Anda di halaman 1dari 4

Dermatitis

Dermatitis merupakan sebuah peradangan pada kulit bagian epidermis dan dermis yang ditandai
dengan efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan likenifikasi) serta
biasanya disertai keluhan subyektif gatal, sebagai respon terhadap faktor endogen dan eksogen.

a. Faktor endogen
Faktor endogen misalnya faktor predisposisi genetik, gangguan fungsi sawar kulit, dan
psikologis
b. Faktor eksogen
Faktor eksogen dapat berupa agen fisik (sinar dan suhu), kimiawi (zat asam, basa, detergen),
dan mikroorganisme yang dapat berperan seagai superantigen.

Klasifikasi dermatitis

Berdasarkan definisinya, dermatitis merupakan suatu gejala klinis. Hingga saat ini belum ada
klasifikasi yang baku yang dipakai secara imtenasional dalam menggolongkan dermatitis. Dermatitis
dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, bentuk, lokasi, morfologi, serta stadum penyakit.

Klasifikasi Nama dermatitis


Dermatitis kontak (alergi dan iritan)
Etiologi Radiodermatitis
Dermatitis medikamentosa
Bentuk Dermatitis numularis
Hand dermatitis
Lokasi
Intertrigo
Dermatitis madidans
Morfologi
Dermatitis eksfoliativa
Dermatitis akut
Stadium penyakit Dermatitis subakut
Dermatitis kronis

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Definisi

Dermatitis kontak alergik (DKA) adalah dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan alergen
(hapten) pada kulit yang sebelumnya telah tersensitisasi. Respon imun yang terjadi diperantarai oleh
sel atau disebut sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).
Fase sensitisasi adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit sehingga mengaktivasi sel T memori
di kelenjar getah bening yang kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Fase ini berlangsung selama 2-3
minggu. Selanjutnya jika terpapar alergen kembali, yang terjadi adalah fase elisitasi, yakni
serangkaian reaksi imunologi hingga timbul gejala klinis DKA. Umumnya fase ini berlangsung
selama 24-48 jam.

Epidemiologi

Perempuan lebih sering mengalami DKA daripada laki-laki, dan terdapat peningkatan insidens sesuai
dengan bertambahnya usia. Dermatitis kontak alergik hanya terjadi pada orang dengan predisposisi
tertentu.

Etiologi

Hapten, yakni bahan kimia yang bersifat lipofilik dan reaktif, yang mampu menembus stratum
korneum dengan berat molekul <1000 dalton. Contohnya: tanaman jelatang, logam nikel, parfum,
kosmetik, dan karet sandal.

Diagnosis

Gambaran klinis DKA tergantung pada jenis alergen yang menyebabkan. Biasanya, dermatitis terjadi
pada lokasi aplikasi alergen tetapi penyebaran dermatitis juga mungkin terjadi. Dalam anamnesis
riwayat pasien, penting untuk mempertimbangkan pekerjaan, rumah tangga, dan kemungkinan
paparan terhadap alergen saat bepergian, dan juga tentu saja waktu, lokalisasi, alergen sebelumnya
diidentifikasi, diatesis topik, perawatan kulit, kosmetik, dan obat topikal maupun sistemik.

Penampilan klinis DKA dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan durasi. Pada kebanyakan kasus,
erupsi akut ditandai dengan makula dan papula eritema, vesikel, atau bula, tergantung pada intensitas
dari respon alergi. Namun, dalam DKA akut di daerah tertentu dari tubuh, seperti kelopak mata, penis,
dan skrotum, eritema dan edema biasanya mendominasi dibandingkan vesikel. Batas-batas dermatitis
umumnya tidak tegas. DKA pada wajah dapat mengakibatkan pembengkakan periorbital yang
menyerupai angioedema. Pada fase subakut, vesikel kurang menonjol, dan pengerasan kulit, skala,
dan lichenifikasi dini bisa saja terjadi. Pada DKA kronis hampir semua kulit muncul scaling,
lichenifikasi, dermatitis yang pecah-pecah (membentuk fisura), dengan atau tanpa papulovesikelisasi
yang menyertainya.
Pemeriksaan penunjang

Uji Tempel atau Patch Test (In Vivo)

Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang bersentuhan dengan kulit
sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan korektif dapat diambil. Uji tempel merupakan
pemeriksaan untuk konfirmasi dan diagnostik tetapi hanya dalam kerangka anamnesis dan
pemeriksaan fisik, uji tempel ini jarang membantu jika tanpa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Uji
tempel dapat diadministrasikan dengan thin-layer rapid-use epicutaneous (TRUE) atau dengan ruang
aluminium yang disiapkan tersendiri (Finn) dimana dipasang pada tape Scanpor. Zat uji biasanya
diaplikasikan pada punggung atas, meskipun jika hanya satu atau dua yang diterapkan, lengan luar
atas juga dapat digunakan. Tempelan dihapus setelah 48 jam (atau lebih cepat jika gatal parah atau
terbakar pada kulit) kemudian dibaca.

Diagnosis banding

Detmatitis kontak iritan, dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, dan psoriasis.

Tata laksana

Nonmedikamentosa

 Menghindari pajanan alergen maupun produk serupa alergen.


 Anjuran penggunaan alat perlindungan diri yang sesuai.
 Penggunaan emolien/pelembap guna menjawa sawar kulit.

Medikamentosa

Terapi sistemik: Antihistamin, kortikosteroid sistemik setara prednison 0,5mg/kgBB jangka pendek

Terapi topikal:
 Lesi madidans (basah): kompres terbuka dengan kasa steril yang telah dibasahi NaCl 0,9%
lalu dieras setengah basah dan diletakkan diatas lesi. Dilakukan 2-3 kali sehari sampai lesi
mengering atau bersih
 Lesi kering/kronik: kortikosteroid opikal potensi kuat, seperti Halsinoid 0,1% krim.

Sumber: Szar, Dan Horton. Crash Course Dermatologi dan Venereologi. Kent UK: Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai