Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indeks bias merupakan salah satu sifat optik yang banyak
digunakan untuk mencirikan keadaan suatu material transparan. Indeks
bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan
cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat
kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 200C dan suhu tersebut
harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi
indeks bias. (Mahendra, 2014)
Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
indeks bias suatu zat. Definisi indeks bias suatu zat adalah perbandingan
cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya
dalam zat tersebut (n). Hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari atom-
atom dalam medium tersebut. Refraktometer adalah perangkat
laboratorium atau lapangan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan
terlarut seperti gula, garam, protein, dan lain-lain berdasarkan pada
pengukuran indeks bias cairan tersebut. indeks bias (refraction) dihitung
dari Hukum Snell dan dapat dihitung dari komposisi bahan menggunakan
hubungan Gladstone-Dale. Ada empat jenis refraktometer utama yaitu,
Refraktometer Abbe,Brix,Salt,Hand. (Mahendra, 2014)
Densitas atau massa jenis benda adalah pengukuran massa untuk
setiap volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, semakin
besar pula massa setiap volume nya. Massa jenis tidak tergantung pada
jumlah benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, semakin besar pula
massa setiap volume nya. Apabila jenisnya sama maka nilai massa
jenisnya juga akan sama. Berbagai logam memiliki nilai densitas besar
dikarenakan atom - atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan
yang besar. Densitas dapat dilambangkan dengan simbol ρ, dimana simbol
tersebut berasal dari salah satu huruf Yunani (Mahendra, 2014).

1
1.2 Tujuan Percobaan
Membuat kurva baku hubungan indeks bias dengan kadar suatu
larutan berdasarkan data percobaan.

1.3 Batasan Masalah


Mebuat kurva baku hubungan indeks bias dengan konsentrasi
larutan Susu 10 % dan 15 % dan larutan gula 10 % dan 15 % dengan
menggunakan refraktometer dan mengukur densitas masing – masing
larutan dengan menggunakan piknometer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar /
konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip
kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan
memanfaatkan refraksi cahaya. Seperti terlihat pada Gambar di bawah ini
sebuah sedotan yang dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air akan
terlihat terbengkok. Pada Gambar kedua sebuah sedotan dicelupkan ke
dalam sebuah gelas yang berisi lauran gula. Terlihat sedotan terbengkok
lebih tajam. Fenomena ini terjadi karena adanya refraksi cahaya. Semakin
tinggi konsentrasi bahan terlarut (Rapat Jenis Larutan), maka sedotan akan
semakin terlihat bengkok secara proporsional. Besarnya sudut
pembengkokan ini disebut Refractive Index (nD). Refractometer
ditemukan oleh Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada
permulaan abad 20. (Elita , Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013)
Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
indeks bias suatu zat. Definisi indeks bias suatu zat adalah perbandingan
cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya
dalam zat tersebut (n). Hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari atom-
atom dalam medium tersebut. Refraktometer adalah perangkat
laboratorium atau lapangan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan
terlarut seperti gula, garam, protein, dan lain-lain berdasarkan pada
pengukuran indeks bias cairan tersebut. indeks bias (refraction) dihitung
dari Hukum Snell dan dapat dihitung dari komposisi bahan menggunakan
hubungan Gladstone-Dale. Ada empat jenis refraktometer utama yaitu,
Refraktometer Abbe,Brix,Salt,Hand. (Mahendra, 2014).
Ada empat jenis refraktometer utama:
1. refraktometer genggam tradisional (traditional handheld
refractometers),

3
2. refraktometer genggam digital (digital handheld refractometers),
3. laboratorium ataurefraktometer Abbe (Abbe refractometers), dan
4. proses refraktometer inline (inline process refractometers).
Ada juga Refractometer Rayleig yang digunakan (biasanya) untuk
mengukur indeks bias gas. Dalam kedokteran hewan(veterinary medicine),
refraktometer digunakan untuk mengukur jumlah protein plasma dalam
sampel darah dan berat jenis urin. Dalam gemmology, refraktometer
digunakan untuk membantu mengidentifikasi bahan permata dengan
mengukur indeks biasnya (Elita , Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013).
Salah satu cara untuk membedakan refraktometer berbeda.
Klasifikasi dalam indtrumen pengukuran analog dan digital, refraktometer
analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari
atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna. Detektor adalah skala
yang dapat dibaca dengan sistem optik dengan mata. Salah satu cara untuk
membedakan refraktometer berbeda.

Digital menggunakan refraktometer sebagai sumber cahaya adalah


LED. Detektor adalah sensor CCD yang digunakan sebuah pengukuran
temperature kompensasi indeks bias bergantung pada suhu. Metode
pengukuran apalagi refraktometer digunakan dalam sensor mesin yang
lebih kompleks, seperti sebagai sensor hujan dikendaraan atau di
perangkat detector untuk kromotografi cair kinierja tinaggi (HPLC). Disini
sering bekerja terus detektor indeks bias digunakan. Detektor adalah skala
yan dapat dibaca dengan system optik dengan mata. Salah satu cara untuk
membedakan refraktometer berbeda. Klasifikasi dalam indtrumen
pengukuran analog dan digital, refraktometer analog tradisional sering
digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk
berpisah dengan filter warna. Salah satu cara untuk membedakan
refraktometer berbeda. Detektor adalah skala yan dapat dibaca dengan
system optik dengan mata. Adapun salah satu cara yang digunakan
Detektor adalah skala yang dapat dibaca dengan salah satu cara untuk
membedakan refraktometer berbeda, (Tegangan et al., 2014).

3
2.2 Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau biasa
disebut pembelokan cahaya, disebut pembelokan cahaya karena dapat
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu Pembiasan cahaya
mendekati garis normal dan menjauhi garis normal adalah peristiwa
penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Berikut adalah penjelasan pembagian arah
pembiasan cahaya yang dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat
dari medium optik kurang rapat kemedium optik lebih rapat, contohnya
cahaya merambat dari udara kedalam air.
b. Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat
dari medium optik lebih rapat kedalam optik kurang rapat, contoh cahaya
merambat dari dalam air ke udara. (Tegangan et al., 2014)

2.3 Prinsip Kerja Refraktometer


Prinsip kerja dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan
memanfaatkan refraksi cahaya. Adapun prinsip kerja dari refraktometer
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan Papan Skala.
Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan
sample.
2. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka
sudut refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari
prisma dan sample besar. Maka pada papan skala sinar “a” akan
jatuh pada skala rendah.
3. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka
sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan
sample kecil. Pada gambar terlihar sinar“ b” jatuh pada skala besar.
3

Refraktometer merupakan suatu instrument yang digunakan untuk


mengukur pembengkokan dari cahaya yang dilewatkan dari satu medium
ke medium lainnya. Satuan yang digunakan dalam instrument
refraktometer ini adalah refractive index (RI). Aldof Brix, ilmuan dari
jerman kemudian membuat konversi dari nilai refractive index tersebut ke
satuan brix yang diambil dari namanya. Brix sendiri didefinisikan sebagai
banyaknya sukrosa murni per 100 gram air. Sebagai contoh : 10 gram
sucrose murni di dalam 90 gram air akan menghasilkan nilai 10 % brix.
Pada praktek analisa di laboratorium, pengukuran % brix sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, sehingga hal ini teramat sangat penting
untuk diperhatikan. Tabel conversi nilai temperature tersebut bisa
didapatkan dari icumsa, Appendix 2, SPS – 3 (1998) halaman 8. Dimana
dalam tabel tersebut digambarkan pengaruh perubahan suhu dari 15
derajat celcius s/d 40 derajat celsius untuk nilai brix dari 0 – 85 % brix
untuk setiap perubahan 5 % brix. Sebagai contoh Nilai brix dari sucrosa 10
% adalah 10 % pada suhu 20 derajat celsius tetapi nilai tersebut akan
bertambah 0.36 % jika analisa dilakukan pada suhu 25 derajat celsius
sehingga menjadi 10.36 % brix.
Demikian signifikannya pengaruh perubahan suhu pada
pengukuran refraktometer sehingga hal ini sangat penting untuk
diperhatikan. Dalam melakukan verivikasi refraktometer dapat
menggunakan air yang tentunya bebas dari pengotor di suhu 20 dimana
hasilnya harus menunjukkan nilai 0% brix plus minus nilai akurasi alat
yang biasanya bisa kita dapatkan dari manual book alat bersangkutan. Jika
kita menginginkan untuk melakukan verivikasi refraktometer di beberapa
titik (hal ini sangat disarankan) kita bisa membeli standar sukrosa
bersangkutan yang biasanya dijual di agen bersangkutan. Meskipun untuk
standar sukrosa ini tergolong mahal (kisaran harga sekitar Rp. 700.000,-
untuk volume sekitar 5 ml).Standar sukrosa tersebut biasanya tersedia
untuk nilai brix 5, 10, 20, 30, dst. Salah satu yang harus juga diperhatikan
dalam operasional brix ini adalah pastikan bahwa lensa untuk tetap dijaga.
Pembuatan larutan sukrosa sendiripun sebenarnya bisa dilakukan
tetapi sangat tidak disarankan karena mengingat larutan sukrosa ini mudah
sekali rusak dan harus segera digunakan, dari dari pengalaman saya sendiri
sukrosa tersebut juga sangat tidak stabil pada saat dilakukan penimbangan.
Sehingga sampai saat ini banyak yang lebih suka menggunakan larutan
standar pabrikan untuk menjamin ketelusurannya. Satu hal yang juga harus
diperhatikan dalam operasional brix ini adalah pastikan bahwa lensa untuk
tetap dijaga agar tidak tergores karena hal ini akan mempengaruhi nilai
pembacaan. (Elita , Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013)
Refraktometer merupakan suatu instrument yang digunakan untuk
mengukur pembengkokan dari cahaya yang dilewatkan dari satu medium
ke medium lainnya. Satuan yang digunakan instrument refractometer ini
adalah refractive index (RI). Prinsip kerja dari refractometer sesuai dengan
namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya (Elita ,
Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013)

2.4 Bagian – bagian Refraktometer

Gambar 2.4.1 Refraktormeter(Tegangan et al., 2014)

Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


indeks bias suatu zat.. Refraktometer adalah perangkat laboratorium atau
lapangan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut seperti
gula, garam, protein, dan lain-lain. Adapun bagian – bagiab dari
instrument Refraktometer yaitu :
5

1. Day light plate (kaca)


Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan
akibat debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang
diteteskan pada prisma tidak menetes atau jatuh.
2. Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan.
Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah
cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
3. Knop pengatur skala
Knop pengagtur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala
menggunakan aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau
berlawanan arah jarum jam hinggan didapatkan skala paling kecil (0.00
untuk refraktometer salinitas, 1.000 untuk refraktometer urine).
4. Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahay yang monokromatis.
5. Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga
suhu agar stabil.
6. Biomaterial strip
Biomaterial strip teerletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat)
dan berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18 – 28 OC. Jika saat
pengukuran suhunya mencapai kurang dari 18 OC atau melebihi 28
OC maka secara otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar
sesuai dengan range yaitu 18 – 28 OC.
7. Lensa pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk
memperbesar skala yang terlihat pada eye piece.
8. Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan
oleh refraktometer.
9. Skala
Skala berguna untuk melihat , konsentrasi, dan massa jenis suatu
larutan. (Elita , Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013)

2.5 Macam – macam Refraktometer


Refraktometer merupakan suatu instrument yang dapat digunakan
untuk mengukur pembengkokan atau indeks bias dari cahaya yang
dilewatkan dari satu medium ke medium lainnya. Refraktometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut
misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Definisi indeks bias suatu zat adalah
perbandingan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat
rambat cahaya dalam zat tersebut (n). Refraktometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut misalnya :
Gula, Garam, Protein dsb. Refraktometer merupakan suatu instrument
yang dapat digunakan untuk mengukur pembengkokan atau indeks bias
dari cahaya yang dilewatkan dari satu medium ke medium lainnya.
Adapun beberapa macam refraktometer,yaitu sebagai berikut :
1.Refraktometer Abbe

Pengertian Refractometer adalah alat yang digunakan untuk


mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam,
Protein dsb, Alat ini pertama ditemukan oleh Ernst Abbe (1840 1905)
yang bekerja untuk Perusahaan Zeiss di Jena, Jerman pada akhir 1800-
an. Instrumen pertama terdiri dari termometer dan air yang bersirkulasi
yang berfungsi untuk mengontrol suhu instrumen dan cairan tersebut.
Kegunaan Refraktometer Abbe :
1. Dapat digunakan untuk mengukur bermacam-macam indeks bias
suatu larutan
2. Dapat digunakan untuk mengukur kadar tetapi kita harus
membuatkurva standar.
Prinsip Pengukuran adalah dengan sinar yang ditransmisikan Sinar
kasa / sumber sinar p.risma sampel telescope
1. Lensa refraktometer dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan kapas
yang telah dibasahi dengan Xylol
7

2. Alirkan air melalui refraktometer agar alat berada pada suhu


pembacaan (suhu ini tidak boleh berada lebih kecil/besar 20C dari
suhu pembanding).
3. Kemudian dicoba mengukur indeks bias air suling terlebih dahulu.
4. Cairan yang akan ditetapkan indeks biasnya diteteskan pada lensa
prisma dengan pipet tetes.
5. Setelah terlihat adanya perbedaan terang dan gelap, kemudian bacalah
besarnya indeks bias pada angka yang ditunjukan oleh skala.
Setelah terlihat jelas adanya perbedaan terang dan gelap
pembacaan dilakukan beberapa kali dan setiap pembacaan hanya boleh
dilakukan apabila suhu dalam keadaan stabil. Angka rata-rata dari
pembacaan adalah Indeks bias bahan Umumnya indeks bias sudah
dikonversikan oleh alat, sehingga dapat langsung dibaca kadarnya.
Hanya untuk mengukur kadar zat tertentu saja dan terbatasi jika kadar
tidak terbaca misalnya : terlalu pekat maka harus diencerkan. Angka
rata-rata dari pembacaan adalah Indeks bias bahan Umumnya indeks
bias sudah dikonversikan oleh alat Hasil akhir dikalikan dengan
pengenceran. Pengertian Refractometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula,
Garam, Protein dsb,
2. Hand Refraktometer
Indeks bias sudah dikonversikan hinga dapat langsung dibaca
kadar atau konsentrasinya. Hanya untuk mengukur kadar atau
konsentrasi zat tertentu saja dan terbatasi jika kadar tidak terbaca
misalnya adalah salah larutan yang terlalu pekat maka harus di
encerkan. Hasil akhir dikalikan dengan pengenceran. Macam-macam
Hand Refraktometer adalah sebagai berikut : (Davigul, 2014)
a. Hand Refraktometer brik untuk gula 0 – 32 %
b. Hand Refraktometer salt untuk NaCl 0 – 28 %

Hand Refraktometer :
a. Mempunyai 1 lubang pengamat .
b. Dibaca skala yang ditunjukan batas biru putih
c. Sebelum ditetesi zat setelah ditetesi zat/ larutan
Terjadinya Pembiasan karena cahaya menembus median yang
lebih rapat indeks bias dipengaruhi oleh : temperatur dan tekanan.
Semakin tinggi temperatur atau semakin rendah tekanan maka kerapatan
median semakin kecil.
Cara perawatan, yaitu :
a. Setelah dipakai, bagian prisma dibersihkan sampai kering.
b. Perlu ditera dengan aquades, sampai batas biru putih yang
menunjukan skala 0.
3. Refraktoemeter Brix
Refraktometer Brix digunakan untuk mengkur konsentrasi
padatan terlarut dari gula,garam, protein, dan lebih spesifiknya untuk
makanan dan cairan ideal untuk control kualitas. hand refraktometer brix
( digunakan untuk gula 0-32%).
4. Salt Refraktometer
Refraktometer Salt banyak digunakan untuk mengukur kadar
atau konsentrasi garam pada bagian perseribu atau ppt dan berat jenis
atau persen salinitas (kadar garam) tergantung pada model. Refraktmeter
salt digunakan untuk mengukur konsentrasi garam dari air atau air
garam. Hand refraktometer salt untuk pada garam atau NaCL 0-28%.
(Davigul, 2014)

2.6 Indeks Bias

Pembiasan cahaya dapat tejadi dikarenakan perbedaan cahaya pada


medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada
medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) :
“Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam
suatu zat dinamakan Indek Bias”.
Secara Matematis Dapat Dirumuskan :
9

C = n/v…………………..……………….2.1
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n≥1). Indeks
bias pada, medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan
cahaya dalam ruang hampa udara cepat rambat cahaya pada suatu medium.
Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa
bidang diantaranya adalah dalam teknologi film tipis dan fiber optik (“12
22 11 ),” 2010).
Dalam bidang spektroskopi, indeks bias dapat digunakan untuk
menginterpretasikan data-data spektroskopi, Sedangkan koefisien indeks
bias dapat digunakan untuk mendesain laser zat padat. lain untuk
mengetahui konsentrasi larutan dan mengetahui komposisi bahan- bahan
penyusun larutan. Indeks bias juga dapat digunakan untuk mengetahui
kualitas suatu larutan. Penelitian yang dilakukan oleh (“12 22 11 ),” 2010)
menunjukkan bahwa indeks bias dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian dan kadaluarsa dari oli. Sedangkan penelitian yang dilakukan
(“12 22 11 ),” 2010) menunjukkan bahwa indeks bias dapat digunakan
untuk menentukan kemurnian minyak goring. kandungan gula dalam kue,
dan lain-lain serta Indeks bias suatu larutan. Indeks bias tidak pernah lebih
kecil dari 1 (artinya, n≥1). Indeks bias pada, medium didefinisikan sebagai
perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara cepat
rambat cahaya pada suatu medium Pembiasan cahaya dapat tejadi
dikarenakan perbedaan cahaya pada medium yang rapat lebih kecil
dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat.
Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya
dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan Indek
Bias”. . (Elita , Ikhwanilubis, & Al Arfi, 2013)

2.7 Hukum Snelius


Hukum snelius adalah rumus matematika yang memberikan
hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelembang
lainnya yang melalui batas antara dua medium isotopik berbeda, seperti
udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan Belanda
Willbrord Snellius, yang merupakan salah satu penemuannya. Hukum ini
juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan. (anonim,
2014)

Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut dating dan


sudut bias adalah konstas, yang tergantung pada medium. Perumusan lain
yang dcivalen adalah nisbah sudut dating dan sudut bias sama dengan
nisbah kecepatan cahaya pada kecua medium, yang sama dengan
kebalikan nisbah indeks bias.
Pada tahun 1637, Rene Descartes secara terpisah menggunakan
argument heuristic kekekalan momentum dalam bentuk sinus dalam
tulisannya Discourse On Method untuk menjelaskan hukum ini. Cahaya
dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang
lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat
terusiknya plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta.
Dalam bahasa perancis, hukum snellius disebut Loide Descartesatau Loide
Snell-Descartes. Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut dating
dan sudut bias adalah konstas, yang tergantung pada medium. Perumusan
lain yang dcivalen adalah nisbah sudut dating dan sudut bias sama dengan
nisbah kecepatan cahaya pada kecua medium, yang sama dengan
kebalikan nisbah indeks bias. (Tegangan et al., 2014)

2.8 Susu

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina


sebagai sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan
mamalia betina bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga
tidak sama pada hewan mamalia yang berbeda (Potter, 1976). Menurut
Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh
kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan
makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu yang
dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsur
11

darah pada kelenjar susu sapi. Sedangkan menurut Buckle (1985), susu
didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui
anaknya .
Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian
besar zat gizi esensial ada dalam susu, di antaranya yaitu protein, kalsium,
fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber
kalsium paling baik, karena di samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa
di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna.
Kandungan air di dalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 87,5%.
Meskipun kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu 5%, tetapi rasanya
tidak manis. Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir
(sukrosa). Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab
terhadap rasa susu yang spesifik. Susu merupakan makanan alami yang
hampir sempurna. Sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, di
antaranya yaitu protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin
B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena di samping
kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu
di dalam saluran cerna.
Saat ini beragam jenis susu telah beredar di pasaran. Beberapa
jenis susu yang saat ini beredar di pasaran di antaranya yaitu:
1. Susu segar, adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing,
atau domba, dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat
dan bebas dari kolostrum, serta kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum dapat
perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu jenis ini kadar lemak
susunya tidak kurang dari 3%, sedangkan total padatan bukan
lemak tidak kurang dari 8%.
2. Susu pasteurisasi, adalah produk susu cair yang diperoleh dari
susu segar atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang
dipanaskan dengan metode High Temperature Short Time (HTST)
atau metode Holding, dan dikemas segera dalam kemasan yang
steril secara aseptis. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak
kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak tidak kurang dari
8%. Susu ini diperoleh dari susu segar atau susu rekontritusi.atau
susu kombinasi yang dipanaskan dengan suhu tinggi (atami, 2009)
3. Susu UHT, adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada
suhu tidak kurang dari 135oC selama 2 detik dan dikemas segera
dalam kemasan yang steril dan secara aseptis. Susu jenis ini kadar
lemak susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak
tidak kurang dari 8%.
4. Susu steril, adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang dipanaskan pada
suhu tidak kurang dari 100oC selama waktu yang cukup untuk
mencapai keadaan steril komersial dan dikemas secara hermetis
(kedap). Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3%
dan total padatan bukan lemak tidak kurang dari 8%.
5. Susu tanpa lemak atau susu skim, adalah produk susu cair yang
sebagian besar lemaknya telah dihilangkan dan dipasteurisasi atau
disterilisasi atau diproses secara UHT. Susu jenis ini kadar lemak
susunya tidak lebih dari 1,25% dan kadar proteinnya tidak kurang
dari 2,7%. (atami, 2009)

2.9 Sukrosa

Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan


rumus kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside).
Secara komersial sukrosa umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum
officinarum) yang merupakan tanaman daerah tropis dan beet (beta
vulgaris) yang merupakan tanaman sub- tropis. Sukrosa merupakan
senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi
(emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan pelarutan
(solubizing) yang sangat baik.
13

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi–1,2,3–


propane trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau
hasil proses fermentasi. Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga
gugus karboksil (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing
gugus akan melepaskan ion protonnya sehingga terbentuk ion sitrat. Sitrat
membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH. Asam
sitrat merupakan senyawa organik yang bermanfaat sebagai penyapu
logam-logam berat karena dapat membentuk suatu kompleks tidak aktif
dengan besi dan logam-logam berat lainnya .
Gula tebu (cane sugar) merupakan nama lain non teknik untuk
sukrosa. Sukrosa termasuk gula non reduksi, sehingga tidak mereduksi
larutan Fehling menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat menjadi perak.
Sukrosa tersusun dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan
fruktosa Sukrosa mempunyai nilai ekonomis karena rasa manis dan
kemurniannya.
Di samping untuk dikonsumsi langsung, sukrosa mempunyai
potensi menjadi bahan baku untuk produksi bahan kimia lainnnya.Menurut
Nuryanto (1997), sukrosa mempunyai sifat non-toksik, tidak berbau dan
tidak berasa, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan apabila
dicampurkan dengan bahan lain akan terhidrolisa ke dalam bentuk normal
produk makanan. Sukrosa termasuk gula non reduksi, sehingga tidak
mereduksi larutan Fehling menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat
menjadi perak. Sukrosa tersusun dari dua molekul monosakarida, yaitu
glukosa dan fruktosa Sukrosa mempunyai nilai ekonomis karena rasa
manis dan kemurniannya. (Purnamawati, 2006)
Madu mengandung glukosa (dekstrosa) dan fruktosa (levulosa)
dalam jumlah yang tinggi. Menurut Winarno (1982), kadar dekstrosa dan
levulosa yang tinggi mudah diserap oleh usus bersama zat-zat organik lain,
sehingga dapat bertindak sebagai stimulant bagi pencernaan dan
memperbaiki nafsu makan. Selain itu, madu juga memiliki sifat
antimkiroba. Berdasarkan hasil peneliti Komara (2002), madu memiliki
aktivitas senyawa antibakteri terutama pada baktero Gram (+), yakni
bakteri S, Aureus, B. cereus Sejak dahulu madu sudah banyak diginakan
oleh para ahli. Di samping untuk dikonsumsi langsung, sukrosa
mempunyai potensi menjadi bahan baku untuk produksi bahan kimia
lainnnya. (Anonim, 2016)
Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan
mempunyai sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming),
deterjensi (detergency) dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik. Gula
tebu (cane sugar) merupakan nama lain non teknik untuk sukrosa. Sukrosa
termasuk gula non reduksi, sehingga tidak mereduksi larutan Fehling
menjadi Cu(I)O atau larutan perak nitrat menjadi perak. Sukrosa tersusun
dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa Sukrosa
mempunyai nilai ekonomis karena rasa manis dan kemurniannya.

2.9.1 Gula

Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat


sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh
untuk diubah menjadi energi. Secara umum,gula gula dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: monosakarida dan
disakarida, berikut adalah penjelasan dari kedua golongan tersebut
a. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia
terbentuk dari satu molekulgula. Adapun yang termasuk
kedalam golongan monosakarida adalah glukosa, fruktosa,
galaktosa.
b. Disakarida
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti
terbentuk dari dua molekul gula.Yang termasuk disakarida
adalah sukrosa (gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa
(gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan
dari dua glukosa).
15

Penjelasan di atas adalah gambaran gula secara umum,


namun yang akan dibahasdan digunakan dalam penelitian ini
adalah produk gula. Gula merupakan komoditas utama
perdagangan di Indonesia. Gula merupakan salah satu pemanis
yang umumdikonsumsi masyarakat. Gula biasa digunakan sebagai
pemanis di makanan maupunminuman, dalam bidang makanan,
selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer dan
pengawet.Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang
umumnya dihasilkan daritebu. Namun ada juga bahan dasar
pembuatan gula yang lain, seperti air bunga kelapa, aren, palem,
kelapa atau lontar. Gula sendiri mengandung sukrosa yang
merupakananggota dari disakarida.
Menurut American Heart Foundation, perempuan
sebaiknya tidak mengkonsumilebih dari 100 kalori tambahan dari
gula perhari dan laki – laki 150 kalori per harinya.Artinya, untuk
perempuan tidak lebih dari 25 gr per hari, dan 37,5 gr untuk laki –
laki.Jumlah itu sudah mencakup gula di minuman, makanan,
kudapan, permen, dan semuayang dikonsumsi pada hari itu
(Darwin, 2013)Mengkonsumsi gula harus dilakukan dengan
seimbang, dalam hal ini seimbangdimaksudkan bahwa kita harus
mengatur karbohidrat yang masuk harus sama denganenergi yang
dikeluarkan oleh tubuh. Energi yang dikeluarkan oleh manusia
tidak samasatu dengan lainnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti jenis kelamin,berat badan, usia, dan
aktivitas yang dilakukan. (atami, 2009)

2.10 Aplikasi Refraktometer dalam industry

Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


indeks bias suatu zat. Refraktometer adalah perangkat laboratorium atau
lapangan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut seperti
gula, garam, protein, dan lain-lain berdasarkan pada pengukuran indeks
bias cairan tersebut. Setiap industri termasuk Makanan, Minuman,
Wewangian, penggilingan Gula,Refining, Pengolahan, Minyak, Kimia,
Farmasi, Flavor, Kosmetika, dan pengujianToksikologi, memiliki
persyaratan aplikasi yang unik, kendala lingkungan dan isu-isu
penanganan operator dengan yang bersaing.Oleh karena itu, salah satu
aplikasi penggunaan refraktometer antara lain seperti berikut:
a. Dalam kedokteran hewan
Dalam kedokteran hewan, Refraktometer yang digunakan untuk
mengukur total protein plasma dalam sampel darah dan urin berat jenis.
b.Dalam diagnostik obat
Dalam diagnostik obat, refraktometer yang digunakan untuk
mengukur berat jenisdalam urin manusia.
c.Dalam gemmology
Dalam gemmology, refraktometer yang digunakan untuk
membantumengidentifikasi bahan permata dengan mengukur indeks bias
mereka.
d.Dalam akuarium laut pembukuan
Dalam akuarium laut pembukuan, refraktometer yang digunakan
untuk mengukur salinitas dan berat jenis air. (Elita , Ikhwanilubis, & Al
Arfi, 2013).

Anda mungkin juga menyukai