PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Parasit
Endoparasit yaitu jenis parasit yang hidup di dalam tubuh hospes. sedangkan
Ektoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di luar/dipermukaan tubuh hospes.Hospes,
yaitu organisme yang merupakan tempat atau organisme yang dihinggapi parasit.
Dikenal ada 3 jenis hospes, yaitu :Hospes Definitif, yaitu hospes dimana parasit
didalamnya berkebang biak secara seksual.Hospes Intermedier (Perantara), yaitu
hospes dimana parasit didalamnya menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan
kepada hospes/manusia yang lain.Hospes Reservoir, yaitu hospes yang dapat sebagai
sumber infeksi bagi manusia.(Subianto, 1993). Parasit adalah organisme yang
hidupnya bergantung pada organisme lain (beda jenis) sebagai inang tumpangannya
(Hadi dan Saviana, 2000).
2.3.1 Tabanus sp
Nama lain dari lalat ini adalah lalat angin, lalat kepala hijau, dan lalat
mempelam. Lalat ini besar yang bertubuh kokoh dengan kepala besar. Larva tumbuh
cepat pada musim semi berikutnya. Fase pertumbuhannya dimulai dari larva yang
kemudian menjadi pupa. Selubung kaki dan sayapnya melekat ke tubuh dan segmen
abdominalnya bebas. Stadium pupa akan berakhir lima hari sampai tiga minggu,
tergantung dari jenisnya dan lalat dewasa muncul melalui sebuah celah di selubung
pupa, merangkak ke permukaan tanah membuka sayapnya dan siap untuk makan
(Norman et al, 1992). Lalat betina merupakan lalat penghisap yang rakus, sedangkan
jantan tidak mengigit tetapi makan madu, buah-buahan yang lunak dan sayuran yang
lain. Mata sangat besar pada yang betina letaknya terpisah jauh satu sama lain tapi
pada jantan berdempetan (Levine dan Norman, 1994).
Musca domestica termasuk ke dalam kelas Insecta, ordo Diptera, sub ordo
Cyclurrhopha, famili Muscidae. Musca domestica adalah lalat rumah. Lalat ini
merupakan serangga yang keberadaannya sangat dekat dengan manusia maupun
hewan. Lalat ini berukuran 5,8 – 7,5 mm, berwarna kelabu dengan toraks mempunyai
4 garis hitam longitudinal di dorsal. Mulutnya tumpul dengan bagian ujung (labela)
melebar dan memiliki struktur seperti spons yang berfungsi untuk menyerap makanan
(Hadi dan Saviana, 2000). Lalat ini mempunyai alat mulut untuk menjilat dan tidak
dapat menggigit (Levine dan Norman, 1994). Lalat dewasa hanya dapat hidup selama
satu bulan (Brotowidjoyo, 1990).
2.3.4 Paramphisitomum
2.1.1.1. Cacing ini berotot dan bertubuh tebal, menyerupai bentuk kerucut,
dengan satu penghisap mengelilingi mulut dan yang lainnya pada usus posterior
tubuh. Sebagian besar cacing ini terdapat pada ruminansia dan mempunyai panjang
sekitar 10-12 mm dan lebar 2-4 mm di dekat ujung belakangnya. Penyakit
Paramphistomum merupakan cacing benjol pada ternak. Mulutnya mengarah ke
depan dan dikelilingi oleh kerah mulut yang terdapat papila-papila kepala dan yang
dibatasi oleh cincin cekung di sebelah posterior. Biasanya terdapat dua mahkota daun,
tetapi kadang-kadang yang luar tidak ada. Kapsula bukal dangkal berbentuk cincin,
dan terdapat gubernakulum. Vulva cacing betina terletak di sebelah anterior anus
(Levine dan Norman, 1994). Paramphistomum juga mengalami daur dalam bentuk
sporokista, redia dan cercaria. Cercaria dalam kista yang menempel daun akan
termakan ternak dan tumbuh di duodenum sebagai cacing muda, dan setelah dewasa
selanjutnya migrasi ke abomasum dan retikulum. Seluruh daur hidup diselesaikan
dalam waktu 6 minggu sampai 4 bulan (Tjahjati dan Soebronto, 2001).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Materi
3.1. Metode
Pada pemeriksaan kesehatan ternak, mengamati tingkah laku ternak dari jarak
jauh, seperti gerakan ternak, sikap berdiri, sikap berjalan, dan sikap dalam kelompok.
Memeriksa fisik tubuh ternak, seperti kondisi bulu, permukaan tubuh, anggota gerak,
lubang tubuh, dan gerakan nafas, meneliti ada tidaknya caplak pada ternak.
Memeriksa kondisi fisiologis ternak, separti temperatur tubuh, kecepatan pernafasan,
kecepatan nadi, detak jantung, kontraksi usus, kontraksi rumen, dan keadaan luka.
Membuat kesimpulan sementara dari kondisi kesehatan ternak tersebut yang ditulis
pada form yang disediakan.
BAB IV
Pemeriksaan telur cacing dalam feses dilakukan melalui metode natif dan
metode sentrifuse. Metode natif dengan mengambil sedikit feses dan kemudian
diamati dengan mikroskop. Metode sentrifuse hampir sama dengan metode natif,
hanya dilakukan penambahan NaCl jenuh atau larutan gula dan dilakukan sentrifuse.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa hasil dari
kedua metode tersebut tidak menunjukkan adanya teur cacing pada feses kerbau.
.
4.4.1 Tabanus sp
Ilustarsi 1. Tabanus Sp
Fasiola hepatica merupakan jenis cacing yang menempel pada hati ternak
khususnya trenak ruminansia. Cacing ini berbentuk pipih berwarna putih dan
memiliki bentuk kepal dengan bentuk segi tiga dan berukuran 2cm sampai 3cm. Hal
ini sesuai dengan pendapat Akoso, (2000) bahwa cacing hati (Fasciola gigantica dan
Fasciola hepatica) adalah penyebab fasciolosis. Cacing ini menginfeksi domba,
kambing, dan ruminansia yang lain. Bagian punggung dan bawah tubuh cacing hati
atau cacing daun ini berbentuk gepeng, tidak beruas, berwarna kelabu, berbentuk
seperti daun membulat di bagian depan dan ekor. Panjang Fasciola gigantica dapat
mencapai 7,5 cm, sedangkan Fasciola hepatica sepanjang 3 cm. Fasciola hepatica
dalam siklus hidupnya didalam tubuh turnak ruminansia menghisap darah dan ada
pada organ laian dengan cara menghisap sehingga hal ini dapat memberikan dampak
buruk pada ternak. Brotowijoyo, (1990) menambahkan bahwa Fasciola memiliki
sebuah pengisap di bagian depan dan sebuah lagi di bagian bawah tubuhnya Fasciola
hepatica terdapat di dalam pembuluh empedu domba, sapi, kambing, kelinci,
manusia, dan hampir semua mamalia lainnya di seluruh dunia. Parasit dewasa
berbentuk daun, mencapai panjang 5 cm dan lebar 1,5 cm. Fasciola gigantica
terdapat di dalam pembuluh empedu sapi, domba, dan mamalia lain di seluruh dunia.
4.4.4 Paramphisitomum
Ilustrasi 4. Paramphisitomum
BAB V
KESIMPULAN
Blakely, J. B. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Srigandono, MSc).
Brotowidjoyo.1990.
Tjahjati, I. dan Soebronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
. .
Norman, F. J., Donald J. Borror, dan Charles A. Triplehorn. 1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
(Diterjemahkan oleh Partosoedjono, M.Sc dan drh. Soetiyono).
Kartasudjana,.Suhyat..2001..TeknikKesehatanTernak..http://118.98.163.253/downloa
d/view.php?
file=47_PERTANIAN/budidaya_ternak/general/tehnik_kesehatan_ternak.pdf.
diakses tanggal 20 Mei 2010.
LAMPIRAN
8 Tanda sakit yang terlihat Hidung keluar lender dan berbau anyir
(sebutkan tanda sakit yang
diketahui peternak)
9 Sebutkan sakitnya Kulit akibat caplak
Kesimpulan :
Dari segi pengobatan tidak diperlukan karena peternak tidak tahu mengenai
pengobatan ternak.tanda tanda penyakit hanya dapat dilihat dari anatomis saja.
No Bagian Kondisi
.
6 Lain-lain -
Kesimpulan :
Perkandangan tidak layak karena saat ternak dikandangkan bercampur dengan
feses dan urin sehingga kondisi ternak sangat kotor,serta tidak ada sumber air minum
di kandang.
Tabel 3. Kondisi Ternak
3 Nafsu makan/minum Baik, Nafsu makan dan minum tinggi jika ternak
itu sehat / tidak sakit.
Kesimpulan :
Ternak apabila ada yang sakit segera diobati tetapi apabila tidak diobati tidak
sembuh makam dijual.Kondisi ternak baik lincah dan tidak ada yang menyendiri,kulit
ternak kotor teteapi ada kalanya bersih setelah berkubang di air tidak dilumpur.
Kesimpulan Akhir :
Kerbau milik Bapak Sapari tampak sehat dan lincah, apabila ada ternak yang
sakit cepat diobati setelah sembuh dijual agar tidak menular dengan ternak yang
sehat. Perkandangannya sangat kurang dan sangat kotor tidak ada kandang karena
ternak langsung diikat di bawah pada pohon-pohon besar.
Pemeriksaan Parasit
1 5
2 6
3 7
9 13
10 14
11 15
Fastiola sp
12
Trichuris kambing
1 2
Tidak ada telur yang tampak Tidak ada telur yang tampak
Keterangan
Metode pemeriksaan telur cacing:
1. Metode Natif tidak ditemukan telur cacing
2. Metode Sentrifuse juga tidak ditemukan telur cacing
Kesimpulan:
Didalam feses tidak ditemukan telur cacing, sehingga bisa disimpulkan bahwa
ternak kambing tersebut adalah dalam keadaan sehat.
Penilaian Kesehatan Ternak
No Pengamatan Kondisi
1 Pengamatan dari jauh dengan ternak
Aktivitas ternak Lincah
Sikap berdiri Normal
2 Pengamatan dari dekat dengan ternak
Tatap mata Aktif
Bulu kulit permukaan tubuh Mengkilat
Kondisi permukaan tubuh Kotor
Aktifitas gerakan dari
1. Ekor Aktif
2. Kepala Aktif
3. Gumba Tidak ada
4. Kaki Lincah
5. Daun telinga Lincah
Lobang tubuh dalam kondisi tidak normal Normal
(mulut, mata, hidung, telinga, anus,
vulva/penis, puting susu)
Gerakan nafas -
Nafsu makan/minum Tinggi
Ruminansi Dilakukan berkali-kali
Kondisi feses yang keluar Padat
Kesimpulan :
Tingkah laku ternak kerbau menunjukan bahwa ternak itu dalam kondisi sehat.
.
Tabel 8. Pemeriksaan fisik
1 Pupil mata
5 Denyut nadi
6 Suara paru-paru
7 Gerak Rumen
Pemeriksaan fisik tidak dilakukan karena kondisi ternak kerbau yang terlalu aktif.
No Bagian Kondisi
1 Bangunan kandang Kandang hanya diberi pagar tetapi tidak diberi atap.
Di dalam kandang terdapat banyak lumpur karena
kerbau suka tempat yang berlumpur.
2 Sanitasi kandang Sanitasi kandang tidak dilakukan dengan baik.
Hanya mengambil feses dari kandang kalau ada
yang mau membeli feses tersebut.
3 Pembuangan kotoran Tidak pernah dilakukan.
4 Pakan dan minum Dilakukan diluar kandang karena kerbau digembala.
Kesimpulan :
Bangunan kandang sangat sederhana berpagar seng. Tidak dilakukan sanitasi kandang
dan pembuangan kotoran. Pakan dan minim dilakukan diluar kandang, karena ternak
kerbau digembala.