Lingkup Pekerjaan Struktur untuk Pembangunan Gedung RSUD Ungaran meliputi pekerjaan
sebagai berikut :
2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Kedalaman galian pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai dengan peil-peil yang
tercantum dalam gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan
jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat dibagian galian yang akan
dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain
yang masih digunakan, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus secepatnya
memberitahukan kepada Direksi/Konsultan MK, atau kepada intansi yang berwenang
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Penyedia Jasa Konstruksi
bertanggung jawab atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan
galian tersebut.
c. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar
sedang lubang diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga
mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
1
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada waktu
pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang memadai atau
pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air lumpur pada dasar galian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi/Konsultan MK.
2. Persyaratan Bahan
Bahan untuk urugan tersebut dengan menggunakan bahan mendatangkan dari lokasi lain
serta memberikan sample terlebih dahulu sekurang-kurangnya 5 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tanah harus tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas bongkaran, bekas
dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.
b. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
c. Besarnya nilai Plastycity Index (PI) tidak boleh melebihi dari 20 %
d. Direksi/Konsultan MK akan menolak material yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut diatas dan biaya pengambilan contoh yang disetujui baik dari galian, angkutan
dari dan ke arah lokasi menjadi beban Penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor).
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Terlebih dahulu lapisan atas dikupas dan dipadatkan hingga mencapai 40% kepadatan
maksimum paling sedikit sedalam 15 cm sebelum urugan dimulai.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max tiap-tiap
lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan dengan stemper, baby roller minimum 5 ton
atau peralatan yang disetujui oleh Direksi/Konsultan MK.
c. Tanah urug yang kering harus dibasahi dengan air, tetapi apabila tanah sudah
mengandung air maka tidak perlu dibasahi kemudian dilakukan penggilasan atau
pemadatan.
e. Pemadatan sebaiknya mencapai 80% kepadatan maksimum dan standar kepadatan
tesebut bisa berubah atas persetujui Direksi/ Konsultan MK.
f. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah mendapat persetujan dari Direksi/
Konsultan MK.
g. Apabila terdapat gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut
harus dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama.
h. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat tertentu
yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan MK atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
2
i. Pengurugan kembali galian basement boleh dilakukan setelah beton dinding basement
tersebut mencapai umur minimal 14 hari dan kekuatan beton sudah mencapai 85% dari
kekuatan rencana.
j. Urugan harus dilakukan sampai mencapai elevasi yang tercantum dalam gambar
perencanaan dan harus menggunakan material urugan tanah merah yang bersih dari
sampah, akar-akar pohon, tanaman, kayu, lempung, material organik, logam atau
bahan-bahan yang dapat lapuk (decompose) dan harus dipadatkan dengan baik.
Pemadatan daerah urugan harus dilakukan secara berlapis, sehingga dicapai suatu
lapisan setebal 30 cm dalam keadaan padat. Khusus untuk celah antara talud batu kali
dan dinding basement, material urugan harus menggunakan pasir.
k. Daerah urugan yang terganggu harus dipadatkan dengan alat pemadat (compactor) yang
disetujui Direksi/Konsultan MK. Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan
lapisan 30 cm di bawah elevasi rencana tidak kurang dari 85% dari kepadatan maksimum
hasil laboratorium untuk daerah jalan orang dan taman, dan 95% untuk daerah
pavement (perkerasan).
Penelitian kepadatan lapangan dilakukan sesuai prosedur ASTM D1556-70 atau prosedur
lain yang disetujui Direksi/Konsultan MK.
l. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak diijinkan batu-batu yang besar
bersarang menjadi satu dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil atau
tanah yang dipadatkan.
m. Pekerjaan urugan kembali boleh dilakukan setelah Direksi/Konsultan MK selesai
memeriksa pekerjaan pondasi atau pekerjaan lainnya yang tertutup oleh galian tersebut.
Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan MK untuk setiap
pekerjaan urugan sebelum pekerjaan galian berikutnya boleh dimulai. Kontraktor
bertanggung jawab untuk pengaturan lalu lintas truk-truk pengangkut tanah, pencucian
roda truk tanah, kebersihan jalan umum, koordinasi dengan pejabat-pejabat yang terkait
dan segala dampak negatif lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pekerjaan tanah.
3
B.3. PEKERJAAN URUGAN PASIR URUG / SIRTU PADAT
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk memperoleh hasil
pekerjaan yang baik.
b. Pekerjaan urugan pasir urug /sirtu dilakukan diatas dasar galian tanah, dibawah lapisan
lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang berhubungan dengan
tanah seperti pondasi, sloof, dll.
2. Persyaratan Bahan
a. Sirtu / pasir urug yang digunakan harus tediri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
keras, bebas dari lumpur, tanah lempung, dan lain sebagainya,.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di
atas dan harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan MK.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Lapisan sirtu padat dilakukan lapis demi lapis maksimum tiap lapis 5 cm, hingga
mencapai tebal padat yang diisyaratkan dalam gambar.
b. Setiap lapisan sirtu harus diratakan, disiram air dan atau dipadatkan dengan alat
pemadat.
c. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang kering agar dapat diperoleh hasil
kepadatan yang baik. Kondisi yang kering tersebut harus dipertahankan sampai
pekerjaan pemadatan yang bersangkutan selesai dilakukan.
d. Tebal lapisan minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditnjukkan dalam gambar.
Pemadatan dengan jenis material sirtu hingga mencapai 90% kepadatan maksimum.
e. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan MK.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan kimia yang digunakan adalah merk Lentrex/Rentokil atau setara.
b. Konsentrasi penggunaan ditentukan sebagai berikut :
1) Perlakuan tanah : bahan aktif dengan komposisi pestisida 25 cc dalam 1 (satu)
liter pelarut. Bahan pelarut yang dipergunakan adalah air bersih (kriterianya
adalah air yang bisa diminum). Bahan penggunaan konsentrasi pestisida
tersebut dikonsultasikan dengan Pengawas atau MK.
2) Perlakuan kayu : Bahan Aktif dengan komposisi pestisida 50 cc dalam 1 (satu)
liter pelarut. Bahan pelarut yang dipergunakan adalah air bersih (Kriterianya
adalah air yang bisa diminum).
4
a. Bahan dan penggunaan konsentrasi pestisida tersebut dikonsultasikan dengan
Direksi/Konsultan MK.
b. Untuk mengetahui kandungan bahan aktif dan konsentrasi bahan anti rayap yang
digunakan, apabila diperlukan, Direksi/Konsultan MK berhak mengambil contoh untuk
dianalisa di laboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/Konsultan Pengawas, baik mengenai
komposisi, konsentrasi dan aspek dampak lingkungan yang ditimbulkan.
c. Peralatan.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
1) Machine power sprayers :
Alat untuk penyebaran obat kimia anti rayap yang bertekanan tinggi khusus
pondasi dan pelataran tanah.
2) Soil Injector :
Alat penyuntikan kimia anti rayap khusus untuk tanah.
3) Wood Injector :
Alat penyuntikan kimia anti rayap khusus untuk kayu-kayu.
4) Drilling dan Boring :
Alat pengeboran kimia anti rayap untuk pembuatan lobang-lobang pada
ubin/lantai dinding yang berdekatan dengan kayu-kayu kosen pintu dan jendela.
5) Hand Sprayer :
Alat penyemprotan kimia anti rayap pada jenis kayu-kayu yang berada pada
bangunan.
6) Steak Injector :
Alat suntikan kimia anti rayap untuk tanah urugan yang telah dipadatkan dengan
kedalaman 1 m ke dalam tanah.
7) Alat Pengamanan :
Untuk melindungi bahaya keracunan bagi teknisi.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Perlakuan Pondasi Beton
Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug dari as pondasi, pada kedua
sisinya dipaparkan larutan LENTREX 400 EC/setara dengan cara spraying dengan
dosis 5 (lima) liter yang sudah dilarutkan dengan air (konsentrasi 2,5%) per meter
panjang pondasi pa``da setiap sisinya.
b. Perlakuan Calon Lantai
Setelah calon lantai diratakan, dipaparkan secara merata larutan anti rayap dengan
dosis aplikasi 5 liter per meter persegi dengan konsentrasi 2,5%. Segera setelah
selesai penyemprotan, permukaan calon lantai ditaburi pasir yang akan
dipergunakan sebagai dasar lantai.
5
c. Perlakuan Komponen Kayu
Perlakuan diberikan sebelum komponen kayu terpasang. Komponen kayu tersebut
diberikan perlakuan pengolesan dan atau spraying dengan dosis 200 cc larutan
permeter persegi permukaan dengan konsentrasi seperti perlakuan kayu.
d. Kontraktor pekerjaan anti rayap adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa Pest
Control anggota IPPHAMI (Ikatan Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia) dan telah
memperoleh Ijin Pengendalian Rayap (Termite Control) yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan. Selain itu juga harus mempunyai Ijin Penggunaan Pestisida terbatas
pemakaian yang dikeluarkan oleh Komisi Pestisida. Kontraktor harus mendapatkan surat
jaminan pengadaan barang sesuai dengan jumlah termitisida yang diperlukan yang akan
dipergunakan pada proyek ini dari distributor resmi yang ditunjuk resmi oleh produsen
termitisida.
e. Kontraktor wajib menyerahkan bahan kimia di tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup
baik (sealed) serta berlabel seperti waktu diterima dari Distributor atau pabrik guna
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan MK.
f. Cara pelaksanaan pekerjaan mengikuti uraian dan syarat pekerjaan, petunjuk dan
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan petunjuk Direksi/Konsultan MK.
g. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh perusahaan Kontraktor yang mendapat ijin untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan mengindahkan semua peraturan yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan.
h. Semua tenaga kerja harus benar-benar ahli dan keamanan kerja diperhatikan,
penyediaan alat-alat kerja yang baik dan memenuhi persyaratan (Helm, masker, sepatu
dan lain-lain).
i. Peralatan yang diperlukan harus memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan
pengendalian rayap sesuai dengan standard SK SNI T-05 1990 - F Bab II.
j. Pelaksana harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja/pelindung diri yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan Departemen Tenaga Kerja seperti : seragam kerja
berlengan panjang, respirator, sepatu boot karet, sarung tangan tahan bahan kimia dan
kaca mata/masker.
k. Semua pelaksanaan pekerjaan sampai pekerjaan aman disentuh manusia adalah
kewajiban Penyedia jasa Konstruksi untuk menjaga keamanan tersebut dan keselamatan
terhadap diri manusia di sekitarnya.
l. Penyemprotan dilakukan dengan alat power spray sebelum dan sesudah pengurugan
level.
m. Pelaksanaan pekerjaan anti rayap mengutamakan keselamatan dalam aplikasi cairan
sehingga tidak menimbulkan ancaman bagi lingkungan sekitarnya.
6
4. Garansi Dan Jaminan
a. Kontraktor diwajibkan untuk menertibkan surat jaminan Termite Control yang
berlaku selama itu terjadi serangan rayap, maka menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa Konstruksi membasmi dan melakukan treatment ulang dan memberikan
perlakuan kuratif pada lokasi serangan.
b. Selama masa garansi, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melakukan
pemeriksaan/inspeksi berkala setiap 6 bulan pada tahun pertama dan selanjutnya 1
kali setahun atau apabila dikehendaki oleh Pemilik Bangunan.
c. Jaminan yang dimaksud dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :
Dilakukan renovasi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Penyedia Jasa
Konstruksi.
Terjadi bencana alam.
Terjadi kebakaran.
Terjadi kejadian-kejadian lain yang diluar kekuasaan Kontraktor maupun pemilik
bangunan.
7
B.6. PEKERJAAN ACUAN/ BEKISTING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan tambahan dari Arsitek dalam uraian dan
syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan Bahan
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja, pasangan bata yang
diplester atau kayu. Pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Jenis lain yang akan
dipergunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK terlebih
dahulu. Acuan yang terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setara
atau menggunakan multiplek dengan tebal minimum 9 mm.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan
bebanbeban, tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan dan peninjauan terhadap
beban angin dan lain-lain, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan
Pemerintah Daerah setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur Beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran/finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaannya, Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan gambar
dan perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui secara
tertulis oleh Direksi/Konsultan MK. Pada dasarnya tiap-tiap bagian dari bekisting, harus
mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan MK, sebelum bekisting dibuat pada
bagian itu.
d. Acuan yang direncanakan sedemikian rupasehingga tidak ada perubahan bentuk dan
cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya
pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang yang diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Direksi/Konsultan MK.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat seperti
potonganpotongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, tahi gergaji, tanah dan
sebagainya.
g. Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kerataan/kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dulu sebelum pengecoran. Harus
diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan tersebut pada
sisi bawah.
i. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran
atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk )dan
tidak bergoyang.
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK baut-
baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
8
sedemikian, sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus
berada dalam permukaan beton.
k. Pada bagian terendah (dari setiap tahap pengecoran) dari bekisting kolom atau dinding
harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
l. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan steiger besi
(scafolding). Penggunaan dolken atau balok kayu untuk steiger dapat dipertimbangkan
oleh Direksi /Konsultan MK selama masih memenuhi syarat.
m. Setelah pekerjaan diatas selesai, Penyedia Jasa Konstruksi harus meminta persetujuan
dari Direksi/Konsultan MK dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Penyedia
Jasa Konstruksi harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada
Direksi /Konsultan MK.
4. Pembongkaran
a. Pembongakaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton yang berlaku di Indonesia,
dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaannya. Cetakan–cetakan bagian konstruksi dibawah
ini boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut :
Sisi-sisi balok dan kolom yang tidak terbebani : 7 hari
Sisi-sisi balok dan kolom yang terbebani : 21 hari
b. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran cetakan harus diajukan terlebih dahulu secara
tertulis untuk disetujui oleh Direksi /Konsultan MK.
c. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang,
berlubang, atau retak-retak dan tidak menunjukkan gejala keropos/tidak sempurna.
d. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan
pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kerusakan akibat benturan pada saat pemindahan.
Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Penyedia Jasa Konstruksi menjadi tanggungan
Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos
atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi konstruksi tersebut, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus segera memberitahukan kepada Direksi/Konsultan MK, untuk
meminta persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan pengisian atau
pembongkarannya. Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperbolehkan menutup/mengisi
bagian beton yang keropos tanpa persetujuan tertulis Direksi/Konsultan MK.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebutdan biaya-biaya perbaikan,
pembongkaran, atau pengisian atau penutupan bagian tersebut, manjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
f. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari lokasi
proyek dan dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan oleh Direksi/Konsultan MK
sehingga tidak mengganggu lahan kerja.
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Direksi/Konsultan MK
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sebagai berikut :
Konstruksi beton yang keropos yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk/ukuran yang direncanakan atau
posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk oleh gambar.
Konstruksi beton yang tegak lurus atau rata seperti yang telah direncanakan.
9
Konsruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya yang memperlemah
kekuatan konstruksi.
Dan lain-lain cacat yang menurut pendapat Perencana/Direksi/Konsultan MK dapat
mengurangi kekuatan konstruksi.
g. Alternatif Acuan/Bekisting :
Penyedia Jasa Konstruksi dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan dipakai,
dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta perhitungannya untuk
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK. Dengan catatan bahwa
alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah dan tidak menyebabkan
keterlambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan agar Penyedia Jasa Konstruksi
dapat mengajukan usulan acuan yangdapatmempersingkatwaktu pelaksanaan tanpa
mengurangi/membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku.
10
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
Apabila Direksi/Konsultan MK memandang perlu, untuk melaksanakan pekerjaanpekerjaan
yang sulit dan atau khusus Penyedia Jasa Konstruksi harus meminta nasihat dari Tenaga Ahli
yang ditunjuk Direksi/Konsultan MK atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
4. Persyaratan Bahan
a. Semen
Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat-syarat
dari:
Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini
Mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara tertulis dari
Direksi/Konsultan MK.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang
sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih
disegel dan tidak pecah.
Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterima dalam sak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan digudang
yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm
dari lantai.
Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter atau
maximum 10 sak. Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud
agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah penyimpanan,
dianggap sudah rusak, sudah mulai membantu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui
test lagi.
Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu
(2x24) jam atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
b. Aggregat (Aggregates)
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-
syarat :
Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada Pasal ini Butir 2.
Bebas dari tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran-kotoran
lainnya).
Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38 mm,
untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan tertulis Direksi/Konsultan MK.
Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air,
dalam porporsi campuran yang akan dipakai.
Direksi/Konsultan MK harus meminta kepada Penyedia Jasa Konstruksi untuk mengadakan
test kwalitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh
11
Direksi/Konsultan MK, setiap saat di laboratorium yang disetujui Direksi/Konsultan MK atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka Penyedia Jasa
Konstruksi diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Direksi/Konsultan MK
Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak
berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tulangan, minyak atau lemak
dan memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam peraturan, serta harus diuji terlebih
dahulu oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan MK.
Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
12
Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi tertulis
dari Direksi/Konsultan MK, dalam waktu (2x24) jam atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Untuk menjamin mutu baja tulangan, Direksi/Konsultan MK mempunyai wewenang untuk
juga meminta Penyedia Jasa Konstruksi melakukan pengujian tambahan untuk setiap
pengiriman 5 ton dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing diameter atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi atau setiap saat apabila Direksi/Konsultan MK mempunyai
keraguan terhadap mutu baja tulangan yang dikirim.
Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat Gambar Kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan
semua detail, posisi dan ukuran pembesian, daftar pembesian dan gambar pembengkokkan
dan menyerahkannya kepada Direksi/Konsultan MK untuk mendapatkan persetujuan.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan standart beton yang berlaku yaitu
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)
e. Kualitas Beton
a. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah:
Beton Ready Mix K.350 untuk struktur pilecap, sloof, kolom, balok, dan pelat.
Beton mutu K.500 untuk pondasi tiang pancang pracetak (30x30)cm.
Beton K.175 digunakan untuk kolom-kolom praktis, ring balok pada pasangan
bata.
Evaluasi penentuan karakteristik dari kualitas beton ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat di dalam SNI 03-2847-2013
b. Untuk memperoleh mutu beton K.350 apabila pada kondisi pengecoran tertentu
dengan menggunakan site mix, maka penyedia jasa perlu terlebih dahulu membuat
job mix design dengan laboratorium yang telah ditunjuk oleh pihak direksi. Setelah
mendapatkan job mix design, dilakukan percobaan dengan membuat silinder atau
kubus beton sebanyak minimal 3 buah yang nantinya hasil pengetesan sesuai dengan
yang diharapkan, Hal tersebut diatas dilakukan atas persetujuan Direksi/Konsultan
MK..
c. Penyedia Jasa Konstruksi menyerahkan hasil tes beton kepada Direksi/Konsultan MK
dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya.
d. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus dilakukan Pengujian Slump
(Slump Test), dengan syarat nilai slump minimum 8 cm dan maksimum 12 cm. Cara
pengujian sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting).
Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat
beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.Kemudian adukan tersebut
ditusuk tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung
yang bulat (seperti peluru).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan
yang dibawahnya.Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.
13
Slump Test dilakukan dibawah pengawasan Direksi/Konsultan MK dan dicatat
secara tertulis.
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada dasarnya pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang harus dilakukan dengan
peraturanperaturan yang disebutkan pada butir 2 pasal ini.
14
c. Adukan BetonYang Dibuat di tempat (Site Mixing)
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
Semen diukur menurut berat.
Agregat diukur menurut berat.
Pasir diukur menurut berat.
Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (batching plant).
Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.
d. Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton)
1) Direksi/Konsultan MK berhak meminta setiap saat kepada Penyedia Jasa Konstruksi
untuk membuat benda uji silinder atau kubus dari adukan beton yang dibuat, dengan
jumlah sesuai yang terdapat di dalam peraturanbeton/ SNI 03-2847-2013
2) Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan memenuhi syarat dalam peraturan beton.
Untuk benda uji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam
segala arah dengan ukuran (15x15x15) cm dan memenuhi syarat yang ada di dalam
peraturan beton/SNI 03-2847-2013
3) Pengambilan adukan beton, pembuatan benda uji beton dan perawatannya, harus
dibawah pengawasan Direksi/Konsultan MK. Prosedurnya harus memenuhi syarat-
syarat yang ada di dalam peraturan beton/SNI 03-2847-2013
4) Pengujian beton dilakukan sesuai dengan peraturan beton, termasuk Pengujian
Slump (Slump Test) dan Pengujian Tekan (Crushing Test).
Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat Pengujian Slump, maka kelompok adukan
yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan Penyedia Jasa Konstruksi
harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka
perbaikanperbaikan atau langkah-langkah yang diambil harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur yang ada di dalam peraturan beton yang berlaku di
Indonesia atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
5) Semua biaya untuk pembuatan dan pengujian benda uji beton, menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
6) Benda uji beton harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal
pengecoran, bagian struktur yag bersangkutan dan lain-lain data yang perlu dicatat.
7) Semua benda uji beton harus di periksa di Laboraturium Bahan Bangunan dan
tempat pengetesan tersebut harus disetujui oleh Direksi/Konsultan MK.
8) Laporan asli (bukan photo copy) hasil percobaan harus diserahkan kepada Direksi/
Konsultan MK segera sesudah selesai percobaan, dengan mencantumkan besarnya
kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan dan berat benda uji
kubus tersebut. Percobaan/test kubus beton dilakukan untuk umur-umur beton 3, 7,
dan 14 hari, dan umur beton 28 hari.
9) Apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata bahwa mutu beton yang dibuat seperti
yang ditunjukkan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka
Direksi/Konsultan MK berhak meminta Penyedia Jasa Konstruksi supaya mengadakan
percobaan non destruktif dan/atau bila perlu untuk mengadakan Uji Beban (Loading
Test) atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi
syarat-syarat seperti yang terdapat di dalam peraturan beton/ SNI 03-2847-2013
15
10) Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun yang
baru sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan MK. Semua biaya-biaya untuk
percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Pengecoran Beton
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian struktural
dari pekerjaan beton, Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan permohonan izin
pengecoran tertulis kepada Direksi/Konsultan MK minimum 3 (tiga) hari sebelum
tanggal/hari pengecoran.
Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborng sudah
mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai
dengan gambar dan spesifikasi.
Atas pertimbangan khusus Direksi/Konsultan MK dan pada keadaankeadaan
khusus misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit/kecil dan
sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari
tersebut.
Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila
terjadi salah satu keadaan sebagai berikut :
a. Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana
pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
b. Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi
misalnya tulangan, pembersihan bekesting atau hal-hal lain yang tidak sesuai
gambar-gambar & spesifikasi.
Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK, maka Penyedia Jasa
Konstruksi akan diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang
sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK, atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.
2) Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan menggunakan
metode yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan
agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan
alat-alat pengangkut mesin harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/
Konsultan MK, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua
alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-
sisa adukan yang mengeras.
3) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK.
4) Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan lain-
lain) dan dibasahi dengan air semen.
5) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan agregat.
6) Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (tanpa berhenti). Adukan yang tidak
dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan
16
beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan
untuk dipakai lagi.
f. Pemadatan Beton
1) Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai
selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak acuan maupun posisi/rangkaian tulangan.
2) Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3) Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan alat penggetar beton (concrete vibrator)
dalam jumlah yang cukup untuk masing-masing ukuran yang diperlukan, untuk
menjamin pemadatan yang baik.
4) Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Penyedia Jasa
Konstruksi diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Perencana
Struktur dan Direksi/Konsultan MK mengenai hal tersebut.
Untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama
pabrik produksi jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko/efek
sampingan dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
17
3) Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan perlindungan
atas beton harus lebih diperhatikan. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas
retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
4) Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap mungkin. Beton yang
keropos/bocor harus diperbaiki. Prosedure perbaikan beton yang keropos harus
mendapat persetujuan Direksi/Konsultan MK, dan Penyedia Jasa Konstruksi tidak
dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut.
i. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton
1) Pembengkokan besi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti/tepat pada posisi
pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari peraturan. Pembengkokan
tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan alat Bar Bender
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak, dan sebagainya.
Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, dan
pemotongan harus menggunakan Bar Cutter, tidak boleh dengan api.
2) Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi
diwajibkan membuat Gambar Kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran gambar rencana
Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan dan pembengkokan besi beton
(Bending schedule) yang diserahkan kepada Direksi/Konsultan MK untuk mendapatkan
persetujuan tertulis.
3) Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan harus
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
4) Pemasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail standard
penulangan.
5) Sebelum besi beton dipasang, besi beton harus bebas dari kulit besi karat, lemak,
kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
6) Pemasangan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, overlap, letak
sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar penulangan. Apabila ada
keraguan tentang rangkaian tulangan maka Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberitahukan kepada Direksi/Konsultan MK untuk klarifikasi. Untuk hal itu
sebelumnya Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar pembengkokan baja
tulangan (Bending Schedule), diajukan kepada Direksi/Konsultan MK untuk
mendapatkan persetujuan tertulis.
7) Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang
teguh untuk menghindari pemindahan tempat. Pembesian harus ditunjang dengan
beton atau penunjang besi, spacers, atau besi penggantung lainnya sedemikian rupa
sehingga rangkaian tulangan terpasang kokoh, kuat dan tidak bergerak saat dilakukan
pengecoran beton.
8) Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol
kepermukaan beton.
9) Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar.
10) Beton decking harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, dan
minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
11) Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran.
12) Penggantian Baja Tulangan
18
13) Penyedia Jasa Konstruksi harus mengusahakan supaya baja tulangan yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
14) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Jasa Konstruksi atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu peyempurnaan
pembesian yang ada maka Penyedia Jasa Konstruksi dapat menambah ekstra baja
tulangan dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. Usulan
pengganti tersebut harus disetujui oleh Direksi/Konsultan MK.
15) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Jasa Konstruksi atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu peyempurnaan
pembesian yang ada maka Penyedia Jasa Konstruksi dapat menambah ekstra baja
tulangan dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. Usulan
pengganti tersebut harus disetujui oleh Direksi/Konsultan MK.
16) Jika Penyedia Jasa Konstruksi tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter baja tulangan dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK.
Jumlah luas baja tulangan di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera
dalam gambar. Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang baja tulangan
pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat
tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
pencapaian alat penggetar beton.
Tidak ada Pekerjaan Tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
j. Selimut Beton
Bilamana tidak ditentukan lain pada gambar, maka penulangan harus dipasang dengan
celah untuk selimut beton sebagai berikut:
Bagian konstruksi yang tidak terlihat (di dalam tanah)
Pile cap sisi bawah ................................... 7,5 cm
Pile cap sisi samping ................................ 5,0 cm
Balok, Pelat & Dinding ............................. 5,0 cm
Bagian konstruksi di luar (tidak terlindung dari pengaruh cuaca)
Pelat & Dinding ........................................ 4,0 cm
Balok & Kolom ......................................... 5,0 cm
Bagian konstruksi di dalam (terlindung dari pengaruh cuaca)
Pelat & Dinding ........................................ 2,0 cm
Balok & Kolom ......................................... 4,0 cm
k. Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan”overlap” sesuai
dengan tabel panjang lewatan yang tercantum dalam Gambar Standard Detail. Panjang
overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada diameter
yang besar.
19
Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan yang terkecil.
Sambungan tulangan kolom harus di tengah bentang kolom, sedangkan tulangan atas balok
dan pelat harus diadakan di sekitar tengah bentang, dan tulangan bawah balok dan pelat
pada area tumpuan. Penyambungan tulangan sebaiknya tidak dilakukan sekaligus pada satu
penampang tetapi dilaksanakan dengan berselang-seling atau “staggered”.
Sambungan mekanik (mechanical joint) dengan kekuatan tidak kurang dari 125% dari kuat
leleh tulangan yang disambung harus digunakan untuk tulangan kolom yang mencapai lebih
dari 4% luas penampang beton, dan posisinya harus berselang-seling. Jenis atau merk
sambungan harus yang memenuhi syarat dan harus disetujui oleh Direksi/Konsultan MK.
Penyambungan tulangan dengan sistem las tidak diijinkan.
l. Toleransi Pelaksanaan
Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan besi tulangan:
- Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap
panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokan ........... ± 2,5 cm
- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkokan untuk bagian konstruksi
berukuran 60 cm atau kurang …………………………………………………………… ± 0,6 cm
- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkokan untuk bagian konstruksi
berukuran 60 cm atau lebih ................ ……………………………………………… ± 1,2 cm
- Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan …………… ± 0,6 cm
Toleransi pada pemasangan penulangan terhadap selimut beton ………….. ± 0,6 cm
Toleransi pada ketidak-lurusan untuk rangkaian tulangan kolom ……………. 1 : 100
20
B.8. PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu belah untuk pondasi bangunan,
talud serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk
Direksi/Konsultan MK.
2. Persyaratan Bahan
Batu kali yang digunakan adalah batu gunung berwarna abu-abu hitam dan harus batu
belah/tidak bulat dan tidak porous serta mempunyai keras (tidak rapuh).
Semen yang digunakan sekualitas Gresik. Pasir dan air yang digunakan sesuai yang
tercantum di dalam persyaratan pekerjaan beton
Lapisan batu gunung yang digunakan, jenis : batu belah/batu gunung
Bahan perekat : adukan 1 Pc : 6 Pasir Beton.
3. Syarat Pelaksanaan
a. Setelah galian pondasi siap maka sebelum dipasang batu belah, tanah dasar harus
diberi lapisan pasir urug/sirtu dibawahnya setebal 10 cm dan dipadatkan.
b. Pasangan batu belah disusun dengan bersilang, semua permukaan bagian dalam harus
terisi adukan perekat dan semua nat yang tebal diisi dengan kricak.
c. Tinggi pemasangan tidak boleh lebih dari 0.5 m dalam satu hari. Sisi samping pondasi
harus diplester kasar sesuai adukan perekat pondasinya.
d. Untuk pasangan batu belah yang menggunakan lapisan batu kososng (aanstamping),
pasangan batu kosong harus ditata dengan sisi panjang tengah dan bersilang kemudian
diberi / ditabur pasir bagian atasnya hingga pasir mengisi lobang-lubang yang terdapat
disela-sela batu. Ketinggian pasangan aanstamping mengikuti gambar kerja. Setelah
pasir merata kemudian ditimbris.
2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut:
SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
3. Material Baja
a. Semua material untuk Konstruksi Baja harus menggunakan material baja yang baru dan
memenuhi mutu tegangan leleh ( fy ) minimum 2400 kg/cm2.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik pembuat Baja
tersebut. Apabila Direksi/Konsultan MK mempunyai keraguan terhadap hasil test
tersebut dan atau keraguan terhadap mutu baja yang dipakai di lapangan/di workshop,
21
maka Direksi/Konsultan MK mempunyai hak untuk meminta diadakan test
tambahan/ulang dengan ketentuan jumlah test maximum 3 (tiga) buah untuk masing-
masing ukuran profil. Biaya test tersebut tetap menjadi beban Penyedia Jasa Konstruksi.
c. Semua material Baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan
lainnya. Semua material Baja tersebut juga harus lurus, tidak perpuntir, tidak ada
tekukan- tekukan.
d. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan di atas papan atau balok-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak
material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak ataupun bengkok.
e. Direksi/Konsultan MK akan menolak material-material Baja yang tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut di atas dan tidak diperkenankan untuk difabrikasi.
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Sebelum fabrikasi dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar-gambar
kerja yang diperlukan untuk diperiksa dan disetujui Direksi/Konsultan MK. Bilamana
disetujui, Penyedia Jasa Konstruksi dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
b. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi/Konsultan MK atas gambar kerja tersebut hanyalah
menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti :
Ukuran-ukuran/dimensi-dimensi profil, ketebalan pelat-pelat, ukuran/jumlah bout/las,
tebal pengelasan. Ketetapan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari
elemen-elemen konstruksi Baja yang berhubungan dengan erection tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Dengan kata lain walaupun semua gambar
kerja telah disetujui Direksi/Konsultan MK, tidaklah berarti mengurangi atau
membebaskan Penyedia Jasa Konstruksi dari tanggung jawab ketidaktepatan serta
kemudahan dalam erection elemenelemen konstruksi Baja.
c. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
d. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan untuk
keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.
e. Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi Baja harus dilaksanakan oleh tukang-tukang
yang berpengalaman dan diawasi mandor-mandor yang ahli dalam Konstruksi Baja.
f. Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan
pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong atau gergaji besi. Pemotongan
dengan mesin las atau api sama sekali tidak diperbolehkan.
g. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan marking procedure (tanda atau kode) yang
akan dipakai kepada Direksi/Konsultan MK untuk disetujui.
22
h. Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang degnan mudah.
i. Kode-kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak mudah terhapus.
j. Pelat-pelat sambungan dan lain-lain bagian elemen yang diperlukan untuk
sambungansambungan di lapangan, harus dibaut/diikat sementara dulu pada masing-
masing elemen dengan tetap diberi tanda.
k. Pengelasan.
1) Sebelum pekerjaan las dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyerahkan prosedur
kerja cara-cara pengelasan yang akan dikerjakan di lapangan dan harus disetujui oleh
Direksi/Konsultan MK.
2) Sebelum pekerjaan las dimulai, maka harus ada dipastikan bahwa bidang-bidang yang
akan disambung dengan sambungan las tidak boleh bergerak sampai pekerjaan las
selesai dilakukan.
3) Bagian-bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar, dan bila ada yang harus
dilas tegak, maka pengelasan harus dimulai dari bawah kemudian kearah atas.
4) Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat dipastikan bahwa sambungan
dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu sebaiknya dipakai batang-batang
penyambungan pada bagian ujung dari sambungan tersebut agar pengelasan dapat
dilaksanakan dengan penuh.
5) Pengelasan harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang las harus dari bahan
yang sama campurannya dengan bahan yang akan dilas.
6) Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dan dengan
ketepatan tinggi. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyerahkan sertifikat keahlian dari
masing-masing tukang lasnya sesuai peraturan.
7) Pengelasan hanya dilakukan pada tempat-tempat yang dinyatakan dalam gambar
kerja. Ukuran las yang tercantum adalah ukuran efektif.
8) Apabila diperlukan pengelasan di lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana baik ukuran panjang maupun ketebalannya
9) Setelah pengelasan selesai, maka sisa-sisa kerak las harus dibersihkan dengan baik.
l. Baut Pengikat
1) Kecuali ditentukan lain dalam gambar, mutu baut penyambung dan angkur minimal
sama dengan baja yang digunakan.
2) Baut penyambung harus berkualitas baik dan baru, diameter baut, panjang ulir harus
sesuai dengan yang diperlukan.
3) Baut harus dilengkapi dengan 2 (dua) ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
4) Direksi/Konsultan MK dapat meminta Penyedia Jasa Konstruksi melakukan Test Baut
pada Laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Konsultan MK, sebelum Penyedia Jasa
Konstruksi memesan baut yang akan dipakai.
5) Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.
Penyedia Jasa Konstruksi tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan
tanpa seijin Direksi/Konsultan MK.
6) Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis, maksimum
10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali
tidak diperkenankan.
7) Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
8) Setiap pengencangan baut harus diawasi secara langsung oleh Direksi/Konsultan MK,
apabila dianggap perlu pengencangan baut harus menggunakan kunci momen.
23
9) Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat
paling sedikit 3 (tiga) ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan
kerusakan pada ulir baut tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus
diganti dan tidak boleh digunakan.
10) Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut yang
sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.
6. Erection Schedule/Method
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada
pengiriman dari pabrik ke lapangan guna pengecekan Direksi/Konsultan MK. Direksi/
Konsultan MK dapat menolak setiap pengiriman baja dari Workshop apabila pengiriman
tersebut tidak sesuai spesifikasi maupun modul yang disepakati.
b. Penempatan elemen konstruksi baja di lapangan harus di tempat yang kering/cukup
terlindung sehingga tidak merusak elemen-elemen tersebut. Direksi/Konsultan MK
berhak untuk menolak elemen-elemen konstruksi baja yang rusak karena salah
penempatan atau rusak.
c. Erection dari elemen-elemen konstruksi baja hanya boleh dilaksanakan setelah Penyedia
Jasa Konstruksi mengajukan Erection Schedule/Method untuk disetujui oleh Direksi/
Konsultan MK.
d. Sebelum erection dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus memeriksa kembali kedudukan
angkur-angkur Baja dan memberitahukan kepada Direksi/Konsultan MK metode dan
urutan pelaksanaan erection.
e. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
sepenuhnya.
f. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah difabrikasi, tidak akan diperbolehkan
dipakai untuk erection.
g. Untuk pekerjaan erection di lapangan, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan
Tenaga Ahli dalam bidang konstruksi Baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung
jawab atas pekerjaan erection.
7. Pengecatan
a. Persiapan Pengecatan
Semua permukaan konstruksi baja sebelum dicat harus bebas dari :
- Karat
- Minyak/Oli
- Dan lain-lain kotoran yang akan mengganggu melekatnya cat pada permukaan baja.
b. Pengecatan Zincromate
Setelah diadakan persiapan pengecatan seperti tersebut di atas, maka setelah
difabrikasi, elemen konstruksi baja dicat dasar dilakukan sebagai berikut:
Type cat : Zincromate, merek : sesuai gambar atau instruksi Direksi/Konsultan MK
Ketebalan : 35 micron
Cat Dasar I tersebut harus dilakukan di Workshop/Pabrik, minimal 1 lapis atau
sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan sama tebalnya.
Cat Dasar II dilakukan setelah erection dengan ketentuan sebagai berikut:
Type cat : Zincromate, merek : sesuai gambar atau instruksi Direksi/ Konsultan MK s
Ketebalan : 35 micron
24
Cat Dasar II baru boleh dilakukan setelah Cat Dasar I betul-betul kering dan diamplas,
minimal 1 lapis atau sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata sama tebalnya.
Apabila Cat Dasar II dilakukan sebelum Cat Dasar I mengering dengan baik sehingga
timbul bentolan-bentolan pada permukaan Cat, maka Direksi/Konsultan MK akan
memerintahkan agar Cat Dasar II tersebut diamplas dan dilakukan lagi pengecatan
Cat Dasar II atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
Direksi/Konsultan MK akan memerintahkan pengecatan ulang pada setiap lapisan
cat yang tidak memenuhi persyaratan tersebut atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Untuk mengecek ketebalan-ketebalan pengecatan maka Penyedia Jasa Konstruksi
diharuskan menyediakan alat ukur khusus guna keperluan tersebut.
Khusus untuk bagian permukaan baja yang akan dibungkus beton (kalau ada), maka
bagian permukaan tersebut tidak perlu dicat dasar maupun finish.
Pengecatan primer maupun finish harus dilakukan dengan cara spray, bukan dengan
cara kuas.
8. Anti Lendut
Secara umum Konstruksi Baja harus difabrikasi dengan memperhatikan anti lendut.
Besarnya anti lendut adalah minimum sama dengan besarnya lendutan akibat beban mati
dan hidup.
25
3. Syarat Pelaksanaan
a. Pada prinsipnya cara pelaksanaan mengikuti petunjuk yang dijelaskan dalam brosur
Water-stop yang bersangkutan.
b. Pemasangan Water-stop harus dilakukan dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
timbulnya rembesan air antara lain pada pemberhentian pengecoran konstruksi Ground
Tank/Pit baik antara pelat dasar dengan dinding, penyambungan bagian dinding atau
bagian-bagian lain yang dianggap perlu dan atau ditunjukkan dalam gambar.
c. Pembesian ditempat yang akan dipasang Water-stop tidak boleh dipotong dan harus
tetap menerus.
d. Pemasangan Water-stop harus tegak, lurus dan tetap berada ditempatnya saat dilakukan
pengecoran.
e. Penyambungan Water-stop dilakukan sesuai petunjuk dalam brosur atau sesuai gambar.
f. Pengecoran disekitar Water-stop harus dilakukan lebih hati-hati sehingga bisa
menghasilkan beton yang padat dan menjepit Water-stop dengan baik.
g. Sebelum pengecoran beton, permukan Water-stop harus dibersihkan dari kotoran
kotoran/oli dan sebagainya sehingga beton bisa lebih menjepit dengan baik.
2. Persyaratan Bahan
a. Tiang pancang beton
Tiang pancang beton pracetak berukuran (30x30) cm harus dibuat di pabrik (prefabricated)
dengan sistem pretension oleh pabrik tiang pancang yang berpengalaman yang disetujui
oleh Direksi / Konsultan MK.
Untuk tiang pancang pratekan digunakan mutu f’c = 41,5 MPa (K.500) atau sesuai ketentuan
pada Gambar Rencana.
Syarat-syarat bahan beton, baja tulangan beton termasuk pengetesan mutunya harus sesuai
dengan spesifikasinya “PEKERJAAN BETON BERTULANG”, kecuali jika ditentukan lain dalam
pasal ini.
26
b. Penyimpanan dan pengangkutan tiang beton
Semua tiang pancang tidak boleh mengalami keretakan baik pada saat, sebelum, dan
sesudah dipancang ataupun mengalami kerusakan struktur. Dan bila hal ini terjadi, maka
tiang pancang tersebut tidak boleh dipakai, dan Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan
menggantikan tiang pancang tersebut.
Semua tiang pancang harus diturunkan dari alat pengangkut dengan hati-hati. Cara dan
peralatan untuk mengangkatnya harus sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan MK.
Semua tiang pancang harus disimpan diatas bantalan dan tidak menempel pada tanah, juga
saling dipisahkan satu sama lainnya dengan balok balok kayu.
Bila diangkat, dipindahkan, diderek atau dimiringkan, maka tiang pancang tidak boleh
mengalami tegangan pada beton atau penulangannya yang lebih besar dari setengah
kekuatan kubus beton pada tiang pancang itu ataupun setengah dari kekuatan terhitung
penulangannya.
Sebelum dilakukan pemancangan tiang, harus diteliti hal-hal sebagai berikut :
a. Kedataran dan stabilitas mesin pancang hammer hidrolis
b. Kekuatan dan keamanan tiang pancang
c. Ukuran tiang pancang
d. Panjang yang tepat dari tiang pancang
e. Keutuhan bentuk
f. Keadaan dari topi paking (helmet packing)
g. Alat pemancang harus segaris dengan sumbu tiang pancang.
27
Apabila Penyedia Jasa Konstruksi Rekanan ingin mendapatkan tambahan data mengenai
keadaan tanah tersebut, maka Rekanan boleh mengadakan penyelidikan tanah tambahan
atas biaya sendiri.
6. Persyaratan Pemancangan
a. Stake Out / Penentuan Titik Pancang
Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab terhadap pemasangan patok untuk
menetapkan kedudukan tiang pancang yang perlu disetujui pihak Direksi / Konsultan MK
secara tertulis sebelum dimulainya pemancangan.
Kedudukan/posisi dari setiap tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80
mm dengan panjang 450 mm yang ditancapkan pada tanah.
Pada bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang mudah terlihat
(meyolok).
Penentuan titik pancang harus dilakukan oleh Surveyor yang berpengalaman dengan
menggunakan alat ukur/theodolith bukan dengan cara manual.
Surveyor-surveyor tersebut berikut alat ukurnya harus selalu berada dilapangan sepanjang
pelaksanaan pemancangan khususnya untuk mendata tiang-tiang yang sudah terpancang
dari segi deviasi letak.
Untuk mengukur deviasi kemiringan maka Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan dan
menggunakan alat khusus yaitu Angle Meter .
Pada waktu pemancangan, setiap bagian tiang yang dipancang harus benar-benar dalam
keadaan vertikal, dan pada akhir pemancangan setiap bagian, posisi kepala tiang pancang
harus diperiksa terhadap posisi rencana.
b. Umur & Mutu Tiang pancang mini
Tiang pancang pracetak hanya boleh dipancang setelah mencapai mutu yang disyaratkan.
Apabila mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan MK, maka dapat digunakan
bahan additive yang mempercepat pencapaian mutu beton.
Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan secara tertulis bahan additive yang akan
digunakan kepada Direksi /Konsultan MK.
28
Bahan additive yang digunakan tidak boleh mempunyai efek buruk terhadap tulangan, kabel
prestressed dan beton baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Walaupun digunakan bahan additive sehingga mutu beton dapat tercapai dalam waktu
yang lebih singkat, hanya tiang pancang beton yang sudah berumur min. 14 (empat belas)
hari yang boleh dipancang.
c. Urutan Pemancangan
Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan usulan secara detail tentang urutan
pemancangan untuk memperoleh persetujuan tertulis dari pihak Direksi/Konsultan MK
sebelum dilakukan pemancangan. Urutan tersebut harus disusun sedemikian rupa untuk
menghindari terangkatnya kembali (up lifting) tiang pancang.
Bila ada tiang pancang yang mengalami hal tersebut, harus segera dilaporkan pada Direksi/
Konsultan MK.
Selanjutnya, Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua
usaha untuk memancang kembali (redriving) tiang pancang yang terangkat tersebut.
d. Pemberian Tanda Pada Tiang Pancang
Semua tiang pancang beton pracetak harus mempunyai tanda-tanda sbb. :
a. Ukuran tiang pancang
b. Tanggal pengecoran
c. Nomor urut/referensi
d. Tanda panjang tiang dengan interval tiap 50, 25, dan 10 cm masing-masing pada
segment I, II, dan III.
e. Syarat Sambungan Tiang Pancang
Apabila ditentukan dalam gambar, maka penyambungan tiap bagian dari tiang pancang
harus dilakukan secermat mungkin, sehingga sumbu dari bagian-bagian tiang pancang yang
bersangkutan merupakan satu garis lurus (bukan garis patah), dan bidang-bidang
sambungan harus berhubungan (kontak) satu dengan yang lain.
Khusus untuk keperluan pekerjaan pengawasan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut
diatas, harus ditugaskan seorang Sarjana Teknik Sipil yang berpengalaman.
6. Pile Indikator
Untuk menentukan panjang yang mendekati keadaan sebenarnya dari tiang pancang yang
akan diproduksi, maka Penyedia Jasa Konstruksi wajib melaksanakan pembuatan dan
pemancangan Pile Indicator terlebih dahulu. Ketentuan dari Pile Indicator adalah sebagai
berikut :
Panjang : Panjang tiang pancang dalam gambar + 2 meter.
Jumlah : 5 % dari jumlah masing-masing tiang
Pada dasarnya, Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan memesan tiang pancang
selain guna keperluan Pile Indicator tersebut.
a. Titik lokasi Pile Indicator akan ditentukan kemudian oleh Perencana Struktur
b. Berdasarkan hasil pemancangan Pile Indicator tersebut maka, Perencana Struktur akan
menentukan panjang tiang pancang yang sebenarnya untuk digunakan dalam
pelaksanaan.
29
c. Panjang tiang pancang yang sebenarnya tersebut akan dijadikan sebagai dasar
perhitungan pekerjaan tambah/kurang terhadap penawaran Penyedia Jasa Konstruksi,
yang dihitung berdasarkan harga satuan / m' dalam penawaran tersebut.
d. Dengan memperhatikan pekerjaan yang sudah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Konstruksi, Perencana Struktur berwenang untuk mengadakan revisi terhadap panjang
tiang pancang, walaupun sudah mengikuti panjang Pile Indicator. Tiang-tiang pancang
yang terpancang masih bisa lebih panjang atau lebih pendek dari yang direncanakan.
Keadaan tersebut diatas akan merupakan dasar untuk Pekerjaan Tambah/Kurang
dengan berpatokan kepada harga satuan dalam penawaran Penyedia Jasa Konstruksi .
9. Penghentian Pemancangan
Pada prinsipnya, semua pemancangan harus dilakukan sampai kedalaman sesuai Gambar
Rencana. Apabila ternyata kedalaman yang ditentukan tidak dapat dicapai, maka Perencana
Struktur bersama-sama dengan Soil Engineer dari perusahaan Soil Investigation akan
mengevaluasi kejadian tersebut untuk melihat apakah hal tersebut disebabkan oleh alat
pancang yang kurang baik atau akibat kondisi tanah (misal adanya “lapisan lensa”) atau
akibat-akibat lainnya.
30
Pada keadaan tersebut diatas, Penyedia Jasa Konstruksi tidak boleh meneruskan pekerjaan
pemancangan maupun produksi tiang pancang, sebelum mendapat petunjuk/perintah lebih
lanjut dari Perencana Struktur.
Penyedia Jasa Konstruksi hanya boleh meneruskan pekerjaannya setelah mendapat
petunjuk dari Direksi/Konsultan MK.
Pemancangan setiap tiang pancang yang terdiri dari beberapa segmen harus diselesaikan
secara tuntas dan kontinu, yang mencakup seluruh segmen tiang pancang tersebut, dan
tidak boleh ditinggalkan untuk dikerjakan/disambung lagi pada esok harinya.
b. Lembaran Ringkasan
i. Nomor referensi tiang pancang
ii. Tanggal pengecoran dan tanggal pemancangan
iii. Ketinggian muka tanah dan ketinggian kerjanya (bila ternyata berbeda)
iv. Panjang tiang pancang
v. Perincian tentang adanya hambatan/obstruksi dan waktu yang dibutuhkan untuk
menembusnya.
vi. Perincian penundaan waktu dan alasannya
vii. Susunan perletakan tiang pancang pada saat dan sesudah pemancangan.
viii. Pembacaan tekanan hidrolis yang menunjukan kapasitas dukung tiang pancang
ix. Catatan-catatan lain yang diperlukan
c. Gambar Autocad tentang deviasi tiang pancang baik terhadap titik rencana maupun
kemiringan pada tiap titik kolom. Gambar deviasi tiang pancang pada tiap titik kolom ini
harus dibuat guna keperluan evaluasi Perencana Struktur terhadap deviasi yang akan
terjadi dilapangan. Dalam gambar tersebut selain tercantum deviasi maing-masing tiang
31
pancang, harus dicantumkan juga deviasi resultante dari group tiang pancang pada titik
kolom tersebut.
32