Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi
yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang
berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya
hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus
dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan
dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan
membicarakan tentang “Model Praktik Keperawatan Profesional”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi
keperawatan mampu memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai
profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu
asuhan dan pelayanan keperawatan.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000)
menyimpulkan bahwa model PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang
merupakan inti dari model PKP, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan dan sistem kompensasi dan penghargaan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional ?


2. Apa tujuan dari Model Praktik Keperawatan Profesional?
3. Apa saja jenis Model Praktik Keperawatan Profesional ?
4. Apa saja pengertian dari jenis-jenis Model Praktik Keperawatan
Profesional ?
5. Apa saja tujuan dari jenis-jenis Model Praktik Keperawatan Profesional ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis Model Praktik
Keperawatan Profesional ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk menjelaskan pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional.
2. Untuk menjelaskan tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional.
3. Untuk menjelaskan jenis Model Praktik Keperawatan Profesional.
4. Untuk menjelaskan apa pengertian dari jenis-jenis Model Praktik
Keperawatan Profesional ?
5. Untuk menjelaskan tujuan dari jenis-jenis Model Praktik Keperawatan
Profesional ?
6. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis Model
Praktik Keperawatan Profesional ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep model praktik keperawatan profesional

A. Pengertian

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

B. Tujuan

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui penataan sistem


pemberian asuhan keperawatan baik struktur, proses dan nilai-nilai yang
diyakini dalam pemberian asuhan keperawatan

2.2 Jenis model praktik keperawatan profesional

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian


asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

1. Metode Model Fungsional

a. Pengertian

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi


keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian
obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan,

3
4

observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini


didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya
ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan
yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab
langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang
bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang
pasien.

b. Tujuan

Tujuan metode ini adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan yang


dilakukan secara komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penugasan yang diberikan kepada primary nurse.

c. Kelebihan

1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.


2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang
tenaga keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan
selalu berulang-ulang dikerjakan.

d. Kekurangan

1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.


2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

2. Metode Model Tim

a. Pengertian

Metode model tim adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan


pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi
5

perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai


oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini
digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim.

b. Tujuan

Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan


keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan
anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena
kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim
seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya
(konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi
dalam pemberian asuhan keperawatan.

c. Kelebihan

1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.


2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty
dipertanggung jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem
penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan
professional.

d. Kekurangan

1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.


2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan
pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim.
6

e. Konsep metode tim

1) Ketua tim sebagai ketua perawatharus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim,
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model timakan
berhasil bila didukung kepala ruangan.
5) Peran kepala ruang penting

f. Tanggung jawab anggota tim

1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung


jawabnya.
2) Kerjasama dengan tim dan antartim.
3) Memberikan laporan.

g. Tanggung jawab ketua tim

1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan,supervisi, dan evaluasi.
3) Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.

h. Tanggung jawab kepala ruangan

1) Perencanaan
1. Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing
2. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat,transisi,
dan persiapan pulang bersama ketua tim.
7

4. Mngidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan


aktifitas dan kebutuhan klien ersama ketua tim mengatur
penugasa/penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mndiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Membimbing penerapan proses asuhan keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan.
c. Mengadakan diskusi dan pemecahan masalah.
d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk.
e. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
f. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
g. Menjaga terwujudnya visi dna misi keperawatan di Rumah
Sakit.

2) Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan
2. Merumuskan tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
6. Mengatur dan mngendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim.
8

9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus


administrasi pasien.
10. Mengatur penugasan jadwal pos
11. Dentifikasi masalah dan cara penanganan.

3) Pengarahan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Askep pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Meningkatkan kaloborasi dengan anggota tim lain.

4) Pengawasan
1. Melalui komunikasi :
a. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung dilakakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat ini juga.
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftra hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
9

keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar


laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi.
d. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.
e. Audit keperawatan.

Kepala ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Gambar Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


“Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998)

3. Metode Model Kasus


a. Pengertian
Pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini
dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian
tersebut secara umum.
b. Tujuan
Metoda kasus ini biasa digunakan pada unit perawatan yang
memerlukan keahlian keperawatan pada tingkat ahli, seperti pada unit
perawatan kritis atau ruang pemulihan setelah di anestesi.
10

c. Kelebihan
1. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus
menerus oleh ahlinya.
2. Komunikasi antara perawat – pasien dan dokter dengan anggota staf
lainnya berlangsung terus menerus.
3. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang
menjadi wewenangnya

d. Kekurangan
1. Perawat profesional banyak menghabiskan waktu untuk
melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang tidak trampil
2. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana
karena kurangnya waktu
3. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena
kurangnya komunikasi
4. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shift atau hari
kehari karena perubahan dalam penugasan
5. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan asuhan selama 24 jam

4. Metode Model Primer

a. Pengertian

Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan


keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan ,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah
tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan
keperawatan.
11

b. Tujuan
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.

c. Kelebihan

1. Perawat lebih memahami kasus per kasus


2. Sistam evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

d. Kekurangan

Belum dapatnya diindentifikasi perawat penanggung jawab. Perlu


tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.

e. Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:

1. Sebagai konsultan san pengendalian mutu perawat primer


2. Orientasi dan merencanakan kerjawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
assisten
4. Evaluasi kerja
5. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
6. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.

f. Ketenangan metode primer:

1. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”


2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
nonprofesional sebagai perawat asisten.

g. konsep dasar metode primer

1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


12

2. Ada otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga.

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP1 PP1

PA1 PA1
PA2 PA2

Pasien Pasien

Gambar Bagian Pengembangan MAKP PRIMER di ruang Bedah Mata kelas I &
II, Bedah G; dan R Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer
Pasien klien

Perawat Perawat
Perawat
pelaksana pelaksana jika
pelaksana
night di perlukan
evening
days

Gambar 10.5 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan “Primay Nursing” (Marqius


& Huston, 1998, p 141)
13

5. Metode Model Tim Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara.
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan
dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002):
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala ruang rawat, juga Ners. Perawat Associate (PA) 21
orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan DE
Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim
pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah ini.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA
AA
PA AA
PA PA PA
AA
PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien


14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies,
1989).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut. Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki
salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga memiliki 4 pilar
yang terdiri dari :
1) Pendekatan Manajemen Keperawatan
2) Sistem Penghargaan
3) Hubungan Profesional
4) Manajemen Asuhan Keperawatan
Model Praktik Keperawatan Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu:
1. Keterangan keperawatan
2. Metode Pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan dan
4. Dokumentasi keperawatan.
Model praktik Keperawatan Profesional terbagi menjadi :
1. Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda
dalam merawat setiap pasien.
2. Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidikan yang
berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien.
3. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab
memberi perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien
dalam satu unit sejak pasien masuk sampai pulang
15

4. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care).
5. Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.

3.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan
manajemen keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses
keperawatan, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara
optimal. Manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa
berpatisipasi secara aktif.Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar
memahami perbedaan kelima metode praktik keperawatan dan mampu
mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta tidak menjadikan
kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal

Anda mungkin juga menyukai