Anda di halaman 1dari 23

A.

Latar Belakang
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan
pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab
tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk
mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk
membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah
mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu, pemerintah
melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas
bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana
pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah
peningkatan kualitas SDM.Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah
pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.Makalah ini akan membahas
mengenai esensi pendidikan dan pembangunan, pembangunan sistem pendidikan
nasional, peranan pendidikan dalam pembangunan.

Dalam arti sederhana Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia


untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa.
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan, betapa tidak,
laju perubahan sebagai akibat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi
kemudian harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dalam pada itu pendidikan kemudian menjadi pioner utama dalam rangka
penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu aspek
pembangunan yang sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan
pembangunaan nasional. Dan salan sartu aspek terpenting dalam menyiapakan dan

1
merekayasa arah perkembangan masyarakat dalam pembangunan nasional adalah
Pendidikan
Pembangunan Nasional berarti suatu proses perubahan struktural kehidupan
bernegara kebangsaan, yang tercakup di dalam structural politik dan pertahanan
keamanan, struktur ekonomi, serta struktur tata masyarakat dan budaya yang. bertujuan
mencapai Negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, yang mampu:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Dengan melihat pengertian pendidikan dan pembangunan nasional di atas


oleh karena itu dalam makalah yang sederhana ini akan membahas lebih mendalam
lagi tentang pendidikan dan masa depan pembangunan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan ?
2. Apa itu Pembangunan ?
3. Apa itu Pendidikan dan Pembangunan ?
4. Bagaimana peran Pendidikan dalam Pembangunan ?
5. Apa yang dimaksud Pembangunan sebagai tindakan berencana?
6. Apa defenisi Pembangunan Fisik dan Non Fisik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pendidikan.
2. Mengetahui pengertian Pembangunan.
3. Mengetahui bagaimana peran Pendidikan dan Pembangunan.
4. Mengetahui seperti apa Pembangunan sebagai tindakan berencana.
5. Mengetahui defenisi Pembangunan Fisik dan Non Fisik.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk


mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat
sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran
bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh pada kebudayaan
suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari
naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat
luas.
Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja diadakan
baik langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu anak dalam
perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :69).
Sedangkan John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan
sesama manusia.
Menurut Brown (dalam Ahmadi, 2004 :74) bahwa pendidikan adalah proses
pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku
dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan ini
pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung
sepanjang hidup.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh
tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul

3
interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan
berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung
maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam
kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam
kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar di
tentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan
negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-
masalah yang berhubungan langsung dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing
negara menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya.
Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu:
1. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal didefinisikan
sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
(Undang-Undang No 20 TAHUN 2003)
3. Pendidikan Informal
Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara
mandiri.(Suprijanto, 2005: 6-8).

4
B. Pengertian Pembangunan
Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti
pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya beruang
lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan,
pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan itu justru sangat
ditentukanoleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara
bulat di artikan pembangunan manusia, dan yang terakhir ini menjadi tugas utama
pendidikan.
Pembangunan memiliki beberapa arti dan konotasi. Pembangunan dapat
diartikan sebagai pemanfaatan sumber yang ada dan dapat diadakan untuk
mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik. Pembangunan dapat pula diartikan
sebagai perbaikan untuk menuju ke arah yang lebih maju, perbaikan dari yang belum
ada menjadi ada, perbaikan dari yang jelek menjadi baik. Karena pembangunan itu
membangun dan memperbaiki. Dalam pengertian ini berarti setiap orang pasti
berkeinginan untuk melakukan pembangunan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
masyarakat dan negara.
Pembangunan memiliki banyak arti yang ditafsirkan sesuai dengan kebutuhan
dari politik, sosial dan ekonomi yang berbeda pula. Pembangunan juga sering
dibayang-bayangi oleh pengaruh politik dan ideologi. Atas dasar ini maka konsep
pembangunan sering disamakan arti dan penggunaannya dengan istilah perubahan
sosial, pertumbuhan, evolusi, kemajuan, peningkatan serta modernisasi.
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia maka landasan pelaksanaan
pembangunan nasional Pancasila dan UUD 1945.
Pembangunan nasional bertujuan untuk menjadikan satu masyarakat yang adil
dan makmur yang merata bermaterial maupun spiritual berdasarkan Pancasila di dalam
wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka , berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib,

5
dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat tertib
dan tenteram.

C. Pendidikan Dan Pembangunan Serta Peran Pendidikan Dalam


Pembangunan

Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya Menurut paham umumnya


kata “pembangunan” lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan
industri yang selanjutnya diaosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan,
jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi dan sejenisnya.
Sedangkan hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara langsung terlihat
sebagai sasaran pembicaraan. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak negara
menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi da industri yang di tandai oleh
kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikator, ternyata
tidak otomatis membawa kesejahteraan masyarakatnya.

Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi dan industri saja
beelumlah menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-
kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat
hidup dari rakyat banyak material dan spiritual. Pembangunan ekonomi dan industri
mungkin dapat memenuhi aspek tertentu dan kebutuhan misalnya: kebutuhan akan
sandangan, pangan, dan papan, tetapi mungkin tidak untuk kebutuhan spiritual yang
lain.Bukankah kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang secara material
cukup mampu, tetapi secara spiritual menanggung banyak masalah. Dinyatakan dalam
GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia indonesia.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan
adalah manusia, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai
makhluk individua, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat
meningkatkan martabatnya selaku makhluk.

6
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang
dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa
pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi
kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya,
tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan. Jadi
pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedangkan pembangunan mengarah ke
luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.

Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka
keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses
pendidikan pada suatu garis menempatkan manusia sebagai titik awal. Pembangunan
yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat
manusia sebagai makhluk.
2. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan

Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera
dapat diliat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha
dengan tercapainya hasil. Jika pembangunan di pandang sebagai sistem makro maka
pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.

Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat diliat pada beberapa segi

(a.) Segi sasaran.


(b.) Segi lingkungan.
(c.) Segi jenjang pendidikan.
(d.) Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan.

a. Segi Sasaran Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang di tunjukkan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan

7
citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi
sumber daya pembangunan yang manusiawi.

b. Segi Lingkungan Pendidikan

Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan


atau sistem. Lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah
(pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam
sistem pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan.

1). Lingkungan Keluarga

Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik


(habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan,
dan moral.

2). Lingkungan Sekolah

Di lingkungan sekolah (pendidikan formal),peserta didik dibimbing untuk


memperluas bekal yang telah di peroleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

3). Lingkungan Masyarakat.

Di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal) perserta didik memperoleh


bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat
melanjutkan proses belajarnya melalui jalur formal.

c. Segi Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan tinggi


(PT) memberikan bekal kepada para peserta didik secara bersinambungan.

d. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan

8
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain: bidang
ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian,
pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. Pembinaan dan pengenmbangan bidang-
bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh orang-orang yang memiliki
kemampuan seperti yang di butuhkan. Orang orang dimaksud hanya tersedia jika
pendidikan berbuat untuk itu.

3. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional

Pada bagian ini dikemukakan dua hal, yaitu:

a. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun


Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang
dapat dididik dan harus selalu dididik (demikian menurut Langeveld). Manusia adalah
satu-satunya makhluk yang dikarunia potensi untuk selalu menyempurnakan diri. Bisa
dikatakan manusia hanya akan mengejar kesempurnaan agar dekat dengan
kesempurnaan, tetapi tidak pernah akan menyatu dengan kesempurnaan itu sendiri.
Persoalan tentangf bagaimana wujud manusia sebagai makhluk yang ingin
menyempurnakan diri, tetapi yang tidak kunjung dapat sempurna itu, banyak dibahas
oleh para filosofi di dalam bidang filsafat antropologi.

Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem


pendidikan yang harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social
change (angen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya,
kurikulum, pengelolaannya, tentang kependidikan mau tidak mau harus disesuaikan
dengan tuntutan baru tersebut.

b. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan

Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama
bertali erat, yaitu:

1) Hubungan Antar Aspek-aspek

9
Aspek filosofi, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang
lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Meskipun aspek
filosofi itu menjadi landasan tetapi tidak harus di artikan bahwa setiap terjadi
perubahan filosofi dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain
itu secara total.
2) Aspek Filosofi Keilmuan
Aspek filosofi berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan
tujuan nasional yang tentunya memberikan paluang bagi pengembangan sifat hakikat
manusia yang bersifat kodrati yang berarti pula bersifat wajar.
3) Aspek yuridis
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya
relatif tetap. Tetapi kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru,
khususnya kebutuhan akan penyempurna sistem pendidikan yang sesuai dengan
tuntunan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut.
4) Aspek struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya
pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama
waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari
perkembangan sosial budaya dan politik.
5) Aspek kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikulum
berubah, maka kurikulum berubah pula. Kurikulum dalam sistem pendidikan
persekolahan di negara kita telah mengalami penyempurnaan dalam perjalanannya.
4. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan
a. Mengembangkan Teknologi Baru
Hasil pendidikan adalah orang terdidik yang mempunyai kemampuan
melaksanakan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan teknologi baru.
Lembaga – lembaga penelitian dan pengembangan seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Badan-badan Penelitian dan Pengembangan di setiap departemen, dan

10
sebagainya, orang-orang terdidik hasil pendidikan bekerja, dan menghasilkan berbagai
teknologi baru.
b. Menjadi Tenaga Produktif dalam Bidang Konstruksi
Orang-orang terdidik hasil pendidikan, juga masuk dan aktif bekerja di bidang
konstruksi yang menghasilkan rancang bangun berbagai macam pabrik dan
perusahaan. Pabrik-pabrik ini yang akan menghasilkan berbagai barang kebutuhan
hidup dan jasa.
c. Menjadi Tenaga Produktif yang Menghasilkan Barang dan Jasa
Orang-orang terdidik hasil pendidikan menjadi pula masukan dalam pabrik-
pabrik dan perusahaan-perusahaan, sebagai tenaga kerja produktif yang memproses
produksi barang-barang kebutuhan hidup dan jasa. Dengan demikian, adalah penghasil
barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
d. Pelaku Generasi dan Penciptaan Budaya
Orang-orang terdidik hasil pendidikan tidak hanya merevisi kebudayaan masa
lampau, tetapi juga sekaligus individu-individu atau kelompok individu yang
melakukan perbaikan dan penciptaan unsure-unsur budaya baru berdasarkan budaya
lama yang telah dimilikinya. Mereka inilah yang memelihara dan memperbaiki nilai-
nilai budaya dalam masyarakat.
e. Konsumen Barang dan Jasa
Orang-orang terdidik hasil pendidikan merupakan generasi baru yang
mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dan
perusahaan-perusahaan. Sebagai konsumen, mereka merupakan konsumen yang lebih
banyak jenis kebutuhannya serta lebih kritis dalam menggunakan barang-barang
keperluan hidup dan jasa, apabila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak/kurang
terdidik.
D. PEMBANGUNAN SEBAGAI TINDAKAN TERENCANA
Setiap orang dalam kehidupannya. Tentu mempunyai keinginan baik keinginan
jangka pendek, jangka menengah, mupun jangka panjang. Agar keinginan itu dapat

11
dicapai secara efektif dan efisien, upaya untuk mencapai keinginan tersebut perlu
direncanakan sebaik‑baiknya.
Pada lingkup lebih luas, setiap lembaga tentu mempunyai tujuan, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka, panjang. Agar tujuan tersebut dapat
dicapai secara efektif dan efisien, upaya untuk mencapai tujuan itu perlu direncanakan
sebaik‑baiknya. Pada lingkup makro hidup berbangsa dan berngara di negeri ini
misalnya. kita mempunyai tujuan jangka panjang untuk: “melindungi segenap bangsa.
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahretaan umun
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”. Untuk mencapai
tujuan ter-sebut kita mempunyai rencana pembangunan jangka panjang selama 25
tahun, rencana pcmbangunan jangka menengah selama 5 tahun, dan rencana
pembangunan jangka pendek selama I tahun. Sejak tanggal I April 1995 kita telah
memasuki pembanguna jangka panjang kedua, 5 tahun pertama pembangunan jangka
menengah serta pembangunan jangka pendek tahun pertama.
Untuk memberikan pemahaman pengantar sekitar perencanaan, berikut ini
akan dibahas topik-topik pengertian perencanaan, prinsip--prinsip perencanaan,
langkah‑langkah perencanaan, kemampuan peren-cana, tingkat-tingkat perencanaan
pendidikan.
1. Pengertian Perencanaan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang akan selalu memeiliki tujuan dan
cara mengerjakan, mengambil waktu tertentu, serta meng-ambil tempat tertentu.
Dengan demikian, perencanaan, dapat didefinisikan sebagai upaya menentukan apa
yang akan dikerjakan, bagaimana cara, mengerjakan, bilamana dikerjakan, serta di
mana dikerjakan untak mencapai tujuan tertentu.
Definisi di atas menunjukkan bahwa suatu perencanaan minimal mengandung
unsur‑unsur tujuan, metode, waktu, dan tempat. Unsur--unsur perencanaan ini
merupakan unsur minimal dalarn perencanaan individual. Bila perencanaan yang

12
dilakukan adalah perencanaan kelompok, maka masih harus ditarnbah lagi dengan
unsur pembagian tugas. Jadi, untuk kepentingan kelompok, perencanaan dapat
didefinisikan sebagai upaya menentukan apa yang akan dikerjakan, bagaimana cara
mengerjakan, bilamana dikerjakan, di mana dikerjakan, serta siapa yang mengerjakan,
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Atmosudirdjo (1982), setiap rencana mengandung tiga ciri khas,
yakni:
a. Selalu mengenai masa mendatang (future, teokomtst),
b. Selalu mengandung kegiatan‑kegiatan tertentu dan bertujuan (ac-tion,
doelstellige activiteiten) yang akan dilakukan, dan
c. Mesti ada alasan sebab, motif atau landasan baik personal (pribadi,
perorangan) organisasional maupun kedua‑duanya.
Apa yang dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo selain memuat unsur penting
dalam perencanaan, juga menekankan pentingnya alasan yang mendasari pembuatan
suatu perencanaan. Setiap peren-canaan yang dibuat harus memliliki alasan yang kuat,
baik alasan praktis maupun alasan ideal.
2. Prinsip‑prinsip Perencanaan
Agar perencanaan dapat menghasilkan rencana yang efektif dan efisien,
prinsip‑prinsip berikut patut diperhatikan.
a. Perencanaan hendaknya mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantab. Nilai
yang menjadi dasar bisa berupa nilai budaya, nilai moral, nilai refigius,
maupun gabungan dari ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantab akan
memberikan motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang
sebaik‑baiknya;
b. Perencanaan hendaknya berangkat dari tujuan umum. Tujuan umum itu
dirinci menjadi khusus, kemudian bila masih bisa dirinci menjadi tujuan
khusus, itu dirinci menjadi lebih rinci lagi. Adanya rumusan tujuan umum dan

13
tujuan‑tujuan khusus yang terinci akan mcnyebabk‑an berbagai unsur dalam
perencanaan memiliki relevansi yang tinggi dengan tujuan yang akan dicapai;
c. Perencanaan hendaknya realistis. Perencanaan hendaknya disesuaikan dcngan
Sumberdaya dan dana yang tersedia. Dalam hal sumber daya, hendaknya
dipertim-bangkan kuantitas maupun kualitas manusia dan perangkat
penunjangnya. Perencanaan sebaiknya tidak mengacu pada sumber daya dan
dan yang diperkirakan akan dapat disediakan, melainkan pada sumber daya
dan dana yang nyata‑nyata ada;
d. Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi sosio budaya
masyarakat, baik yang men-dukung maupun menghambat pelaksanaan
rencana nanti. Kondisi sosio budaya tersebut misalnya sistem nilai, adat
istiadat, keyakinan, serta cita‑cita. Terhadap kondisi sosio budaya ymg
mendukung pelaksanaan rencana, hendaknya telah direncanakan cara
memanfaatkan secara makisalm faktor pendukung itu. Sedangkan terhadap
kondisi sosio budaya yang menghambat, hendaknyta telah direncanakan cara
untuk mengantisipasinya dan menekannya menjadi sekecil-kecilnya
e. Perencanaan hendaknya fleksibel. Meskipun berbagai hal yang terkait dengan
pelaksanaan rencana telah dipertimbangkan sebaik-baiknya, masih mungkin
terjadi hal-hal di luar perhitungan perencana ketika rancana itu dilaksanakan.
Oleh karena itu, dalam membuat perencanaan, hendaknya disediakan ruang
gerak bagi kemungkinan penyimpangan dari rencana sebagai antisipasi
terhadap hal-hal yang terjadi di luar perhitungan perencana.
3. Langkah‑langkah Perencanaan
Pada garis besarnya suatu perencanaan akan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang ditetapkan ini merupakan
rincian dari tujuan yang lebih umum, entah tujuan individual maupun tujuan
kelompok;

14
b. Menetapkan standar keberhasilan. Standar keberhasilan ini melilputi standar
kualitas
c. Menetapkan sistem evaluasi. Sistem evaluasi ini mencakup evaluasi proses
dan evaluasi hasil;
d. Menganalisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang akan
dicapai. Situasi dan kondisi yang dianalisis misalnya ekonomi, politik, sistem
nilai, adat istiadat, keyakinan, serta cita-cita. Dalam analisis ini penekanannya
terutama pada pengungkapan faktor-faktor penunjang maupun penghambat
pencapai tujuan;
e. Menetapkan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan. Kegiatan-kegiatan yang ditetapkan sudah mempertimbangkan faktor-
faktor penunjang maupun penghambat pencapaian tujuan yang diperoleh dari
hasil analisis terhadap situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang
akan dicapai;
f. Menetapkan urutan hirarkhis dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
g. Menetapkan alternatif kegiatan-kegiatan lain untuk mengantisipasi
kemungkinan tidak efektif dan tidak efisiennya kegiatan-kegiatan yang
ditetapkan sebaagi kegiatan-kegiatan utama untuk mencapai tujuan;
h. Menetapkan urutan hirarkhis dari kegiatan-kegiatan alternatif pengganti
kegiatan-kegiatan utama
i. Memerinci waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan, dan
j. Menetapkan personalia pelaksana setiap kegiatan.
4. Kemampuan Perencana
Uraian tentang pengertian, prinsip, dan tahap-tahap perencanan sebagaimana
dikemukakan di atas menyiratkan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang perencana agar dapat dihasilkan rencana yang efektif dan efisien. Pada
pokoknya kemampuan-kemampuan yang dituntut dari seorang perencana meliputi:

15
a. Kemampuan memprediksi keadaan masa datang. Dengan kemampuan
memprediksi yang memadai, akan dihasilkan rencana yang tidak mengalami
banyak perubahan saat di laksanakan nanti
b. Kemampuan menganalisis kondisi nyata saat perencanaa dilakukan.
Kemampuan ini sesungguhnya merupakan dasar bagi pengadaan prediksi yang
tepat. Dengan menganalisis secara tepat kondisi nyata saat perencanaan
dilakukan, sebagian dari prediksi yang tepat telah dilewati
c. Kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan matematis yang akurat.
Kemampuan ini sesungguhnya menjadi dasar bagi pengadaan analisis kondisi
nyata secara akurat untuk keperluan perencanaan, maupun diperlukan untuk
melakukan perhitungan-perhitungan matematis saat melakukan perencanaan.
Betapa pun besarnya kemampuan seseorang dalam melakukan perencanaan,
manusia tetap memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan. Apalagi bila
perencanaan yang dilakukan manyangkut suatu lembaga yang besar. Oleh karena itu,
dalam perencanan diperlukan kerja sama antara berbagai pihak dengan spesifikasi
kemampuan masing-masing.
Joseph L. Massie (1979) misalnya, mengemukakan lima kegiatan dalam
perencanaan yang perlu ditangani oleh orang-orang dengan spesifikasi kemampuan
yang relevan untuk menangani kegiatan itu. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Menetapkan tujuan utama dan menengah (setting primary and intermediate
goals). Pada perusahaan-perusahaan bisnis, tujuan utama bisanya ditetapkan
oleh pimpinan tertinggi dan para pemegang saham. Sedangkan tujuan yang
lebih operasional dikembangkan oleh para wakil dan kepala bagian;
b. Mempelajari peluang ( search for opportunities. kemampuan yang dituntut
dari orang yang melakukan tugas ini adalah kemampuan menganalisis kondisi
nyata. Pada perusahaan –perusahaan bisnis, tugas ini biasanya dilakukan oleh
periset pasar dan peramal ekonomi;
c. Menyusun rencana. Kemampuan yang dituntut dari perumus rencana adalah
menerjemahkan hasil analisis dan hasil prediksi menjadi strategi, kebijakan,

16
dan program kerja. Pada perusahaan bisnis tugas ini biasanya dilakukan oleh
asisten manejer dan pengembangan program
d. Menentukan batas minimal dari hasil yang harus dicapai dalam pelaksanaan
rencana. Pada perusahaan bisnis tugas ini dikakukan oleh menejer
operasional.
5. Tingkat-tingkat Perencanaan
Suatu perencanaan bisa merupakan perencanaan sempit bisa juga merupakan
perencanaan luas. Sempit luasnya suatu perencanaan transparan antara lain dalam
kehidupan bernegara. Tingkat-tingkat perencanaan negara di Indonesia dari luas ke
yang sempit adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan nasional.
Sebagaimana telah dikemukakan pada awal tulusan ini, perencanaan
nasional di negeri ini terbagi dalam 25 tahun rencana jangka panjang, 5 tahun
rencana jangka menengah dan 1 tahun rencana jangka pendek. Bentuk paling
konkret dari perencanaan nasional adalah Garis Besar Haluan Negara (GBH)
sebagi acuan untuj pembangunan 5 tahun;
b. Perencanaan pemerintah.
Perencanaan pemerintha adalah perancanaan yang telah dilakukan oleh
pemerintah pusat dan hasilnya berupa peraturan pemerintah dan ditetapkan oleh
presiden;
c. Perencanaan departemen.
Perencanaan departemen adalah perencanaan yang dilakukan oleh masing-
masing departemen di pusat dan hasilnya berupa Surat Keputusan Menteri;
d. Perencanaan propinsi.
Perencanaan propinsi adalah perencanaan yang dilakukan oleh
pemerintah propinsi dan hasilnya berupa Surat Keputusan Gubernur;
e. Perencanaan kabupaten.
Perencanaan kabupaten adalah perencanaan yang dilakukan pemerintah
kabupaten dan hasilnya berupa Surat Keputusan Bupati;

17
f. Perencanaan Kecamatan. Perencanaan kecamatan adalah perencanaan yang
dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan hasilnya berupa program kerja
kecamatan erencanaan desa/kelurahaan.
g. Perencanaan desa/kelurahaan adalah perencanaan yang dilakukan pemerintah
desa/kelurahan dan hasilnya berupa program kerja desa/kelurahaan
6. Perencanaan Pendidikan
Mengacu pada definisi perencanaan yannng dikemukakan di depan,
perencanaan pendidikan dapat di definisikan sebagai upaya menentukan apa yang akan
dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, bilamana dikerjakan, di mana dikerjakan,
serta siapa yang mengerjakan, untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana halnya tingkat-tingkat perencanaan negara, perencanaan
pendidikan pun bertingkat-tingkat, dari perencanaan nasional hingga perencanaan
tingkat kecamatan. Selain itu, karena pendidikan terdiri atas pendidikan sekolah dan
luar sekolah, serta pendidikan sekolah berjenis dan berjenjang, maka terdapat
perencanaan pendidikan sekolah dan luar sekolah, serta perencanaan untuk setiap jenis
dan jenjang pendidikan.
Perencanan pendidikan biasanya dilakukan berdasarkan pendekatan tertentu.
Pendekatan-pendekatan dalam perencanaan pendidikan dapat dikelompokan menjadi
dua, yauti pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Yang termasuk pendekatan
kuantitatif adalah pendekatan Analisis Tenaga Kerja (ManPower Analisis) dan
pendekatan untung rugi (Cost Benefit). Sedangkan yang termasuk pemdekatan
kualitatif adalah pendekatan Sumber Daya Manusia (Human Resource) dan pendekatan
Sosial Budaya (Socio Cultural).
a. Pendekatan Analisis Tenaga Kerja.
Pendekatan ini berangkat dari ananlisi tenaga kerja serta projeksi
kebutuhan tenaga kerja berdasarkan hasil analisis tersebut. Dalam pendekatan
ini, keseimbangan anatara produksi lembaga pemdidikan dan perminataan
lapangan kerja diperhitungkan secara ketat.
b. Pendekatan Untung Rugi.

18
Dalam pendekatan ini dibuat perhitungan perbandingna anatra biaya
yang dikeluarkan untuk penyelengaraan pedidikan serta keuntungan yang
akan siperoleh dari hasil pendidikan. Pendekatan ini melihat pendidikan
sebagai upaya investasi yang harus memberikan keuntungan nyata pada saat
nanti.
c. Pendekatan Sumber daya manusia.
Pendekatan ini lebih menentukan pengembangan potensi manusia
secara utuh. Dalam berkembangnya potensi manusia secara utuh dan
maksimal, berbagai lowongan kerja diharapkan akan dapat dimasuki oleh
keluaran pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya
d. Pendekatan Sosial Budaya.
Pendekatan ini bertolak dari analisis terhadap persoalan-persoalan
budaya yang sedang aktual dalam masyarakat. Budaya yang menghambat
kemajuan masyarakat seperti menganggap rendah pekerjaan diluar pegawai
negeri, menganggap rendah sekolah kejuruan, serta budaya santai dijadikan
acuan dalam perencanaan pendidikan. Diharapkan, melalui pendidikan,
budaya-budaya itu akan berkurang.
E. Definisi Pembangunan Fisik dan Non Fisik
1. Pengertian Pembangunan Fisik
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat.
Menurut B.S Muljana (2001:3) pembangunan yang dilaksanakan pemerintah
umumnya yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik ataupun
lembaga yang mempunyai kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa
serta kegiatan kegiatan lain dibidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan
keamanan.
Agenda kebijakan didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan agar para pembuat
kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan tindak tertentu. Dengan
demikian, maka agenda kebijakan dapat dibedakan dari tuntutan-tuntutan politik secara
umum serta dengan istilah “prioritas” yang biasanya dimaksudkan untuk merujuk pada

19
susunan pokok-pokok agenda dengan pertimbangan bahwa suatu agenda lebih penting
dibandingkan agenda yang lain. Menurut Barbara nelson dalam winarno (2007:80)
menyatakan bahwa proses agenda kebijakan berlangsung ketika pejabat publik belajar
mengenai masalah-masalah baru, memutuskan untuk member perhatian secara
personal dan memobilisasi organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah
tersebut. Dengan demikian, agenda kebijakan pada dasarnya merupakan pertarungan
wacana yang terjadi dalam lembaga pemerintah.
Contoh Pembanguna Fisik:
Fisik dalam istilah pembangunan meliputi sarana dan juga prasarana
pemerintahan seperti:
a. Jalan
b. Jembatan
c. Pasar
d. Pertanian dan
e. Irigrasi.
Kondisi fisik ini dapat berupa letak geografis, dan sumber-sumber daya alam.
Letak geografis sebuah desa sangat menentukan sekali percepatan didalam sebuah
pembangunan. Letaknya strategis, dalam arti tidak sulit untuk dijangkau akibat relif
geografisnya. Kecepatan proses pembangunan dan perkembangan suatu kelurahan juga
sangat ditentukan oleh itensitas hubungannya dengan dunia luar, mobilitas manusia
dan budaya akan mempercepat perkembangan desa itu sendiri. Menurut B.S Muljana
(2001:3) pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya yang bersifat
infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik ataupun lembaga yang mempunyai
kegiatan lain dibidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan.
Sumber daya alam yang terdapat dimasing-masing desa. Dimana sebuah desa
yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang banyak dari pada desa-desa
lainnya, sehingga untuk mengembangkan atau dalam proses pembangunan desa akan
jauh lebih baik dari pada desa yang sedikit mempunyai sumber daya alam,atau tidak
ada sama sekali.

20
2.Pengertian Pembangunan Non Fisik
Di dalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program
pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan fisik tetapi juga harus bergerak
dibidang pembangunan non fisik atau sosial. Bachtiar effendi (2002 : 114). Oleh karena
itu, pembangunan hendaknya harus adanya keseimbangan antara pembangunan fisik
ataupun non fisik nya. Yang menjadi bagian dari pembangunan non fisik atau sosial
yaitu : pembangunan manusia, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
Contoh Pembangunan Non Fisik:
Didalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program pembangunan
yang bergerak dibidang pembanguan fisik saja tetapi juga harus bergerak dibidang
pembangunan non fisik atau sosial. Bachtiar Effendi (2002:114) oleh karena itu,
pembangunan hendaknya harus adanya keseimbangan antara pembangunan fisik
ataupun pembangunan non fisiknya. Yang menjadi bagian dari pembangunan non fisik
atau sosial yaitu :
a. Pembangunan manusia
b. Ekonomi
c. Kesehatan
d. Pendidikan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan dan pembangunan memiliki hubungan yang saling berkaitan.
Keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu dan saling mengisi.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan ke dalam diri manusia untuk nantinya
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menunjang pembangunan,
yaitu pembangunan lingkungan sekitar yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat luas. Hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh manusia yang
terdidik dapat kembali menunjang pendidikan baik itu dari segi pembinaan,
penyediaan sarana dan lainnya.
Selain itu, sumbangan pendidikan pada pembangunan dapat dibilang sangat
besar. Baik itu dari segi sasaran, segi lingkungan, segi jenjang pendidikan maupun
pembidangan kerja atau sector kehidupan. Pendidikan memang memegang peranan
penting pada pembangunan karena berkat manusia yang terdidik maka dapat
menciptakan manusia pencipta pembangunan.
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan
sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan
berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan
bagi pemerintah.
B. Saran
1. Bila pembangunan di Negara kita ingin maksimal, maka harus meningkatkan mutu
sumber daya manusianya lewat pendidikan yang lebih maju.
2. Meningkatkan dan meratakan pendidikan di seluruh Negara.
3. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, agar menunjang
peningkatan mutu pendidikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Augustin, Naara. 2015. Pendidikan dan Pembangunan.


http://dynazar.blogspot.com/2015/11/makalah-pengantar-pendidikan-
pendidikan.html. Diakses 21 Oktober 2015

Mudyahardjo, Redja. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Effendi, bachtiar.2002.Pembangunan daerah otonom berkeadilan : UHAINDO media


& offset.
http://kmwintimperdesaan.blogspot.com/2016/07/definisi-pembangunan-fisik-dan-
non.html
http://sharamathematic.blogspot.com/2016/09/makalah-peran-pendidikan-dalam.html
Tanthowi, Muhammad. 2012. Peranan Manusia dan Pendidikan dalam Pembangunan.
https://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-
pendidikan-dalam-pembangunan-2/ Diakses 21 Oktober 2018.
Winarno, budi. 2007. Kebijakan publik teori dan proses. Yogyakarta. : Medpress.

23

Anda mungkin juga menyukai