 November 2017
Di
Http://Apps.Who.Int/Iris/Bitstream
/10665/81965/1/9789241564588_
Eng.Pdf

10

Anda mungkin juga menyukai