Anda di halaman 1dari 7

TARSAL TUNNEL SYNDROME

Tarsal tunnel adalah ruang sempit yang terletak di bagian dalam pergelangan kaki sebelah
tulang pergelangan kaki. Terowongan ditutupi dengan ligament tebal (flexor retinakulum
yang melindungi dan memelihara struktur yang terkandung dalam terowongan-
arteri,vena,tendon dan saraf. Salah satu struktur ini adalah saraf tibialis posterior, yang
merupakan focus dari sindrom terowongan tarsal.
Sindrom Tarsal tunnel adalah kompresi pada saraf tibialis posterior yang
menghasilkan gejala sepanjang jalur saraf. Tarsal tunnel syndrome mirip dengan carpal
tunnel syndrome, yang terjadi dipergelangan tangan. Kedua gangguan timbul dari kompresi
saraf dalam ruang tertutup.
Nervus tibialis berasal dari bagian anterior dari plexus sacralis. Yang keluar melalui
region posterior dari paha dan kaki, dan cabang-cabangnya masuk kedalam bagian medial
dan lateral dari nevus plantaris. Inervasi dari nervus tibialis ke kulit adalah menuju bagian
betis dan permukaan plantar dari kaki. Inervasi nervus tibialis ke otot terdapat paling banyak
ke daerah posterior dari paha dan otot-otot kaki dan beberapa pada otot-otot intrinsik dari
kaki.

EPIDEMIOLOGI
Sindrom tarsal tunnel merupakan penyakit yang jarang ditemukan, tetapi kasus ini
sering ditemukan pada orang yang sering bekerja menggunakan sendi ankle nya atapun pada
atlet olahraga. Di amerika tercatat 1,8 juta kasus setiap tahunnya. Dimanapenyakit ini lebih
dominan pada wanisa dewasa.

ETIOLOGI
Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya sindrom tarsal tunnel. Soft-tissue
masses dapat menimbulkan compression neuropathy dari bagian saraf tibialis posterior.
Contoh termasuk lipoma, tendon sheath ganglia, neoplasma pada tarsal canal, nerve sheath
dan nerve tumor, dan vena varicose. Tulang yang menonjol dan exostoses dapat pula
menimbulkan gangguan. Sebuah penelitian dari Daniel dan teman-temannya menunjukkan
adanya deformitas dari valgus pada rearfoot yang menghasilkan neuropathy dengan
menigkatnya tensile load pada saraf tibial.2,3

GEJALA KLINIS
Gejala dari tarsal tunnel syndrome bervariasi dari masing-masing individu, tetapi dari
klinis umumnya: gangguan sensorik yang bervariasi dari mulai sharp pain sampai hilangnya
sensasi, gangguan motorik dengan resultant atrophy dari intrinsic musculature, dan gait
abnormality (Contoh Overpronation dan pincang karena nyeri dengan weight bearing).
Deformitas dari hindfoot valgus berpotensi ke dalam gejala dari tarsal tunnel syndrome
karena deformitas tersebut dapat meningkatkan tension menjadi peningkatan dari eversion
dan dorsiflexion. Tidak ada penelitian lainnya yang dapat menunjukkan hubungan secara
statistik dari tarsal tunnel syndrome dalam kondisi bekerja atau beraktivitas sehari-hari.
Prevalensi dan insiden dari tarsal tunnel syndrome belum pernah dilaporkan.1
Faktor resiko terjadinya sindrom tarsal tunnel meningkat pada Rematoid arthritis,
memakai sepatu yang menekan, kehamilan, DM dan penyakit tiroid. Selain itu postur kaki
yang tidak baik (kaki terlalu miring ke arah dalam) dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit ini.

PATOFISIOLOGI
Sindrom tarsal tunnel adalah kompresi neuropathy dari nervus tibial pada tarsal canal.
Tarsal canal terdiri dari flexor retinaculum, dimana berada posterior dan distal dari maleolus
medial. Gejala dari kompresi dan tension neuropathy adalah mirip; akan tetapi, perbedaan
dari kondisi ini tidaklah semudah dengan mengidentifikasi gejalanya saja. Pada akhir-akhir
ini, kompresi dan tension neuropathy merupakan gejala yang terdapat bersama-sama.
Fenomena double-crush yang dipublikasikan oleh Upton dan McComas pada tahun 1973.
Dengan hipotesanya adalah: kerusakan lokal pada saraf pada satu sisi sepanjang saraf tersebut
dapat cukup merusak dari seluruh fungsi dari sel saraf (axonal flow), dimana sel saraf
menjadi lebih mudah terkena trauma kompresi pada bagian distal. Jaringan saraf mempunyai
tanggung jawab dalam menyalurkan sinyal afferent dan efferent sepanjang saraf tersebut dan
mereka juga mempunyai tanggung jawab dalam penyaluran nutrisi,dimana secara esensial
untuk optimalnya fungsi. Pergerakan dari nutrisi intraselular melewati beberapa tipe dari
sitoplasma pada sel saraf yang dinamakan axoplasma (sitoplasma dari Akson). Axoplasma
bergerak bebas sepanjang dari keseluruhan panjangnya saraf. Jika aliran dari axoplasma
(axoplasmic flow) terhalangi, maka jaringan saraf di bagian distal mengalami penurunan dari
nutrisi dan mudah mengalami injury sebagai akibat dari penekanan tersebut.4

PEMERIKSAAN FISIK
Pasien-pasien umumnya dengan gejala yang tidak jelas pada nyeri kaki, dimana
terkadang dihubungkan dengan plantar fasitis. Adanya nyeri, parestesia, dan rasa tebal
merupakan gejala yang tidak jelas. Pada beberapa kasus, adanya atropi pada otot intrinsik
kaki dapat ditemukan, meskipun secara klinik sulit untuk dapat dipastikan. Eversion dan
dorsofleksi dapat menimbulkan gejala yang bertambah berat.4,1
Tanda Tinel (nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari saraf)
dapat timbul pada bagian posterior dari maleolus medial. Gejala-gejala tersebut umumnya
akan berkurang saat beristirahat, meskipun tidak semua gejala tersebut hilang seluruhnya.
(Perkusi dari saraf bagian distal dengan manifestasi berupa parestesia dikenal sebagai tanda
Tinel. Hal ini jangan sampai dibingungkan dengan tanda dari Phalen, yaitu kompresi saraf
selama 30 detik, dengan timbulnya kembali gejala-gejala tersebut).4,1
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan sensitivitas akan tekanan ringan,
tusukan dengan peniti, dan suhu pada pasien-pasien dengan distal symmetric sensorimotor
neuropathy. Pemeriksaan dengan radiografi pada pasien-pasien dengan gangguan pada
anggota geraknya menunjukkan adanya pengurangan dari densitas tulang, penipisan pada
phalang, atau adanya bukti akan neuropathy (contoh: Charcot disease) pada long-standing
neuropathies. Sebagai tambahan adanya perubahan-perubahan pada anggota tubuh seperti pes
cavus, rambut rontok, dan ulkus. Penemuan-penemuan tersebut sangat berhubungan dengan
diabetes, amyloid neurophaty, leprosy, atau hereditary motor sensory neurophaty (HMSN)
disertai dengan gangguan sensorik. Menipisnya jaringan perineural ditemukan juga pada
kasus-kasus leprosy dan amyloid neuropathy.1,4,5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Electromyography(EMG) dan nerve conduction velocity (NCV) dapatlah
berguna untuk mengevaluasi penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan untuk
memastikan adanya neuropathy. Sebagai tambahan, dapat membedakan dari tipe-tipe
dari jaringan saraf (sensorik, motorik atau keduanya) dan patofisiologi (aksonal vs
demyelinating dan simetrik vs asimetrik) dari pemeriksaan EMG dan/atau NCV.
Pemeriksaan ulang dari EMG seharusnya dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah
tindakan operasi yang biasanya memberikan hasil yang baik setelah penderita
menjalani tindakan dekompresi.
- Magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasonography dapat cukup membantu
yang berhubungan dengan kasus soft-tissue masses dan space-occupying lesion
lainnya pada tarsal tunnel. Sebagai tambahan, MRI berguna dalam menilai suatu
flexor tenosynovitis dan unossified subtalar joint coalitions.
- Plain radiography juga berguna untuk mengevaluasi pasien-pasien dengan dasar
kelainan struktur dari kaki, fraktur, bony masses, osteophytes, dan subtalar joint
coalition.1,4,5

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ini bertujuan mengurangi inflamasi dan nyeri. Pemberian
injeksi steroid intra canal tarsal sering dikombinasikan dengan anestesi lokal seperti lidokain.
Terapi konservatif (nonbedah)
Prinsip terapi ini adalah menurunkan tekanan pada n tibialis posterior pemakaian
orthoses,seperti pembidaian atau penyangga (brace), untuk mengurangi tekanan pada kaki
dan membatasi gerakan kaki.
Ketika konservatif terapi dinyatakan gagal dalam mengurangi gejala-gejala pada
pasien, maka intervensi operasi dapatlah diperhitungkan.
POLYMIOSITS

Polimiositis adalah suatu kondisi yang menyebabkan peradangan dan pelemahan pada otot.
Penyakit ini dapat memengaruhi kerja otot di seluruh tubuh, namun pada umumnya
menyerang otot bahu, paha, dan pinggul. Wanita dan orang yang berusia 30-60 tahun
merupakan kelompok yang berisiko menderita polimiositis.

Penderita polimiositis biasanya memiliki kesulitan untuk mengangkat tubuh setelah duduk,
menggapai dan mengangkat beban atau benda, serta menaiki tangga. Hingga saat ini,
polimiositis belum dapat disembuhkan. Akan tetapi, penanganan polimiositis bisa dilakukan
dengan terapi fisik dan bentuk-bentuk pengobatan yang berfokus pada peningkatan kekuatan
dan fungsi otot.

Gejala Polimiositis

Gejala umum polimiositis ditandai dengan pelemahan otot-otot pada kedua sisi tubuh (kanan
dan kiri). Kelemahan itu terutama dirasakan pada otot leher, bahu, punggung, paha, dan
panggul. Gejala-gejala lain yang bisa ditimbulkan polimiositis adalah:

 Nyeri dan bengkak pada otot.


 Nyeri sendi.
 Kelelahan.
 Demam.
 Fenomena Raynaud, yaitu kondisi dimana jari-jari tangan atau kaki menjadi dingin
dan berubah warna karena gangguan pada aliran darah.
 Kesulitan menelan.
 Napas pendek yang disebabkan gangguan jantung dan paru-paru.
 Berat badan menurun.
 Area berwarna merah atau ungu di sekitar mata. Beberapa orang juga mengalami kulit
kemerahan pada siku, lutut, dan buku jari, serta ruam merah pada leher dan dada
bagian atas.

Penyebab Polimiositis

Belum diketahui secara pasti penyebab polimiostitis. Namun, kondisi ini diduga berkaitan
dengan keturunan. Penelitian terkini menyatakan bahwa polimiositis bisa terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh (sistem imun) menyerang jaringan otot sebagai reaksi autoimun. Meski
demikian, hal tersebut masih perlu dibuktikan lebih lanjut.

Diagnosis Polimiositis

Terkadang penyakit polimiositis keliru diartikan sebagai kondisi distrofi otot. Oleh sebab itu,
dokter akan memeriksa pasien secara hati-hati agar diagnosis tidak keliru. Dokter akan
mendiagnosis pasien-pasien yang terindikasi polimiositis dengan menanyakan riwayat
kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Biopsi otot dengan mengambil sampel jaringan
otot dan diperiksa dibawah mikroskop merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menentukan diagnosis polimiositis. Selain itu juga dilakukan yang diikuti sejumlah tes lain,
seperti:

 Pemeriksaan darah creatine phosphokinase (CPK) untuk melihat banyaknya


kerusakan otot.
 MRI untuk melihat tanda peradangan pada otot.
 Elektromiografi untuk melihat aktivitas listrik pada otot.

Pengobatan Polimiositis

Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polimiositis. Akan tetapi, langkah-
langkah pengobatan tetap bisa dilakukan untuk mengatasi gejala yang dirasakan. Jenis
pengobatan sangat bergantung pada faktor usia, gejala, dan kondisi kesehatan. Dalam
pengobatan polimiositis, pasien mungkin saja akan menjalani lebih dari satu metode
penanganan. Pengobatan juga bersifat fleksibel, dapat dirubah setiap saat sesuai kondisi
pasien. Beberapa metode pengobatan polimiositis, di antaranya adalah:

 Obat antiperadangan. Kortikostreroid bermanfaat untuk meredakan peradangan di


dalam tubuh. Dokter akan menurunkan dosis kortikosteroid secara bertahap untuk
mengurangi efek samping, seiring dengan membaiknya gejala.
 Obat imunosupresan. Obat ini berguna untuk menekan atau menghambat sistem
imun.
 Fisioterapi. Bermacam-macam bentuk latihan yang berfokus untuk menguatkan dan
meregangkan otot-otot bisa dilakukan.
Istirahat, kompres dengan air hangat, serta menggunakan korset atau alat penahan (brace)
lainnya, dapat membantu mengurangi gejala dan membantu pergerakan otot.

Komplikasi Polimiositis

Polimiositis yang tidak ditangani dapat semakin memburuk, serta berisiko menimbulkan
komplikasi, berupa:

 Infeksi.
 Pneumonia aspirasi.
 Penyakit paru interstitial atau fibrosis paru.
 Gangguan irama jantung.
 Gagal jantung.
 Perikarditis.
 Serangan jantung.
 Disfagia.
 Malabsorbsi.

Selain komplikasi akibat penyakit polimiositis itu sendiri, komplikasi juga dapat terjadi
akibat penggunaan obat-obatan steroid untuk mengatasi peradangan. Di antaranya
adalah osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai