Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari
hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari
kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat
hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika
pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian
tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan
selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka
akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat
manusia,dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya,
pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana manusia dikatakan sebagai makhluk biologis?
2. Bagaimana manusia dikatakan sebagai makhluk sosial?
3. Bagaimana manusia dikatakan sebagai makhluk budaya?
4. Bagaimana manusia dikatakan sebagai makhluk religius?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk biologis.
2. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk budaya.
4. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk religius.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Biologis


Menurut agama pengertian manusia sebagai makhluk sosial adalah
mahluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi dari
fungsi dan tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.Pengertian yang
lain, menjelaskan bahwa manusia biologis adalah makhluk utama dalam
dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan
atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki
kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan
untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup
melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan
tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan
mengacu pada sistem nilai. Manusia adalah mahluk hidup yang lahir, tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Sebagai mahluk
biologi manusia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Manusia merupakan susunan sel-sel yang hidup yang membentuk satu
jaringan dan jaringan akan bersatu membentuk organ dan system organ.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia dipengaruhi oleh
berbagai macam factor meliputi :
1) Faktor lingkungan, meliputi idiologi, politik, ekonomi, budaya,
agama.
2) Faktor social, sosialisasi dengan orang lain
3) Faktor fisik : geografis, iklim/cuaca.
4) Factor fisiologis : system tubuh manusia
5) Faktor psikodinamik : kepribadian, konsep diri, cita-cita.
6) Spiritual : pandangan, motivasi, nilai-nilai.
b. Tunduk terhadap hukum alam.
c. Memiliki kebutuhan.

2
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya.
Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium
kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah
kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan
bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan.
1. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada
yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada
individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri
dari :
a. Dorongan untuk makan.
b. Dorongan untuk mempertahankan diri.
c. Dorongan untuk melangsungkan jenis.
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu
merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan.
Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh
manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai
kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan
melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari:
1) penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima
bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam
diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

3
2) penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru
untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia
sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara
efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam
ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara
luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri
membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya
sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu
sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial. Yang menjadi ciri manusia
dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang
dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi
manusia terdiri dari tiga hal yakni :
a. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia
berinteraksi satu sama lain.
b. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam
kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat
yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi
tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih
saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi
seperti semula.
c. solasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi
dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk
sebuah interaksi yang harmonis.
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan
dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas,

4
kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan
bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini
tanpa bantuan orang lain.
2. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan
dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia
cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan
manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut
sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan
membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan
integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama
dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk
kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari
pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan,
baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal
(institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.
a. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.
Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini
merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu
hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan

5
warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu
mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela
mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam
rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak
mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga
mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang
lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan
berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya
dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat
yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik
merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia.
Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan
menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas
dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi
bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan
jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan
rohani.

6
C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan
kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati
dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan
salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk menjadi
manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi,
budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai
suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Manusia sebagai makhluk berbudaya berarti manusia adalah makhluk
yang memiliki kelebihan dari makhluk lain, yaitu manusia memiliki akal
yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai catatan bahwa
dengan pikirannya, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan
kehendaknya, manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya
manusia dapat mencapai kebahagiaan. Tujuan dari pemahaman bahwa
manusia sebagai makhluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan
dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematik budaya yang
berkembang dimasyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan
makhluk biologis saja, namun juga sebagai makhluk sosial, ekonomi, politik,
dan makhluk budaya.
Bukti bahwa manusia makhluk berbudaya adalah kita dapat
mengembangkan potensi perilau yang baik untuk bergaul dengan masyarakat
dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal,
memahami, dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap
sopan, ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para
seniman dan budayawan, lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.
Contoh-contoh yang menentukan manusia sebagai makhluk
berbudaya, misalnya kebiasaan masyarakat untuk mengadakan budaya bau
nyale di wilayah Nusa Tenggara Barat, saweran pada acara pernikahan, dan

7
berbagai macam budaya lain di Nusantara ini yang sampai sekarang masih
tetap dilaksanakan karena kepercayaan mereka kepada nenek moyang mereka
sekaligus sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk berbudaya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam
segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh
Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat
membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun
perlu digaris bawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia
sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai
dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman membagi kebudayaan dalam 3
wujud :
1. Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide,
gagasan,nilai,norma, peraturan yang sifatnya abstrak.
2. Aktivitas (tindakan) : Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat., sering disebut sebagai system
sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-
pola tertentu.sifatnya konkret dapat diamati.
3. Artefak ( karya) : Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

D. Manusia Sebagai Mahluk Religius


Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di
luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup,
musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan
kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan
itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan
membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar belakang manusia
membutuhkan agama:

8
1) Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan
ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan
fitri manusia. Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi
Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi
agama yaitu pada manusia primitif yang tidak pernah mendapat
informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya
Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas pada khayalan.
Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi
beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan
dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
2) Kelemahan dan kekurangan manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia
juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia
diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula
manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik
keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain
sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut
untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan
bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap
agama.
3) Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan
dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan
tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan
manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.

9
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan
mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya
mengagamakan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat
mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.
1. Fungsi Agama dalam Kehidupan
Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama
diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan kebenaran. Agama dapat
dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang
benar dan yang salah.
Fungsi agama dalam kehidupan antara lain
a. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh
tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-
petugasnya (fungsionaris).
b. Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan
“makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya.
Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat
memperoleh apa yang ia inginkan.
c. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang
dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system
hokum Negara modern.
d. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan
tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan
sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
e. Fungsi Transformatif
Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama
dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

10
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai
makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui
kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa
menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa
dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain,
yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang
mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi Dalam kehidupannya,
manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin
mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah
Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan
untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun
diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan
pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi
makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai
seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk
dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupun
dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Secara umum ada dua pandangan yang berbeda pula tentang asal-usul
manusia. Menurut Evolusionisme beradanya manusia di alam semesta adalah
sebagai hasil evolusi. Sebaliknya Kreasionisme menyatakan bahwa beradanya
manusia di alam semesta sebagai makluk (ciptaan) Tuhan. Oleh karena itu
manusia berkedudukan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa maka dalam
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya
Fenomena Kemaklukan. Fenomena kemakhlukan ini, antara lain berupa
pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia
daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di

11
hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui
keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya yang Maha
Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba
Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia
merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu begitu pedih
siksaNya.
Dengan demikian, di balik adanya rasa cemas dan takut itu muncul
pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil
tindakan dalam hidupnya. Adapun hal tersebut dapat menimbulkan kejelasan
akan tujuaqn hidupnya, menimbulkan sikap positif dan familiaritas akan masa
depannya, menimbulkan rasa dekat dengan PenciptaNya. Dalam
kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia
selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna
tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan
dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun
diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Melalui sebuah
pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan.
Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari
tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat
dalam lingkungan sehari-hari. Manusia merupakan karya allah swt, yang
terbesar dilihat dari potensi yang dimilikinya. Manusia merupakan satu-
satunya makhluk allah yang aktivitasnya mampu mewujudkan begian
tertinggi dari kehendak tuhan dan menjadikan sejarah (QS. 5: 56 dan QS. 75:
36), serta menjadi makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi
semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperluka. Syarat-syarat tersebut
menjadikan manusia mampu mengadakan hubungan timbal balik dengan
alam dan sesamanya serta dengan pencipta dirinya yang juga pencipta alam.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut agama pengertian manusia sebagai makhluk sosial adalah mahluk
yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan
yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi dari fungsi dan
tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.
2. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.
3. Manusia sebagai makhluk berbudaya berarti manusia adalah makhluk
yang memiliki kelebihan dari makhluk lain, yaitu manusia memiliki akal
yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu
berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
4. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai
makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain.
Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha,
dan bisa menentukan mana yang benar dan baik.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang kami susun
tersebut. Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberika kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami.

13
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Setiadi Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Munib, Achmad, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press.
Http://Macro Bio Student Ummy Solok_ Makalah Pengantar Pendidikan“Hakikat
Manusia Dan Pengembangannya”.Html
Http://Hakikat Manusia Dan Perkembangannya _ Afid Burhanuddin.Html

14

Anda mungkin juga menyukai