PENDAHULUAN
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi
yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang
berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya
hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus
dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan
membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi
keperawatan mampu memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai
profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu
asuhan dan pelayanan keperawatan.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000)
menyimpulkan bahwa model PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang
merupakan inti dari model PKP, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan dan sistem kompensasi dan penghargaan.
1
2
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Tujuan
a. Pengertian
3
4
b. Tujuan
c. Kelebihan
d. Kekurangan
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Kelebihan
d. Kekurangan
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan,supervisi, dan evaluasi.
3) Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
1) Perencanaan
1. Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing
2. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat,transisi,
dan persiapan pulang bersama ketua tim.
7
2) Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan
2. Merumuskan tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
6. Mengatur dan mngendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim.
8
3) Pengarahan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Askep pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Meningkatkan kaloborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
1. Melalui komunikasi :
a. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung dilakakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat ini juga.
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftra hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
9
Kepala ruang
c. Kelebihan
1. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus
menerus oleh ahlinya.
2. Komunikasi antara perawat – pasien dan dokter dengan anggota staf
lainnya berlangsung terus menerus.
3. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang
menjadi wewenangnya
d. Kekurangan
1. Perawat profesional banyak menghabiskan waktu untuk
melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang tidak trampil
2. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana
karena kurangnya waktu
3. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena
kurangnya komunikasi
4. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shift atau hari
kehari karena perubahan dalam penugasan
5. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan asuhan selama 24 jam
a. Pengertian
b. Tujuan
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.
c. Kelebihan
d. Kekurangan
2. Ada otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga.
PP1 PP1
PA1 PA1
PA2 PA2
Pasien Pasien
Gambar Bagian Pengembangan MAKP PRIMER di ruang Bedah Mata kelas I &
II, Bedah G; dan R Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Perawat Primer
Pasien klien
Perawat Perawat
Perawat
pelaksana pelaksana jika
pelaksana
night di perlukan
evening
days
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara.
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan
dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002):
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala ruang rawat, juga Ners. Perawat Associate (PA) 21
orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan DE
Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim
pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah ini.
Kepala Ruang
PA PA PA PA
AA
PA AA
PA PA PA
AA
PA PA PA PA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies,
1989).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut. Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki
salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga memiliki 4 pilar
yang terdiri dari :
1) Pendekatan Manajemen Keperawatan
2) Sistem Penghargaan
3) Hubungan Profesional
4) Manajemen Asuhan Keperawatan
Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu:
1. Keterangan keperawatan
2. Metode Pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan dan
4. Dokumentasi keperawatan.
Model praktik Keperawatan Profesional terbagi menjadi :
1. Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda
dalam merawat setiap pasien.
2. Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidikan yang
berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien.
3. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab
memberi perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien
dalam satu unit sejak pasien masuk sampai pulang
15
4. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care).
5. Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.
3.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan
manajemen keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses
keperawatan, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara
optimal. Manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa
berpatisipasi secara aktif.Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar
memahami perbedaan kelima metode praktik keperawatan dan mampu
mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta tidak menjadikan
kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal