Anda di halaman 1dari 16

PTK Kimia

CONTOH PTK KIMIA


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA XI IPA SMAN 1 BAREGBEG PADA MATA PELAJARAN KIMIA

MAKALAH

Disusun oleh:

Nama :Rida Parida,S.Pd


NIP :197110141993012001

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 BAREGBEG
2009

HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA XI IPA SMAN 1 BAREGBEG PADA MATA PELAJARAN KIMIA

PENELITI
a. Peneliti : Rida Parida,S.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Pangkat / Gol / NIP : Guru Dewasa.I/IV.a/197110141993012001
d. Mata Pelajaran : Kimia
e. Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Baregbeg

LAMA PENELITIAN
Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu 1 bulan yaitu Oktober tahun 2009

Peneliti

Rida Parida,S.Pd

Kepala SMA Negeri 1 Baregbeg Kepala Perpustakaan


SMA Negeri 1 Baregbeg

Drs. H.Romli Syarif,M.M Drs.E.Jahrudin,M.Pd


NIP. 130818359 NIP.

Kata Pengantar
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat , taufik dan hidayah-NYA
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian hingga menyelesaikan laporan ini.
Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan dari berbagai fihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepala SMA Negeri 1 Baregbeg yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengadakan
penelitian ini.
2. Para guru Kimia SMA Negeri 1 Baregbeg yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini
3. Para siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Baregbeg yang menjadi subjek penelitian ini dan berpartisipasi aktif
selama pelaksanaan tindakan.
4. semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini
Semoga amal baik semua pihak diatas mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Pada laporan penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya kemampuan peneliti, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan,
guna perbaikan kemudian
Ciamis, Oktober 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian
G. Definisi Istilah/Operasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar
B. Pembelajaran Kooperatif
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sasaran Penelitian
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
D. Prosedur Penelitian
F. Data dan Sumber Data
G. Analisis Data
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan
B. Uraian Data Tindakan
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif
oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan
mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah
dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan
pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta
kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik atau metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam
tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk
mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai
faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu.
Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah
salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.
Belajar Kimia memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi
yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi
pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1
Baregbeg terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa
siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka
secara klasikal rendah. Dari hasil refleksi awal diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang
dengan metode yang diterapkan guru selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka
merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dari refleksi awal didapat data sebagai
berikut: sebanyak 58,06% (18 orang) siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan
menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 64,51% (20 orang) siswa
menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini
diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab
rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 50% siswa mengatakan bahwa Kimia merupakan pelajaran yang
sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang
efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi Kimia . Guru sebagai fasilitator dituntut dapat
memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan
keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan
mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan
menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu
guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan
ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan
masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Student TeamAchievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di
samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan
siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu
teman (Ibrahim, 2000).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa XI IPA SMAN 1 Baregbeg pada mata Kimia .

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1
Baregbeg pada mata Kimia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg pada mata Kimia .

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:


a. Guru
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan yang lain.

b. Siswa
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3. Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.

c. Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dikemukakan ruang lingkup
sebagai berikut:
1. Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan garis dan sudut
2. Variabel dalam penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPA
SMAN 1 Baregbeg.

G. Definisi Istilah/Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang


digunakan dalam penelitian ini, maka dibuat definisi beberapa istilah, sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikbud,
1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini diukur dari hasil tes ulangan harian.
2. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja sama dalam kelompok
belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap
kelompok harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberhasilan Proses Belajar

Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan mengajarkan
hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan
mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa
kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan,
melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai
tekhnik-tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain pikiran,
perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan
dalam pembelajaran siswa di SLTA. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum
(1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SLTA cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka
cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang
pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan
dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai
faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu.
Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah
salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan
tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk
menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran,
menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah pengembangan
pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara penyampaian informasi
dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).

B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam
pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai
satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai
kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa dalam
kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung
jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi
kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7)
siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Ibrahim, 2000):
1. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4. penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran,
yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-
konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi
tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang
berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
sama lain.
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).
3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka
pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif nampak pada Tabel 2.1 berikut (Corebima dkk., 2002):

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin
memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan
Ke dalam kelompok- membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

4. Landasan Teori dan Empirik


John Dewey (1916) mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang
dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya pemecahan masalah di dalam
kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi hari ke hari satu sama lain. Hebert
Thelan (1954, 1969) mengembangkan prosedur yang lebih cepat untuk membantu siswa bekerja dalam
kelompok. Kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-
masalah sosial dan antarpribadi (Nur dkk., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar
yang rendah, antara lain (Nur dkk., 2000):
1. meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
2. rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3. memperbaiki kehadiran
4. angka putus sekolah menjadi rendah
5. penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
6. perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
7. konflik antarpribadi berkurang
8. sikap apatis berkurang
9. pemahaman yang lebih mendalam
10. motivasi lebih besar
11. hasil belajar lebih tinggi
12. retensi lebih lama
13. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap
minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial,
kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis.
Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan
pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil),
sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi
kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya
secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar
sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah
penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang
menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat
guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok (Corebima dkk., 2002).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik
dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki
kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah
kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti
terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

C. Sasaran Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baregbeg kelas XI IPA dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang.
Kelas X.I IPA menjadi pilihan karena penulis mengajar di kelas ini dan prestasi belajar siswa tergolong rendah
dibandingkan dengan kelas XI yang lain. Dari hasil ulangan harian pertama diperoleh data bahwa siswa yang
tuntas belajar hanya 10 siswa (32,25%).

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2009 di kelas XI IPA SMAN 1
Baregbeg. Pelaksanaan berlangsung pada bulan September 2009 selama 8 jam pelajaran. Tiap jam pelajaran
berlangsung selama 45 menit.
E. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan
kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena peneliti bertindak sebagai perencana,
pelaksana dan pembuat laporan.
Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Perlu diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan tindakan adalah peneliti
sendiri, peneliti sebagai pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pembuat laporan hasil penelitian.

F. Data dan Sumber Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian siswa pada setiap akhir
siklus, dan data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber data adalah seluruh siswa yang
menjadi subjek penelitian yaitu kelas XI IPA yang berjumlah 31 orang merupakan sumber data secara
klasikal.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, LKS dan ulangan harian.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian akan
dianalisis sebagai berikut:

1. Lembar kerja siswa (LKS)


Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dalam kelompok
2. Analisis hasil ulangan harian
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar, dengan ketentuan
sebagai berikut (Depdikbud, 1994):
a. siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan soal tes;
b. secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan harian dari siklus 1
ke siklus berikutnya.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
A. Tahap Pendahuluan

Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas XI IPA
selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti mengadakan diskusi
secara khusus dengan guru-guru terutama guru Kimia . Kemudian peneliti memberikan angket siswa sebagai
refleksi awal yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan fokus masalah pada penelitian ini
Sebelum memaparkan hasil penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan disajikan data hasil refleksi awal
yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi awal tedapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Angket Siswa sebagai Refleksi Awal

Penilaian
No Aspek
Ya Tidak
1. Kimia merupakan pelajaran yang sulit 51,61% 48,39%

2. Guru pernah menggunakan model pembelajaran 0% 100%


kooperatif
3. Anda merasa senang dengan metode yang diterapkan 58,06% 41,94%
oleh guru anda selama ini
4. Anda merasa termotivasi untuk belajar saat guru anda 51,61% 48,39%
mengajar
5. Anda menginginkan adanya model pembelajaran 100% 0%
yang baru
6. Apakah anda puas dengan hasil ulangan harian yang 51,61% 48,39%
anda peroleh

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbegmenyatakan
Kimia merupakan pelajaran yang sulit (51,61%) dan 51,61% siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan
yang diperoleh. Siswa merasa jenuh dengan metode mengajar yang selama ini diterapkan. Semua siswa (100%)
menginginkan adanya variasi model pembelajaran, dan siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan
metode yang selama ini diterapkan.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya. Dari nilai ulangan
harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar. Pembentukan kelompok bertujuan
untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar dalam kelompok-kelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Setelah itu peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran siklus 1. Langkah yang ditempuh dalam
menyusun perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut: menyusun rencanapelajaran, membuat kartu soal),
dan kunci jawaban Sesuai jadwal pembelajaran pada SMAN 1 Baregbeg yang mengacu pada Kurikulum KTSP,
pengumpulan data dimulai bulan September2009. Alokasi waktu untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.
B. Uraian Data Tindakan

1. Siklus 1
Pada siklus 1 terdiri dari 2 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 1 terdiri dari:
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran (RP), dan instrumen penelitian seperti lembar
observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban.
2. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, alat tulis, dan kertas.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 1 kali pertemuan.. yang berlangsung selama
2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru membuka
pelajaran dan mengecek pengetahuan awal siswa tentang Laju Reaksi. Kegiatan pendahuluan ini berlangsung
selama 10 menit.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajarkemudian
membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa membaca LKS atau buku yang relevan.
Pada saat pembentukan kelompok siswa agak ribut dan ramai. Guru melakukan presentasi kelas dilanjutkan
dengan tanya jawab dan meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
mengerjakan dalam buku LKS. Ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Guru membimbing
masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1 dan 2. Ada satu atau dua siswa pada
masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Guru
meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan meminta kelompok lain
menanggapinya. Guru meminta masing-masing kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Kemudian silanjutkan
ssdengan post test. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya
jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi tugas untuk dikerjakan
dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.

c. Observasi
Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh peneliti. Pada siklus 1 ini tidak semua siswa
antusias mengikuti pelajaran. Hasil ulangan harian siswa juga belum menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan. Ketuntasan klasikal mencapai 54,83% dengan rata-rata 64,61.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan memenuhi seluruh aspek
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan kurang
membimbing seluruh kelompok dalamkegiatan kelompok sehingga tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan
kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus
berikutnya guru tampil dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi bimbingan yang merata pada semua
kelompok sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara aktif
dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu diperbaiki untuk rencana
tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa aktif mengerjakan
kegiatan dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing
kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Untuk mengantisipasi
agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka bimbingan guru harus menyeluruh pada semua
kelompok dan diharapkan terjadi pembagian tugas yang merata antaranggota kelompok.

2. Siklus 2
Pada siklus 2 terdiri dari 3 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 2 terdiri dari:
a. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
1. Menyusun rencana pelajaran .
2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian, kunci jawaban
3. Menyiapkan media pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 1 kali pertemuan. yang berlangsung selama
2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru mengecek
pengetahuan awal siswa tentang cara menentukan konsentrasi larutan. Guru menulis tujuan pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10menit.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing. Siswa tertib
dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa melakukan percobaan dalam kelompok..
Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa dalam
kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas agar semua
siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun jawaban. Guru membimbing siswa
dalam mengerjakan kegiatan percobaan tersebut dan berusaha membimbing semua kelompok. Semua siswa
dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain
menanggapinya. Dilanjutkan dengan test akhir secara individu. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
Pada kegiatan penutup guru. bersama dengan siswa membuat kesimpulan,
kemudian memberikan tugas berupa laporan praktikum. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
c. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan dan penilaian terhadap
siswa.. Dalam kegiatan pembelajaran, guru telah memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif. Hal ini
terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Guru telah melakukan bimbingan
yang menyeluruh pada semua kelompok. Hasil ulangan harian mencapai rata-rata 71,42 dengan ketuntasan
klasikal 74,19%.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif selama siklus 2 berlangsung, diperoleh data bahwa guru
telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut.

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Ulangan Harian pada Siklus 1 dan 2

BAB V
PEMBAHASAN
Pengelolaan Pembelajaran kooperatif pada siklus 1 belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Terlihat siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas mereka dalam pembelajaran
kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa
bersifat pasif. Hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja
kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada rencana pembelajaran tidak
tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok
sehingga waktu yang tersedia tidak cukup.
Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah bisa
beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan
bimbingan guru merata pada semua siswa. Hanya sebagian kecil saja siswa yang terlihat pasif dalam kegiatan
pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Pengaturan waktu sudah sangat
baik sehingga KBM berjalan sesuai skenario. Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang
menghambat kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang
dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik sehingga dapat
dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif.
Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, baik dari persentase ketuntasan klasikal
maupun rata-rata kelas. Kenaikan tersebut sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan 6,81 untuk rata-rata
kelas. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran kooperatif telah berlangsung secara
efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa
pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Didukung oleh pendapat
Nur dkk. (2000) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara
lain meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran,
angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih
mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Baregbeg meningkat. Terutama
adanya penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah
memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat
Nur (2001) bahwa salah satu cara memunculkan motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif,
dengan mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk
membangun.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X.I IPA
SMAN 1 Baregbeg
2. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh adalah sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan 6,81 untuk
rata-rata kelas.

B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan inovasi pembelajaran di
kelas.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe paling sederhana. Untuk itu pembelajaran kooperatif dapat
dikembangkan dengan menggunakan tipe-tipe lain yang sesuai.
3. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bisa dikembangkan alat penghargaan yang lain yang lebih
menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Adun Rusyana, Drs,M.Pd, 2003, Prinsip-prinsip Pembelajaran, Aris Family Publiser, Ciamis

Roestiya, 1990, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ulihbukit Karo-karo dkk,Ign,1981, Metodologi Pengajaran, CV Saudara, Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul Lesetimbangan
    Modul Lesetimbangan
    Dokumen31 halaman
    Modul Lesetimbangan
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    0% (1)
  • UKBM KD 311 Makromolekul OK
    UKBM KD 311 Makromolekul OK
    Dokumen17 halaman
    UKBM KD 311 Makromolekul OK
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • Kimia
    Kimia
    Dokumen30 halaman
    Kimia
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • Kimia
    Kimia
    Dokumen18 halaman
    Kimia
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • Elektrokimia
    Elektrokimia
    Dokumen8 halaman
    Elektrokimia
    Ichi YuRuna
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar SKL
    Bahan Ajar SKL
    Dokumen31 halaman
    Bahan Ajar SKL
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • Ukbm - Kim - 3.11 4.11 2 2 2
    Ukbm - Kim - 3.11 4.11 2 2 2
    Dokumen12 halaman
    Ukbm - Kim - 3.11 4.11 2 2 2
    Sonia hadjaweo
    Belum ada peringkat
  • Soal Kimia Larutan Penyangga
    Soal Kimia Larutan Penyangga
    Dokumen11 halaman
    Soal Kimia Larutan Penyangga
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • (PDF) Makalah Strategi Pembelajaran Kimia
    (PDF) Makalah Strategi Pembelajaran Kimia
    Dokumen25 halaman
    (PDF) Makalah Strategi Pembelajaran Kimia
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    0% (1)
  • Bahan Ajar SKL
    Bahan Ajar SKL
    Dokumen31 halaman
    Bahan Ajar SKL
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • 09 Soal Kimia - Ipa
    09 Soal Kimia - Ipa
    Dokumen9 halaman
    09 Soal Kimia - Ipa
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    100% (1)
  • Modul Termokimia Xi Mia Sman 30
    Modul Termokimia Xi Mia Sman 30
    Dokumen27 halaman
    Modul Termokimia Xi Mia Sman 30
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    100% (1)
  • Elektron Valensi
    Elektron Valensi
    Dokumen13 halaman
    Elektron Valensi
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • Proposal PTK Laju Reaksi
    Proposal PTK Laju Reaksi
    Dokumen26 halaman
    Proposal PTK Laju Reaksi
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • 298 Cover PDF
    298 Cover PDF
    Dokumen24 halaman
    298 Cover PDF
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • 125 Soal Latihan Ukg Paedagogik & Kunci Jawaban
    125 Soal Latihan Ukg Paedagogik & Kunci Jawaban
    Dokumen16 halaman
    125 Soal Latihan Ukg Paedagogik & Kunci Jawaban
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    0% (1)
  • PTK Kimia
    PTK Kimia
    Dokumen198 halaman
    PTK Kimia
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    Belum ada peringkat
  • PTK Kimia Hidrokarbon 2
    PTK Kimia Hidrokarbon 2
    Dokumen121 halaman
    PTK Kimia Hidrokarbon 2
    ꓰꓡꓡꓰꓠ-ꓓꓰꓖꓰꓠꓰꓣꓰꓢꓢ.
    100% (2)