Anda di halaman 1dari 18

Infanticide

Latar Belakang

Pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi setiap perbuatan
merampas nyawa bayi diluar kandungan, sedangkan infanticide adalah tindakan
merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya
sendiri. Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang hukumannya lebih
ringan didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil.
Merlahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah tergocang akibat gangguan
keseimbangan hormon.1

Indonesia memiliki kekhususan yaitu Kinderdoodslag dan Kindermoord,


penggunaan kekhususan tersebut didasarkan atas motif takut ketahuan melahirkan

◦Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95 % dari sekirtar 30-40 kasus PAS per tahun
dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan
tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7
tahun).
(Sampurn B, Samsu Z, Peranan Ilmu Kedokteran Forensik dalam penegakan hokum; Sebuah pengantar.
Jakarta: Pustaka Dwipar; 2003. P97-110)

anak, dikaitkan dengan kultur masyarakat Indonesia yang menganggap tabu


seorang wanita melahirkan tanpa suami. Oleh sebab itu, seorang wanita yang
membunuh bayinya sendiri dari hasil perkawinannya yang sah dengan seseorang
tidak dikategorikan sebagai Kinderdoodslag atau Kindermoord sebab ia tidak
mempunyai alas an yang kuat untuk takut ketahuan melahirkan anak.1

Kekhususan lainnya berkaitan dengan saat dilakukan pembunuhan yaitu


saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya yaitu dapat dilihat apakah
sudah ada atau belum tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau
diberikan pakaian.1,2

Pebedaan antara Kinderdoodslag (pasal 341 KUHP) dan Kindermoord


(pasal 342 KUHP) hanya pada ada tidaknya rencana. Kinderdoodslag dilakukan
tanpa rencana sedangkan Kindermoord dengan rencana, sehingga hukuman
Kindermoord lebih berat.1
Definisi

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh


seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian
karena takut ketahuan telah melahirkan anak.3

Kriteria

persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak (infanticide)


yaitu:

1. Pelaku adalah ibu kandung


2. Korban adalah anak kandung
3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan
anak
4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat
setelah melahirkan.

Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan
yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai
pembunuhan anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa.1

Epidemiologi

Amerika Serikat, lebih dari enam ratus anak dibunuh oleh orang tua mereka pada
tahun 1983. tingkat pembunuhan bayi selama satu jam pertama kehidupan di luar
rahim turun dari 1,41 per 100.000 selama 1963-1972 menjadi 0,44 per 100.000
untuk tahun 1974 hingga 1983.3

Dasar Hukum4

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan


terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya adalah:
 Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
 Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
 Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan berencana.

Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat dilihat adanya tiga faktor penting,


yaitu:

 Ibu, yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan
pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah
atau belum. Sedangkan, bagi orang lain yang melakukan atau turut
membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan
berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 tahun penjara
(pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur
hidup/hukuman mati (pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).
 Waktu, yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang
tepat, tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian“. Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih
sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul
maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.
 Psikis, yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan
akan diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang
dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah.

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat
sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban
pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338, 339, 340,
343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan
sampai mati (pasal 308).

 Pasal 181. Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau


menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam pidana penjara 9 bulan atau denda paling banyak
Rp.4500,-
 Pasal 308. Seorang ibu takut diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan
atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
ancaman hukuman sesuai 305 dan 306 dikurangi separuh.
 Pasal 305. Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh
tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama
5 tahun 6 bulan.
 Pasal 306.
1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan
2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.

BUKTI MEDIK INFANTISIDA

Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus
memeriksa beberapa hal yaitu:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?


2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?
3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
4. Apakah sebab kematiannya?

(buku ui Forensik)
VIABILITAS 8,9

Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar kandungan
ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya. Viabilitas
mempunyai beberapa syarat, yaitu :
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 1000 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus
atau mikrosefalus), dan aluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).

CUKUP BULAN DALAM KANDUNGAN


Pengertian cukup bulan biasanya diasosiasikan dengan usia kehamilan aterm atau
diatas 36 minggu. Anak tersebut cukup bulan jika:5,8
 Berat badan lebih dari 2500-3000 gram, panjang badan lebih dari 48 cm,
lingkar kepala lebih dari 34 cm, diameter puting susu 7 mm
 Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia (
merah ukuran 5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau
dengan memeriksa langsung pada tulang tersebut. Bila pada proksimal
tibia, maka kulit daerah lutut diinsisi melintang , patella dilepaskan, dan
ujung distal femur diiris melintang sejajar tipis-tipis. Pusat penulangan
tampak sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ). Bedakan dengan
warna merah yang ditemukan pada diafisa tulang. Pusat penulangan
epifisis ini juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
 Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah
cukup kaku, kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi
telah jelas, kedua testis telah turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor
telah menutupi labia minor.
Inti penulangan Lingkar kepala frontooccipital

Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila belum
cukup bulan, selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya dengan
menggunakan rumus Haase:5,8
 Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
 Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm

Tanda-Tanda perawatan

Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu
tidak dapat dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa. Tanda
perawatan tersebut antara lain:

 Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan
tali pusat terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut
penilaian dilakukan dengan memasukan ujung tali pusat didalam air.
Sehingga dapa terlihat apakak ujung pemotongan tersebut rata atau
terkoyak.
 Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan
 Adanya makanan atau susu dalam labung
 Adanya jalan nafas bebas
8. (Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit Binarupa
Aksara. 1997: 256 – 69.
Penaksiran umur gestasi
- Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit
dalam sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan
terakhir, panjang badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan
angka 5.
- Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
- Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)

Tabel 1. Umur bayi dan panjang badan.


Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)
2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)
3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)
4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)
5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)
6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)
7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)
8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)
9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat

8. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit Binarupa
Aksara. 1997: 256 – 69.

2.1. PENENTUAN USIA JANIN DILUAR KANDUNGAN


Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:5,8
a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru
saja lahir, namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara
diduodenum berarti lebih dari 2 jam. Terdapat udara diusus halus berarti 6-
12 jam. Terdapat udara diusus besar berarti 12-24 jam
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam.
Bila kering berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang
sampai 20 hari. Bila sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena
umbilikalis tertutup berarti 2 hari
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu
f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil
disinusoid hati).5
Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya:5,8
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau
duodenum berarti hidup berarti saat, dalam usus halus berarti telah hidup
1-2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat
dalam rectum berarti telah hidup 12 jam.
b. Mekonium dalam kolon. Meconium akan keluar kira-kira dalam waktu 24
jam setelah lahir.
c. Perubahan tali pusat setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan
tali pusat baik di lahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan
terbentuk lingkaran merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian
tali pusat akan mnegering menjadi seperti benang dalam waktu 6 hingga 8
hari dan akan terjadi peneymbuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi
infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang
akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24
jam berupa sebukan sel-sel leukosit berisi banyak, kemudian akan terlihat
sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.
d. Eritrosit berini akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun
kadangkala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.

8. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit
Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.

e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna
jingga berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam pyramid daripada
medulla ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme
telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri
dan vena umbilikus dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup
setlah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1
bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi
lagi. Duktus arteriousus akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan.
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum
ataupun sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian
ditandai oleh janin yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan
lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.7,8,9

1. Pernafasan7
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan
sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada
paru. Pernafasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan
sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Sedangkan pada yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4.

7. Apuranto, H. dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga;
1997.
8. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Penerbit
Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.
9. Knight, Bernard. Knight’s Forensic Pathology, 3rd dd. London:Arnold.2004

b. Gambaran makroskopik paru


Paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua seperti warna
merah hati bayi dan homogeny, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau
limpa.7,8,9
c. Uji apung paru2,10
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak disentuh
untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologi
jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan
pinset atau klem, kemudian ditarik kearah ventrokaudal sehingga tampak palatum
mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya
dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea
dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama dengan trakea diikat
dibawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada
manipulasi berikutnya cairan ketuban, meconium, atau benda asing lain tidak
mengalir keluar melalui trakea, bukan untuk mencegah masuknya udara kedalam
paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset
bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus
diikat diatas diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan
agar udara tidak masuk kedalam lambung dan uji apung lambung-usus tidak
memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan
kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru
kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali kedalam air, dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan
kedalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil
dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah
mengapung atau tenggelam.
Paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan
adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara dua
karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk
mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu
masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau
tenggelam.

10. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.

Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar.
Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah
membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil
uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan
atau alamiah yaitu bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam uterus
atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih berdenyut,
sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir
hidup. Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat
dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.10

d. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan
fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang
untuk memungkinkan cairan fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah
difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya
digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan
Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum
bernafas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26
minggu. Tanda khas untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang
berbentuk seperti bantal yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar
menipis sehingga akan tampak seperti ganda. Pada permukaan ujung bebas
tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernafas
yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori atau ladewig, tampak serabut-
serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut
yang keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler sejajar dengan
permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi
cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya
tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernafasan janin prematur.
10. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.

Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk


persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas
samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik
dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak
jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua
mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan
deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau
fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.10
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan
terjadinya kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang
hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine,
kelainan kongenital yang fatal seperti anensefalus.10

Gambar 2.2. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born)

10. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.

Tabel 1. Penentuan lahir hidup atau mati


Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi - Baru
terlihat setelah 8-10 hari
kematian inutero.
- Bila
kematian baru terjadi 3
atau 4 hari: Perubahan
berupa vesikel atau bula
yang berisi cairan
kemerahan, epidermis
bewarna putih dan
berkeriput, bau tengik,
dan tubuh mengalami
perlunakan.
- Organ-
organ tampak basah
tetapi tidak berbau busuk
Pengembangan dada - Dada sudah - Iga masih
mengembang mendatar dan diafragma
- Diafragma masih setinggi iga 3-4.
sudah turun sampai sela iga
4-5
Pemeriksaan - Paru sudah - Paru-paru
makroskopik paru mengisi rongga dada dan masih tersembunyi
menutupi sebahagian dibelakang kandung
kandung jantung. jantung atau telah
- Paru mengisi rongga dada.
berwarna merah muda tidak - Paru-paru
merata dengan pleura bewarna kelabu ungu
tegang. merata seperti hati,
- Menunjukkan konsistensi padat,tidak
gambaran mosaic kerana teraba derik udara dan
alveoli telah berisi udara. pleura yang longgar
- Gambaran
marmer akibat pembuluh
daran interstitial berisi darah
- Konsistensi
seperti spons dan teraba
derik udara.
- Pengirisan
paru dalam air : terlihat jelas
keluarnya gelembung udara
dan darah.
- Berat paru
bertambah 2 kali kerana
berfungsinya sirkulasi darah
jantung paru.
Uji apung paru - Hasil positip - -Hasil
negatip
Pemeriksaan - Alveoli paru - Tanda
mikroskopik paru mengembang sempurna khas untuk paru bayi
dengan atau tanpa emfisema yang belum bernafas
obstruktif adalah adanya tonjolan
- Tidak terlihat yang berbentuk seperti
projection. bantal yang akan
- Perwarnaan bertambah tinggi dan
Gomori atau Ladewig: dasar menipis sehingga
serabut retikulin tampak tampak seperti dada (club
tegang. –like)
- Pada paru
bayi yang belum bernafas
dan sudah membusuk
dengan pewarnaan
Gomori atau Ladewig:
Tapak serabut retikulin
pada permukaan dinding
alveoli berkelok-kelok
seperti rambut yang
kerinting
Daftar Pustaka

1. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak


Hukum. Semarang : BP Universitas Diponogoro, 2008.

2. Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa


Aksara, 1997.

3. Maureen Paul. Management of unintended and abnormal pregnancy:


comprehensive abortion care. Wiley-Blackwell. pp. 33–34. ISBN 978-1-
4051-7696-5.

4. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua.


Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1997.

Anda mungkin juga menyukai