Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN INFORMASI DAN MUSEUM

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dibimbing
oleh Bapak Prof. Ir. Suhadi

Disusun oleh:

Nur Rokhimatul Faizah

150342608046

GHI-L

Universitas Negeri Malang

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengeahan Alam

Jurusan Biologi

Februari, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah
peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya
ditemukan peninggalan berbagai macam sejarah dan budaya di setiap daerah di Indonesia,
untuk mengingat dan melihat kembali sejarah yang terjadi kita harus melihat ke masa
lampau, seluruh kejadian yang ada pada masa lalu tersebutlah yang mempengaruhi masa
yang kita alami pada saat ini. Segala macam peninggalan sejarah nenek moyang tersebut
sangat perlu dijaga dan dilestarikan sebagai suatu bukti dimulainya suatu peradaban. Cara
menjaga dan melestarikan peninggalan masa lampau tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan media museum sejarah.
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga
yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan
memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-
tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Museum adalah salah satu elemen yang menyimpan
warisan budaya yang menghubungkan manusia dari masa lalu ke masa kini. Warisan
budaya tersebut adalah bukti peradaban manusia yang telah melewati sebuah proses sosial
hingga terletak di museum dan akhirnya menjadi sebuah dokumen sejarah (Ardiwidjaja,
2013:1). Oleh karena itu, koleksi museum harus dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan yang memuat berbagai nilai dan makna dari peradaban manusia tersebut. Jika pesan
yang disampaikan belum dapat diterima publik maka misi museum sebagai pusat
informasi budaya belum sepenuhnya terwujud.
Menurut Van Mensch (2003) via Ardiwidjaja (2013:35) fungsi dasar museum adalah
melakukan penelitian, konservasi, dan komunikasi sebagai aspek mediasi terhadap
masyarakat. Fungsi dasar tersebut disebut dengan istilah fungsi dasar museologi. Dalam
hal penelitian museum terlibat para peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Kegiatan
penelitian akan menghasilkan preservasi (konservasi) berkaitan dengan tugas-tugas
museum dalam mengelola koleksi di antaranya adalah memelihara fisik, administrasi
koleksi, dan manajemen koleksi terdiri dari pengumpulan, pendokumentasian, konservasi,
dan restorasi koleksi. Hasil penelitian dipublikasikan untuk masyarakat luas berupa ilmu
pengetahuan, pengalaman dalam bentuk pameran, program-program pendidikan,
perhelatan, 2 dan publikasi. Akan tetapi, fungsi museologi tersebut belum dapat dihayati
oleh masyarakat. Hampir setiap orang yang diajak berkunjung ke museum dapat
dipastikan bahwa mereka akan bertanya tentang koleksi apa saja yang ada di museum itu
dan koleksi apa yang paling menarik. Orang berkesimpulan bahwa koleksi adalah produk
atau hasil utama museum. Kesimpulan selanjutnya adalah museum harus menghasilkan
koleksi sehingga memaksa museum mempunyai ciri khusus (Van Mensch, 2003. via
Ardiwidjaja, 2013:72).
Kenyataan di masyarakat minat terhadap museum cukup kurang, hal ini menjadi 3
keprihatinan bahwa fakta sejarah tersebut tidak banyak diketahui. Hal tersebut
dikarenakan sumber sejarah persandian belum terdokumentasi dan tervisualisasi dengan
baik. Koleksi-koleksi Museum di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri tetapi, sejauh
ini daya tarik masyarakat atas koleksi museum belum terungkap secara sistematis. Selain
itu, bagaimana tanggapan atau persespsi pengunjung Museum terhadap koleksi-koleksi
yang ada juga belum tergambarkan secara detail. Hal tersebut sangat penting mengingat
populasi museum di Indonesia masih rendah sehingga secara umum museum masih
belum menjadi daya tarik wisata untuk mendongkrak kunjungan yang signifikan. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah kajian untuk mengetahui daya tarik koleksi dan tingkat
persepsi pengunjung pada Museum di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan informasi dan museum?
2. Bagaimana daya tarik masyarakat Indonesia terhadap museum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengelolaan informasi dan museum.
2. Menegetahui daya tarik masyarakat terhadap museum.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Informasi Dan Museum
Museum dikelola secara terstruktur yang dipimpin oleh seorang kepala museum, di mana
dalam pelaksanaannya dibantu oleh berbagai unsur yang secara langsung bertanggung
jawab kepada kepala museum, pengelolaan museum berbeda beda antara satu dan
lainnya tergantung besar dan jenis museum, tetapi secara umum struktur pengelolaan
pada museum dapat digambarkan sebagai berikut.

Tugas-tugas yang dijalankan masing-masing personil dalam pengelolaan museum


adalah sebagai berikut:
a. Kepala Museum Kepala museum memimpin segala kegiatan yang ada di dalam
museum, selain itu, kepala museum juga bertugas untuk mengarahkan personil-
personilnya dan bertanggung jawab terhadap semua unsur yang terdapat di dalam
museum
b. Tata Usaha Kepala TU dan Kepustakaan Kurator Koleksi Konservator Laboratorium
Preparator Studio Edukator Instruktur Bagian administrasi Bagian Registrasi
Perpustakaan Bagian Keuangan Bagian Umum Bagian Rumah Tangga Pengadaan
Koleksi Registrasi Dokumen Katalogisasi Penyimpanan Penelitian Reproduksi
Perawatan Restorasi Perencanaan Materi Informasi Publikasi Pameran Pendidikan II-
8 Bagian tata usaha secara umum melakukakan kegiatan administrasi museum yang
mencakup urusan registrasi, katalogisasi dan dokumentasi koleksi museum, serta
pengadaan dana operasional museum
c. Kurator
Museum Kurator memiliki tugas yang bersifat ilmiah di mana dibutuhkan tenaga ahli
yang sesuai dengan bidangnya dan juga koleksi museum, kegiatan kuratorial
mencakup kegiatan identifikasi, katalogisasi, klasifikasi, riset, penerbitan dan metode
kelengkapan bagi penyajian serta mengawasi dan mengkoordinir materi koleksi
d. Konservator
Konservator merupakan petugas yang secara langsung melakukan kegiatan konservasi
koleksi dengan kegiatan yang meliputi:
1) Meneliti, merawat dan menjaga benda koleksi agar tidak mengalami kerusakan
(pemeliharaan)
2) Bersama staff lain memberikan pengarahan dalam desain pameran

e. Bagian Bimbingan Edukatif (Instruktur)


Instruktur adalah penggabungan staf ilmiah museum dengan pengunjung museum,
instruktur adalah pemberi bimbingan penerangan yang bersifat mendidik kepada
publik luas yang tugasnya meliputi: 1) Penyelenggaraan ceramah, demonstrasi objek-
objek materi museum, pemutaran film dan sebagainya 2) Menemukan bahan-bahan
informasi

f. Preparator
Preparator adalah pegawai yang bertugas melakukan perencanaan dan
penyelenggaraan pameran museum yang bersifat tetap maupun temporer, tugas ini
menuntut preparator memiliki daya ketrampilan, imajinasi, dan improvisasi artistik
yang tinggi karena tugasnya meliputi:
1) Membuat desain pameran
2) Melaksanakan tata fisik pameran
3) Memperbaiki kerusakan
g. Ahli Kepustakaan
Ahli kepustakaan merupakan staf yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Menyeleksi buku-buku yang berkaitan dengan tujuan penyelenggaraan museum
2) Mengumpulkan, mencatat, memelihara serta mengawetkan buku-buku koleksi
3) Mentelenggarakan perpustakaan bagi kepentingan pengelola dan pengunjung

Pendokumentasian dan inventarisasi pada museum biasanya masih bersifat tertulis


dan di rangkum dalam buku sehingga sulit untuk diakses oleh banyak orang di saat
bersamaan, misal pencatatan koleksi. Belum memiliki prosedur yang tetap serta tertulis
dalam perawatan benda koleksi sehingga akan menjadi masalah jika karyawan
mengundurkan diri, misal tata cara pembersihan benda koleksi. Untuk memudahkan
pengaksesan dokumentasi museum, sebaiknya data di simpan di komputer sehingga
dokumentasi dapat di akses secara bersama-sama. Skill yang dimiliki oleh karyawan
dapat di simpan untuk kebutuhan museum dengan menggunakan komputer sehingga jika
karyawan yang memiliki skill tersebut menggundurkan diri, tidak berdampak besar bagi
organisasi.
Dengan memanfaatkan IT sebagai tempat untuk menyimpan data museum seperti
pencatatan koleksi dan prosedur, museum tidak akan kesulitan dalam mengelola koleksi,
dikarenakan data yang disimpan dapat disebarkan dan resiko kehilangan data kecil.
Menurut Kavakli et al pada jurnal yang berjudul Building Museum Information Systems:
A Knowledge Management Approach (2003) melalui metode penelitian analisis
perspektif, museum sebagai budaya organisasi yang menghasilkan dan menyimpan
sejumlah besar informasi. Dapat digolongkan menjadi tiga jenis kategori yaitu
collections, museological dan informasi bisnis. Di beberapa museum terkait dengan
penyimpanan kumpulan data masih berbentuk arsip dan dokumen berupa paper based,
begitu juga tidak ada standard mekanisme untuk mengelompokkan dan mengindekskan
objek atau koleksi museum sehingga untuk mencari suatu objek hanya berdasarkan
pengetahuan dari staff museum sehingga beresiko jika staff museum tersebut berhenti
atau pensiun. Maka harus ada perencanaan dan perancangan perubahan sistem yang
dilakukan pihak museum supaya knowledge yang ada tidak terbuang percuma.
Membangun suatu 3 sistem informasi tidak semuanya tentang dalam perancangan
komponen peranti lunak tetapi butuh pengertian dan persetujuan dari para pimpinan
museum supaya memastikan bahwa sistem tersebut memenuhi kebutuhan organisasi dan
strategi bisnis.

Museum dapat membuat KM untuk membantu mengelompokkan dan mencari kata–


kata yang tepat dalam menjelaskan suatu konsep supaya meningkatkan konsistensi dan
pengambilan informasi dan komunikasi di seluruh organisasi. Dengan adanya KM
dimaksudkan supaya tidak ada lagi knowledge yang terbuang percuma dan dapat
disimpan sebagai data organisasi untuk kedepannya. Karena pengetahuan dan skill setiap
karyawan berbeda-beda, maka diperlukan adanya pengelolaan data agar pengetahuan dan
skill dapat dikelompokkan sesuai dengan isi serta dapat disebarkan dan dipelajari oleh
karyawan lain.
Pengetahuan yang ada biasanya disimpan dan terdokumentasi dalam bentuk kertas,
sehingga dikhawatirkan data akan rusak ataupun hilang serta sulit untuk dicari.
Pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan merupakan asset penting bagi organisasi,
karena informasi yang dimiliki berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dalam merawat
benda koleksi. Sehingga dengan adanya portal KM untuk menampung pengetahuan
karyawan, diharapkan mengurangi dampak hilangnya knowledge asset, karena jika
karyawan mengundurkan diri asset yang dimiliki karyawan tersebut akan ikut hilang, jika
terjadi hilangnya knowledge asset, maka terpaksa museum mendidik pegawai baru untuk
mengisi jabatan yang kosong tersebut. Setiap karyawan memiliki skill yang berbeda-
beda, sehingga akan menjadi masalah ketika orang yang ahli tidak ada saat kegiatan
perawatan benda koleksi sedang berlangsung. Karena benda koleksi yang dimiliki
banyak dan mempunyai jenis jenis yang berbeda membuat museum kesulitan dalam
mendokumentasi, seperti jenis, nama ilmiah, dan cara perawatan.

2.2 Daya Tarik Masyarakat Indonesia Terhadap Museum


Pentingnya keberadaan sebuah museum, namun yang menjadi kendala bagi dunia
permuseuman di Negara kita adalah kurangnya minat masyarakat terhadap museum. Hal
ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
a. Faktor eksternal
Factor eksternal yaitu adanya anggapan masyarakat tentang museum yang masih
negative. Mereka menganggap bahwa museum hanyalah sekedar tempat untuk
menyimpan barang – barang tua semata.
b. Faktor internal
Faktor internal yaitu berasal dari pihak museum sendiri. Di mana banyak tampilan
museum di Indonesia yang belum ditata secara menerik sehingga terkesan
membosankan.
Akan tetapi, pada dasarnya kedua hal tersebut di atas dapat diatasi. Bahwa pada
dasarnya kurangnya minat masyarakat terhadap museum dapat 4 diatasi dengan dua cara,
pertama yaitu dengan cara publikasi tentang keberadaan museum tersebut baik melalui
media cetak maupun elektronika. Kedua yaitu dengan cara mengadakan kegiatan –
kegiatan untuk publik seperti pameran, hunting bersama, bazaar dan sebagainya.
Sehingga dapat menarik minat masyarakat terhadap museum tersebut.
Oleh karena itu, keberadaan museum nanti, dalam hal ini adalah museum arsitektur,
harus direncanakan dengan tampilan desain yang menarik dari interior maupun
eksteriornya, sehingga diharapkan nantinya bisa menjadi daya tarik dan mampu
meningkatkan animo masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam pengelolaan informasi dan museum harus ditata dengan dikelola secara
terstruktur. Dengan tugas yang masing-masing setiap personil. Dalam pelaksaanan ini
dibutuhkan informasi untuk mendukung adanya museum dengan media social atau
teknologi informasi yang fugsinya sebagai dokumentasi maupun penyebarn informasi.
Daya minat masyarakat terhadap museum perlu ditingkatkan dengan penyebaran
informasi dan pengelolaan museum yang baik.
3.2 Saran
Perlu adanya peningkatan pengelolaan informasi museum agar minat masyarakat
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai