Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KONSEP DASAR

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler (Rumantir, 2007). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi
apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak
Menurut Christopher (2007), Stroke Hemoragik adalah pecahnya
pembuluh darah otak yang menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi
keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak
melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan
iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intracranial pada
gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak.
Berdasarkan definisi diatas, disimpulkan bahwa stroke hemoragik
adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah pada
otak. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi
dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan
otak, sehinga menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah
massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada
otak dan menekan tulang tengkorak.

2. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik dibedakan menjadi dua yakni:
1. Hipertensif
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang
menekan dinding arteri sampai pecah.
2. Non-Hipertensif
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah
a) Aneurisma: yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang
akhirnya dapat pecah.
b) Kanker: terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
c) Cerebral amyloid angiopathy (CAA): yang membentuk protein amiloid
dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke
lebih besar.
d) antikoagulansia / thrombolitik: Kondisi atau obat (seperti aspirin atau
warfarin).
e) Ruptur malformasi arteri dan vena

3. Gejala Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
c. Kesulitan menelan
d. Kesulitan menulis atau membaca
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
i. Mual atau muntah
j. Kejang
k. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
l. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke,
terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan
serebelum.
Gejala klinis :
a. Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa
peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah,
gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
b. Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
c. Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
d. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TIK),
misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid

2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
a. Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,
dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
b. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,
gelisah dan kejang.
c. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam
beberapa menit sampai beberapa jam.
d. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
e. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karakteristik perdarahan subarakhnoid.
f. Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi
atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau
gangguan pernafasan.

4. Patofisiologi
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan
subarachnoid. Insiden perdarahan intrakranial kurang lebih 20% adalah stroke
hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan
perdarahan intraserebral (Caplan, 2000). Perdarahan intraserebral biasanya
timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi
maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan
batang otak. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-
tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah
dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000). Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron didaerah yang terkena darah
dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan,
2000). Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah keruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
CT scan : Didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)
MRI : Untuk menunjukkan area yang mengalami
hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
Angiografi serebral : Untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
(Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan foto thorax : Dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke. (Jusuf
Misbach, 1999).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal : Pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
(Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun
kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
Pemeriksaan darah lengkap : Untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
6. Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang
paling ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri
sering mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Pada pasien yang
dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran dalam
24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-halyang
telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen. Komplikasi lain yang dapat terjadi ialah perdarahan ulang,
vasospasme dan hidrosefalus akut.

7. Pathway’s
Terlampir

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEGAWATDARURATAN


1. Identitas Klien
Tanggal Pengkajian : 17 September 2018
Tanggal Masuk ICU : 15 September 2018
Nama Inisial : Tn. S
Nomor. Reg : 449995
Jenis Kelamin : Laki-laki
TL / Umur : 26 April 1953 (65thn)
Diagnose Medis : Stroke Hemorargik
2. Pengkajian Primer
a. Airways : Terdapat sumbatan jalan nafas, Klien terpasang ETT,
terpasang NK 3lpm, terdapat sumbatan oleh lendir, bunyi nafas
gurgling.
b. Breathing : Pola nafas normal, RR=12 x/menit, HR: 110x/mnt,
SpO2=98 %, terpasang ventilator mode PCV.
c. Circulation : Akral hangat, Irama Reguler, CRT = >3 detik, HR =
98 x/Menit, TD = 189/85 mmHg, terpasang Rl 20tpm.
d. Disability : Tingkat kesadaran Somnolen, GCS E=2 M=4 V=2,
Pupil isokor kana/kiri : 2/2, reaksi cahaya +/+
e. Exsposur : Tidak ada Oedem dan fraktur. Suhu 36,0 C, klien
terpasang NGT, Klien terpasang dower chateter, ekstremitas bawah
tamppak oedem.
3. Pengkajian Sekuender
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien mengalami penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit sekarang : Keadaan umum klien sangat lemah,
kebutuhan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat, klien mengalami
penurunan kesadaran sejak 15 September 2018. Klien tampak pucat.
c. Riwayat penyakit dahulu : Klien mempunyai riwayat hiertensi
d. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga klien mengatkan bahwa dalam
keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.
2. Riwayat Alergi
a. Alergi makanan : klien tidak mempunyai riwayat alergi makanan
b. Alergi obat : Klien alergi amoxilin
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan umum : lemah, penurunan kesadaran
b. Tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran somnolebn, GCS :E2M4V2
c. Tanda-tamda vital : TD 183/80 mmHg 16suhu 360C, RR 12, HR 110

d. Antropometri : BB 60Kg, TB 162 cm


a. Kepala
Bentuk Mesocephal, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak
terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, sclera tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat
membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai
adanya peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada
pendarahan maupun peradangan
f. Pernafasan
Sesak, terpasang nasal kanul 2 ltr/mnt, RR = 35x/ menit
g. Jantung
I : tidak nampak ictus cordis
P : ictus kordis teraba pada ics 5-6
P : pekak, tidak ada pebesaran jantung
A : lup-dup
h. Paru-paru
I : Simetris ki/ka, pergerakan dinding dada cepat dan simetris
P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
P : Sonor pada kedua area paru
A : Terdengar suara ronchi
i. Abdomen :
I : Simetris ki/ka, warna kulit sawo matang
P : tidak ada nyeri tekan
P : perut kembung, lingkar perut 65 cm
A : Bising usus (+)15x/ menit
j. Ekstremitas : Pada tangan kanan dan kaki kanan terpasang infuse infus
RL 6cc/kg/j, tangan kiri tidak dapat digerakkan, semua aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat, kekuatan otot lemah
k. Diagnostic
Darah Lengkap
Eritrosit : 5,44
Hemoglobin : 13,0
Hematocrit : 38,80%
Trombosit : 251
Leukosit : 17,0
l. Terapi
Infus Rl 20 tpm
Syring Pump : Perdipin 0,5 mg
Citicolin 500 mg/12 jam
Mecobala min 500 mg/24 jam
Kalnex 1 gr/6 jam
Manitol 125 cc
Ceftriaxone 2 gr/125
Ranitidin 2x1
m. Pemeriksaan Penunjang
CT SCAN Kepala (Non kontras)
Kesan :
Perdarahan luas di ganglias basalis capusal externa-interna, coronaria
radiate.
Perdarahan ditalamus dextra, capsula interna dextra, parietal dextra
serta pons, infark di capsula interna dan coronaria radiate dextra.
B. ANALISA DATA
No Data Problem Kemungkinan Penyebab
1 DS : Ketidakefektifan aliran darah ke otak
- Keluarga klien
perfusi jaringan terhambat
mengatakan Tn. S
serebral
mempunyai riwayat
Hipertensi

DO :
- Klien mengalami
penurunan kesadaran
- .GCS E2V2M4
- Keasadaran somnolen
- Riwayat Hipertensi
tidak terkontrol
- HR : 110 x/Menit
- RR : 12x/mnt
- TD : 183/80 mmHg
- SpO2: 98%
- CT SCAN Kepala (Non
kontras) : Perdarahan luas
di ganglias basalis capusal
externa-interna, coronaria
radiate.

2 DS : - Bersihan jalan nafas Sumbatan jalan nafas


DO :
tidak efektif berupa sekret
- Keadaan umum klien
tampak pucat
- Klien mengalami
penurunan kesadaran
- Bunyi nafas menurun
- Gurgling
- Klien tampak gelisah
- RR 12x/mnt
- Terdapat secret pada
jalan nafas
- Klien terpasang ETT
3 DS : - Haambatan mobilitas Ganggun sensori
DO :
fisik persepsi
- Keadaan umum
tampak lemahlemah
- Klien mengalami
penurunan kesadarn
- Somnolen
- GCS E2M4V2
- Keakuatan otot
menurun
- HR : 110 x/Menit
- RR : 12x/mnt
- TD : 183/80 mmHg

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifa Tujuan : 1. Monitor ukuran, 1. Mengetahui


n perfusi Perfusi
kesimetrisan, setiap
jaringan
jaringan otak
serebral reaksi dan perubahan
berhubungan dapat tercapai
bentuk pupil, ttv yang terjadi
dengan aliran secara optimal. 2. Monitor tingkat
darah ke otak pada klien
terhambat Kriteria hasil : kesadaran klien
secara dini
3. Berikan posisi
1. Klien tidak
dan untuk
mobilisasi
gelisah.
penetapan
2. Tidak ada progresif Head
tindakan yang
keluhan nyeri of Bed (HOB)
4. Ciptakan tepat.
kepala, mual,
2. Mengetahui
lingkungan yang
kejang.
kestabilan
3. GCS E: 4 tenang dan batasi
klien
V:5 M: 6. pengunjung.
3. Mengurangi
4. Pupil isokor,
tekanan arteri
reflek cahaya
dengan
(+).
5. Tanda-tanda meningkatkan
vital drainage vena
normal(nadi : dan
60-100 kali memperbaiki
permenit, sirkulasi
suhu: 36-36,7 serebral
4. Memberi
C, pernafasan
kenyamanan
16-20 kali
kepada klien
permenit).

2. Bersihan jalan Tujuan : 1. Monitor suara 1. Mengetahui


nafas tidak Bersihan jalan napas tambahan gangguan
efektif kepatenan jalan
nafas kembali 2. Monitor RR
berhubungan nafas
efekti
dengan Kriteria hasil :
3. Bersihkan secret 2. Mengetahui
Sumbatan dengan suction tingkat
1. RR dalam
jalan nafas gangguan yang
batas normal 4. Monitor status
berupa sekret oksigen terjadi dan
2. Tidak ada
membantu
akumulasi 5. Kolaborasi dalam
sputum pemberian terapi menentukan
oksigen intervensi

3. Menccegah
obstruksi atau
aspirasi

4. Mengetahui
adanya
perubahan
status oksigen
setelah tindakan

5. Meringankanke
rja paru untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen
3. Hambatan Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. ROM aktif
mobilitas fisik Klien mampu
kemampuan dapat
berhubungan
melaksanakan
dengan ROM aktif klien membantu
Ganggun aktivitas fisik 2. Ubah posisi klien
dalam
sensori sesuai dengan tiap 2 jam.
mempertahank
persepsi 3. Ajarkan klien
kemampuannya.
an/meningkatk
Kriteria hasil : untuk melakukan
1. Tidak terjadi an kekuatan
latihan ROM
kontraktur dan kelenturan
pasif
sendi. 4. Kolaorasi dengan otot,
2. Bertambahny
fisioterapi untuk mempertahank
a kekuatan
latihan fisik klien an fungsi
otot.
cardiorespirasi
3. Klien
dan
menunjukkan
mencegah
tindakan
kontraktur dan
untuk
kekuatan
meningkatka
sendi
n mobilitas.
2. Menurunkan
resiko
terjadinnya
iskemia
jaringan
akibat
sirkulasi darah
yang jelek
pada daerah
yang tertekan.
3. Otot volunter
akan
kehilangan
tonus dan
kekuatannya
bila tidak
dilatih untuk
digerakkan.
4. Penanganan
yang tepat
dapat
mempercepat
waktu
penyembuhan

D. Implementasi
No No Tgl./waktu Tindakan Respon pasien Paraf
Dx
1. 1. 18 Septeber Memonitor TTV, ukuran, S : AYA
O:
2018 kesimetrisan, reaksi dan
- TD 169/110
bentuk pupil - HR 108
08.30 - RR 10
- Spo2 98%
- 2+/2+
2 1. 08.40 Memonitor tingkat S :- AYA
O:
kesadaran klien
- Tingkat keasadaran
somnolen
- GCS E2M4V2
3 2 08.50 Memonitor suara napas S : AYA
O:
tambahan
- suara nafas gurgling
- terdapat sekret

4 2 09.00 Membersihkan secret S : AYA


O : - Klien tampak nyaman
dengan suction
- secret keluar
5 3 10.00 Mengkaji tingkat S : AYA
O:
kemampuan ROM aktif
- klien tidak mampu
klien
melakukan ROM
aktif

6 3 10.30 Mengajarkan klien untuk S : AYA


O:
melakukan latihan ROM
- klien tampak nyaman
pasif
5 1 10.45 Memberikan posisi S : AYA
O:
mobilisasi progresif Head
- klien tampak nyaman
of Bed (HOB) - TD 155/96
- SpO2 99%
6 3 11.30 Mengubah posisi klien S : AYA
O:
tiap 2 jam.
- Klien tampak nyaman
- RR 11x/mnt
7 1 13.00 Menciptakan lingkungan S : AYA
O:
yang tenang dan batasi
- Klien bisa istirahan
pengunjung.
dengan nyaman
8 19 Memonitor TTV, ukuran, S : AYA
O:
September kesimetrisan, reaksi dan
- TD 201/71
2018 bentuk pupil - HR 108
- RR 14
14.30
- 2+/2+
9 15.45 Membersihkan secret S : AYA
O:
dengan suction
- Spo2 98%
- RR 12
- Klien tampak nyaman
10 16.00 Mengajarkan klien untuk S : AYA
O:
melakukan latihan ROM
-klien mengikuti
pasif
11 16.30 Mengubah posisi klien S : AYA
O:
tiap 2 jam.
- Klien mengikuti
12 16.45 Memberikan posisi S : AYA
O:
mobilisasi progresif Head
- Spo2 100%
of Bed (HOB) - TD 178/85
13 20 Memonitor TTV, ukuran, S : AYA
O:
September kesimetrisan, reaksi dan
- TD 140/72
2018 bentuk pupil - HR 112
09.00 - RR 19
Memonitor tingkat
- 2+/2+
kesadaran klien - Compos mentis
14 10.00 Membersihkan secret S : AYA
O:
dengan suction
- Secret keluar
- Klien tampak nyaman
15 10.15 Memonitor suara nafas S : AYA
O : - suara nafas gurgling
tambahan
18 11.45 Memberikan posisi S : AYA
O:
mobilisasi progresif Head
- 136/83
of Bed (HOB) - Sao2 100%
19 12.00 Mengubah posisi klien S : AYA
O:
tiap 2 jam.
- Klien tampak nyaman
- RR 16x/mnt
20 13.00 Menciptakan lingkungan S : AYA
O:
yang tenang dan batasi
- Keluarga tampak
pengunjung
istirahat dengan
nyaman
13.30 Memonitor TTV, ukuran, S :
O:
kesimetrisan, reaksi dan
- TD : 136/83
bentuk pupil - HR 92
- R6 16
Memonitor tingkat
- 2+/2+
kesadaran klien - Compos mentis

E. EVALUASI
No No Dx Waktu Evaluasi TT
1. 1 20 S:
september
2013
13.00
O:
- TD : 136/83
- HR 92
- RR 16
- 2+/2+
- Compos mentis
- Sao2 100%
- Klien tampak nyaman
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi Head Of Bed (HOB)
2. 2 S:

O:
- Secret keluar
- Klien tampak nyaman
- Suara nafas gurgling
- RR 16x/mnt
- Sao2 100%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi suction dan monitor suara nafas,
kolaborasi pemberian oksigen
3 3 S :-
O:
- Klien tampak nyaman
- RR 16x/mnt
- TD 136/83
- Klien dapat melakukan ROM pasif
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi ajarkan ROM pasif pada klien

Anda mungkin juga menyukai