Disusun Oleh :
Tania RahmaMaulida (1061711112)
YustineAmaliaFatmawati (1061711128)
ZulaihaNashihatul Ulwana (1061711130)
Sepsis merupakan suatu kondisi kerusakan sistem imun akibat infeksi. Hal ini
merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya yang sangat kompleks
dan pengobatannya yang sulit serta angka mortalitas yang tinggi dan kejadiannya
masih terus meningkat.Sepsis
merupakanbebanbagisistemperawatankesehatannasional.Padatahun 2000, sepsis
menyerangsekitar 660.000 orang, meningkat 8,7% per tahunsejak
1979.Lebihdariseparuhpasiendirawat di Intensive Care Unit (ICU) dengan rata-rata
lama menginap 15,7hari.Jumlahkematianmeningkatdari 21,9 per100.000
pendudukpadatahun 1979 menjadi 43,9 per 100.000 pendudukpadatahun 2000
(DiPiro et al., 2005)
Dua konferensi besar telah mendefinisikan sepsis, pertama tahun 1992
mengajukan konsep Systeminc Inflammatory Response Syndrome (SIRS), mengenali
perubahan patofisiologi yang terjadi tanpa adanya kultur darah positif.Pada tahun
2001, konferensi definisi sepsis internasional memodifikasi model SIRS dan
mengembangkan sebuah pandangan luas mengenai sepsis. Konferensi ini
mengembangkan konsep sistem penderajatan untuk sepsis berdasarkan empat
karakteristik terpisah yang disebut sebagai PIRO. Huruf P mewakili predisposisi,
mengindikasikan kondisi-kondisi komorbid yang akan menurunkan kesintasan. Huruf
I mewakili infeksi, yang merefleksikan pengetahuan klinis bahwa beberapa
organisme patogen lebih letal dibandingkan yang lainnya. Huruf R mewakili respons
terhadap adanya infeksi, termasuk timbulnya SIRS. Huruf terakhir yakni O mewakili
disfungsi organ dan termasuk kegagalan organ, termasuk kegagalan sistem seperti
sistem koagulasi.
Sepsis merupakan salah satu masalah penting dalam dunia kesehatan. Oleh
karena itu, penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang serius karena masih
banyak orang yang belum paham tentang apa, bagaimana gejala dan bahaya
komplikasi apabila tidak ditangani dengan benar. Penggunaan obat yang rasional
sangat penting dalam terapi pengobatan pada pasien untuk mencegah adanya
kegagalan dalam terapi pengobatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.5. VIRUS
Viremia umum terjadi pada banyak penyakit virus, namun biasanya tidak
terjadiuntuk pengembangan sepsis klinis. Hipotensi dan disseminatedintravascular
coagulation (DIC) dapat terjadi dengan virus yang tidak biasaseperti virus Ebola dan
virus demam Lassa, dan kadang kala dapat dilihatdengan influenza A, arbovirus, dan
kemungkinan campak parah.
Tabel 1. Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat
Sumber Lokasi Mikroorganisme
Kulit Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk
cocci lainnya
Saluran kemih Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang
lainnya
Saluran pernapasan Streptococcus pneumonia
Usus dan kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negatif
bentuk batang lainnya, Bacteroides fragilis
Organ pelvis Neissseria gonorrhea,anaerob
(Moss et al.,2012)
Tabel 2. Penyebab Umum Sepsis pada Pasien yang dirawat
Masalah Klinis Mikroorganisme
Pemasangan kateter Eschericia coli, Klebsiella spp., Proteus spp.,
Serratia spp., Pseudomonas spp.
berdasarkan kekuatan rekomendasi dan kualitas bukti yang dapat dilihat pada tabel
6.Jika pada early recognition yang ditunjukan gambar 2 pasien mengidap sepsis berat
atau syok septik maka dilanjutkan dengan Early Goal-Directed Therapy. Early Goal-
Directed Therapy untuk pengobatan sepsis beratdan syok septik dapat dilihat pada
gambar .
Gambar 2. Early Recognition Sepsis
Semua pasien harus diobati pada awalnya dengan antibiotik parenteral untuk
mendapatkan konsentrasi obat yang optimal.Pemberian antimikroba intravena efektif
dalam satu jam pertama pengenalan syok septik (kelas 1B) dan sepsis berat tanpa
syok septik (kelas 1C) sebagai tujuan terapi (Surviving Sepsis Campaign, 2012).
2.8.5. TERAPI ANTI JAMUR DAN ANTI VIRUS
Spesies Candida paling sering dikaitkan dengan infeksi jamur,dan candidemia
yang dihasilkan sering dikaitkan dengan sepsis dan tingkat kematian yang
tinggi.Pengobatan invasifkandidiasis melibatkan amfoterisin B, agen antijamur azole,
agen antijamur echinocandin, atau kombinasiterapi dengan flukonazol dan
amfoterisin B. Pilihannya tergantungpada status klinis pasien, spesies jamur dan
kerentanannya,toksisitas relatif obat, adanya disfungsi organyang akan
mempengaruhi pembersihan obat, dan paparan pasien sebelumnya terhadap agen
antijamur. Bila sepsis disebabkan oleh infeksi virus sistemik, antivirus parenteral
seperti asiklovir, gansiklovir, foscarnet, atau ribavirin digunakan,tergantung pada
patogen virus yang dicurigai(DiPiro et al., 2005).
2.8.6. DURASI TERAPI
Durasi terapi antimikroba rata-rata pada adalah 10 sampai 14 hari.Namun,
durasinya bervariasi pada tempat infeksi, serta keseluruhan respons terhadap
terapinya. Setelah pasien stabil secara hemodinamika, sudah afebris selama 48sampai
72 jam, memiliki hitung sel darah putih normal, danmampu minum obat oral, lalu
turun dari parenteral ke antibiotik oral dapat dipertimbangkan untuk sisa durasiterapi.
Pengobatan bisa berlanjut lebih lama jika infeksimasih tetap. Pada pasien
neutropenik, terapi biasanya dilanjutkansampai pasien tidak lagi neutropenik dan
sudah afebris untuk dipaling sedikit 72 jam(DiPiro et al., 2005).
2.8.7. DUKUNGAN HEMODINAMIK DAN TERAPI AJUVAN
2.8.7.1. TERAPI CAIRAN PADA SEPSIS BERAT
Kristaloid sebagai cairan awal pilihan dalam resusitasi sepsis berat dan syok
septik (kelas 1B).Kristaloid isotonik, seperti natrium klorida 0,9% (normal saline)
atau larutan Ringer laktat, biasanya digunakan untuk cairanresusitasi. Seorang pasien
dalam syok septik biasanya membutuhkan hingga 10L larutan kristaloid selama 24
jam pertama. Tujuan terapi cairan adalah memaksimalkancurah jantung dengan
meningkatkan preload ventrikel kiri, yang akhirnyaakan mengembalikan perfusi
jaringan (Surviving Sepsis Campaign, 2012).
2.8.7.2. VASOPRESSOR DAN TERAPI INOTROPIK
Bila resusitasi cairan saja memberikan tekanan arteri yang tidak adekuatdan
perfusi organ, vasopressor dan agen inotropik harus dimulai.Vasopressor harus
dipertimbangkan saat tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau MAP lebih
rendah dari 60 sampai 65 mmHg setelah preload ventrikel kiri dan terapi inotrop
yang cukup.Agen yang biasa dipertimbangkan untuk vasopressor atau dukungan
inotropik meliputi dopamin, dobutamin, norepinefrine, fenilefrin, dan
epinefrin(DiPiro et al., 2005).
Terapi vasopressor pada awalnya untuk menargetkan tekanan arteri rata-rata
(MAP) sebesar 65 mmHg (kelas 1C).Norepinephrine sebagai pilihan pertama
vasopressor (kelas 1B). Epinephrine (ditambahkan dan berpotensi menggantikan
norepinephrine) bila diperlukan agen tambahan untuk mempertahankan tekanan darah
yang adekuat (grade 2B).Dopamin sebagai agen vasopresor alternatif untuk
norepinephrine hanya pada pasien yang sangat terpilih (misalnya, pasien dengan
risiko takiaritimia rendah dan bradikardia absolut atau relatif) (kelas 2C) (Surviving
Sepsis Campaign, 2012).
2.8.7.3. KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid telah menjadi subyek banyak kontroversipengelolaan pasien
sepsis.Tidak menggunakan hidrokortison intravena untuk mengobati pasien syok
sepsis dewasa jika resusitasi cairan dan terapi vasopressor yang adekuat mampu
mengembalikan stabilitas hemodinamik (lihat tujuan untuk Resusitasi Awal). Jika ini
tidak dapat dicapai, kami menyarankan hidrokortison intravena saja dengan dosis 200
mg per hari (kelas 2C). Namun, penggunaan rutin kortikosteroid pada pasien sepsis
atau syok sepsis tidak dianjurkan sampai penelitian lebih lanjut (Surviving Sepsis
Campaign, 2012).
2.8.8. TERAPI PENDUKUNG LAIN UNTUK SEPSIS BERAT
2.8.8.1. PEMBERIAN DARAH
Setelah hipoperfusi jaringan telah teratasi dan jika tidak ada keadaan yang
meringankan, seperti iskemia miokard, hipoksemia berat, perdarahan akut, atau
penyakit jantung iskemik, kami merekomendasikan agar transfusi sel darah merah
terjadi hanya jika konsentrasi hemoglobin turun menjadi <7.0 g /dL untuk
menargetkan konsentrasi hemoglobin 7,0 -9,0 g / dL pada orang dewasa (kelas 1B)
(Surviving Sepsis Campaign, 2012).
2.8.8.2. MEKANISME VENTILASI PADA SEPSIS DENGAN ARDS
ARDS (Acute respiratory distress syndrome) adalah ketidakmampuan sistem
pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat.ARDS dan hipoksia sering terjadi pada pasien
sepsis, bahkan pada pasien sepsis tanpa infeksi paru. Terapi oksigen diindikasikan
untuk menjaga saturasi oksigen lebih dari 90%. Targetkan volume tidal 6 mL / kg
berat badan pada pasien sepsis dengan ARDS (kelas 1A vs 12 mL /
kg).Metilprednisolon intravena dalam dosis 75 sampai 250 mg setiap 6 jam dapat
memperbaiki ketahanan hidup pada pasien dengan ARDS ringan (Surviving Sepsis
Campaign, 2012).
2.8.8.3. KONTROL GLUKOSA
Hiperglikemia sering dikaitkan dengan sepsis, dan biasanya cukup sulit
diatasipada insulin eksogen. Terapi insulin intensif, mempertahankan kadar glukosa
darah pada 80 sampai 110 mg /dL mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang
lebih rendah di antara pasien yang sakit kritis dibandingkan dengan mereka yang
memiliki kadar glukosa darah 180 sampai 200 mg / dL (DiPiro et al., 2005).
2.8.8.4. NUTRISI
Pasien dengan sepsis berat rentan terhadap kekurangan gizi progresif sekunder
akibat hipermetabolisme. Oleh karena itu, nutrisi enteral awal direkomendasikan pada
pasien dengan sepsis berat dan syok sepsis untuk memenuhi kebutuhan energi dan
protein yang meningkat. Kebutuhan protein ditingkatkan menjadi 1,5 sampai 2,5 g /
kg per hari, dan peningkatan jumlah asam amino mungkin bermanfaat pada pasien
septik. Kebutuhan kalori nonprotein berkisar antara 25 sampai 40 kkal /kg per hari,
dan pemberian makanan berlebih pada karbohidrat harus dihindari untuk mengurangi
kebutuhan ventilasi pasien. Penggunaan lipid dalam jumlah yang ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan kalori nonprotein sambil mengurangi pemberian karbohidrat
dapat bermanfaat dalam pengaturan nutrisi ini (DiPiro et al., 2005).
3.1. KASUS
3.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : BY. NY. M
No. RM : 5541xx
Jenis kelamin :P
Umur : 9 hari
Berat badan : 3700g
Tanggal masuk : 7 April 2015
Tanggal keluar : 16 April 2015
Diagnosa utama : Sepsis neonatal
Diagnosa penyerta :-
Status pulang : sembuh ( boleh pulang)
3.1.2. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat : berat bayi lahir cukup, kehamilan cukup bulan, SMK,
lahir secara section caesaria, ketuban pecah dini, janin
besar, air ketuban jernih
Anamnesa : kesadaran umum sedang, menangis +, gerak aktif ,
nafas tidak stabil, febris
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan
Parameter (/waktu) Rujukan Satuan
9/4/15
Hematokrit 51,1 42-52 Vol %
Eritrosit 4,61 4,5-5,5 10 6/uL
Hemoglobin 16,3 14-24 9/dL
Leukosit 9,45 10-26 103/dL
Trombosit 257 150-450 103/dL
Limfosit 18 45-65 %
Segmen 67 40-60 %
C- reactive protein
6 <6 mg/dL
(CRP)
Bilirubin Total 8,40 <1 mg/dL
Bilirubin Direk
0,50 <0,25 mg/dL
(BC)
Bilirubin Inderek
7,90 0-11 mg/dL
(BU)
3.1.5. PENGOBATAN
Dosis Tanggal dan Waktu Pemberian
Nama obat
pemberian 7/4/15 8/4/15 9/4/15 10/4/15 11/4/15
Infus D10% ˅ - ˅ ˅ ˅
Inj. 09:00 09:00 09:00
2x190mg - -
Ampisilin 21:00 21:00 21:00
Inj. 09:00 09:00 09:00
2x9,5mg - -
Gentamisin 21:00 21:00 21:00
Dosis
Nama obat 12/4/15 13/4/15 14/4/15 15/4/15 16/4/15
pemberian
Infus D10% ˅ ˅ ˅ ˅ -
Inj. 09:00 09:00 09:00 09:00
2x190mg -
Ampisilin 21:00 21:00 21:00
Inj. 09:00 09:00 09:00
2x9,5mg 09.00 -
Gentamisin 21:00 21:00 21:00
3.2. PENYELESAIAN
3.2.1. SUBJEKTIF
Nama pasien : BY. NY. M
No. RM : 5541xx
Jenis kelamin :P
Umur : 9 hari
Berat badan : 3700 g
Tanggal masuk : 7 April 2015
Tanggal keluar : 16 April 2015
Diagnosa utama : Sepsis neonatal
Diagnosa penyerta : -
Status pulang : sembuh ( boleh pulang)
Riwayat : berat bayi lahir cukup, kehamilan cukup bulan, lahir
secara section caesaria, ketuban pecah dini, janin
besar, air ketuban jernih
Anamnesa : kesadaran sedang, menangis +, gerak aktif , nafas tidak
stabil, febris
3.2.2. OBJEKTIF
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan
Parameter (/waktu) Rujukan Satuan
9/4/15
Hematokrit 51,1 42-52 Vol %
Eritrosit 4,61 4,5-5,5 10 6/uL
Hemoglobin 16,3 14-24 9/dL
Leukosit 9,45 10-26 103/dL
Trombosit 257 150-450 103/dL
Limfosit 18 45-65 %
Segmen 67 40-60 %
C- reactive protein
6 <6 mg/dL
(CRP)
Bilirubin Total 8,40 <1 mg/dL
Bilirubin Direk
0,50 <0,25 mg/dL
(BC)
Bilirubin Inderek
7,90 0-11 mg/dL
(BU)
3.2.3. ASSESMENT
Terdapat indikasi infeksi bekteri, terbukuti dari kadar leukosit di bawah normal
pada tanggal 9 Oktober 2015, kadar CRP tinggi dan pasien terdiagnosa menderita
sepsis neonatal. Diagnosis sepsis neonatal ditegakkan dari beberapa tanda dan
gejala, seperti riwatyat ketuban pecah dini, keadaan umum sedang, febris, nafas
tidak stabil.
Pada kasus ini pasien diberi injeksi ampisilin dan gentamisin sudah tepat karena
ampisilin dan gentamisin merupakan terapi empiris yang diindikasikan untuk
infeksi bakteri.
Pada kasus ini diberikan Ampisilin dosis 190 mg/12 jam atau 380 mg/hari dengan
berat badan 3700 g. Menurut BNF For Children (2012), dosis ampisilin untuk bayi
usia 7-21 hari 50 mg/kg/8 jam atau 370 mg/12 jam555 mg/hari.
Pada kasus ini diberikan Gentamisin dosis 9,5 mg/12 jam atau 19 mg/hari dengan
berat badan 3700 g. Menurut BNF For Children (2012), dosis gentamisin yaitu 2,5
mg/kg/12 jam atau 9,25 mg/hari.
Pada kasus ini diberikan infus D 10% diberikan untuk menjaga agar kadar gula
darah tetap normal.
3.2.4. PLAN
Perlu adanya penyesuaian dosis untuk injeksi ampicilin.
Perlu dilakukan cek laboratorium secara rutin.
Perlu dilakukan uji kultur untuk mengetahui jenis bakteri penyebab sepsis.
3.2.5. KIE
Membersihakan tangan sebelum memegang bayi.
Membersihkan alat-alat yang berhubungan dengan bayi.
Pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Birken, S.L., Dipiro, J.T. 2008. Sepsis And Septic Shock, In: Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. Edisi vii. Oleh Dipiro,J.T., dkk. New york : Mc.
Graw Hill.
BNJ Group. 2012, BNF for Children, Pharmaceutical Press, London, pp.
Bone et al. 1992. Definition for sepsis and organ failure and guidelines for the use of
innovative therapy for sepsis. Chest [Internet]
DiPiro, J.T., Talbert R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2005.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Sixth Edition. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Hinds, C.J : Moss, P.J ; Lanmiet, L; Prestone, S.L; Watson , D; Pearse, R.M; 2012.
Kumar and Clarck’s Clinical Medicine. 8th ed. Spanyol : Saunders Elsavior
LaRosa, S.P.,2010. Sepsis. In: Gordon, S., ed. Current Clinical Medicine. 2nd ed.
Philladellphia: Saunders Elsavior
Moss, P.J., Langmead, L., Preston, S.L., Hinds, C.J., Watson, D., Pearse, R.M., 2012.
Kumar and Clark’s Clinical Medicine. 8th ed. Spanyol: Saunders Elsevier.
Oematan, Y., Manopo, J.I., Runtunuw., A.L. 2009. Peran Inflamasi Dalam
Patofisiologi Sepsis dan Syok Septik Pada Anak. Jurnal Biomedik Vol.1 no.3
Pusponegoro, T.S., 2000. Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Jakarta: Sari
Pediatri Vol 2. No.2
Russell, J.A., 2012. Shock Syndromes Related to Sepsis. In: Goldman, L., and
Schaffer, A.I., ed. Goldman’s Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders, 658-665.
Shapiro, N.I., Zimmer, G.D., and Barkin, A.Z., 2010. Sepsis Syndromes. In: Marx et
al., ed. Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical Practice. 7th ed.
Philadelphia: Mosby Elsevier, 1869-1879.