Anda di halaman 1dari 4

BAB III

 Pengertian Nuzulul Qur’an


Lafadz ‘Nuzul’ secara etimologi (bahasa) berarti ”menetap di satu tempat” atau
“turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya ialah “nazala” yang artinya “dia
telah turun” atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara
terminology (istilah) yaitu Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-
Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as
secara berangsur-angsur.

Sejarah terjadinya peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17


Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa itu dikisahkan dalam sebuah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah
ayat: 185, yang artinya: “Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an,
menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang
menjelaskan petunjuk serta menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang
salah” (QS. Al-Baqarah: 185).

 Tahap – Tahap Turunnya Al Qur’an


Yang dimaksud dengan Tahap-tahap diturunkannya Al-Qur’an adalah tertib
dari fase-fase disampaikannya kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT
sampai kepada nabi Muhammad SAW. Kitab Suci ini tidak seperti kitab-kitab
Suci sebelumnya. Karena, Kitab Suci ini kebanyakan diturunkan secara
bertahap, sehingga betu-betul menunjukkan kemu’jizatannya. Selain itu,
penyampaian Kitab Suci tersebut sangat luar biasa, yang tidak dipunyai oleh
kitab-kitab sebelumnya. Proses-proses diturunkannya Al-Qur’an ada tiga fase
atau tahapan, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Tahapan Pertama, Al-qur’an diturunkan/ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Lauh


Mahfudh adalah suatu tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara
pasti. Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-qur’an itu diletakkan di Lauh
mahfudh itu ialah terdapat dalam firman Allah swt: “Bahkan (Yang didustakan
mereka) itu yaitu Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauh mahfudh.”
(QS. Al Buruj: 21 – 22). Tetapi berkaitan sejak kapan Al-quran ditempatkan di
Lauh mahfudh, dan bagaimana caranya merupakan hal-hal ghaib tidak ada
yang mampu mengetahuinya selain Allah SWT.

2. Tahapan Kedua

Tahapan kedua, Al-Qur’an singgah dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzah di


Langit dunia. Sehinggai, setelah berada di Lauh Mahfudh, Kitab Al-Qur’an itu
letakkan ke Baitul Izzah di Langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini.
Banyak dalil yang menjelaskan penurunan Al-Qur’an tahapan keduanya ini,
baik dari ayat Al-Qur’an ataupun dari Hadits Nabi Muhammad saw,
diantaranya adalah seperti dibawah ini:

1. Sesungguhnya Kami menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada suatu malam yang


diberkahi. (QS. Ad-Dukhon: 3).
2. Sesungguhnya Kami telah menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada malam
kemuliaan. (QS. Al-Qadri: 1).
3. ” (Beberapa hari itu) ialah Bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya
diturunkan permulaan) Al-Qur’an”. (QS. Al-Baqarah: 185).

3. Tahapan Ketiga

Tahapan Ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Baitul Izzah dilangit dunia


langsung kepada Nabi Muhammad saw. Artinya, baik melalui perantaraan
Malaikat Jibril, atau pun secara langsung ke dalam hati sanubari Nabi
Muhammad saw, ataupun dari balik tabir.

Firman Allah swt. Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, di antaranya sebagai


berikut:

1. ”Dan sesungguhnya Kami telah menyinggahkan kepadamu ayat-ayat yang


jelas.” (QS. Al-Baqarah: 99).
2. ”Dia-lah yang menyinggahkan urunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara
(isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah point-point isi Al-Qur’an, dan
yang lain (ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat.” (QS. Ali Imran: 7).
3. ”Ia (Al-quran) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibrl) ke dalam
hatimu (Muhammad) supaya kamu menjadi salah seorang diantara orang–
orang yang mengirim peringatan.” (QS. Asy – Syu’ara: 193 – 194).
4. ”Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW
seraya berkata:” Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu turun
kepadamu? Maka Rasulullah SAW bersabda:” kadang-kadang datang
kepadaku seperti gemurunnya bunyi lonceng, dan itu paling berat bagiku.
Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah merajai apa yang sudah
diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai
laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang
diucapkannya.” Aisyah lalu berkata:” Saya pernah menyaksikan beliau
wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari
beliau, maka bercucurlah keringat dipelipis beliau.” (H.R. Al-Bukhari).

 Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap


Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah saw. sekaligus satu kitab. Tapi
secara berangsur-angsur, surat-persurat dan ayat-perayat. Sebagaimana yang
kita ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki itu memiliki hikmah dan
memiliki tujuan. Nah, begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur’an secara
bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya dijelaskan sebagai berikut:
1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Furqon ayat 32 yang


artinya: “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu
tidak disinggahkan kepadanya sekali singgah saja?” demikianlah agar
kami perkuat hatimu dengannya dan kami melafaskannya dengan tartil
(teratur dan benar)”.

Ayat diatas menerangkan bahwa Allah memang sengaja menyinggahkan


Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Tidak singgah langsung berbentuk satu
kitab dengan tujuan untuk meneguhkan hati Nabi Saw. Sebab dengan
turunnya wahyu secara bertahap berdasarkan peristiwa, kondisi, serta situasi
yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat
terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, ialah Nabi Muhammad.
Dengan itu turunnya malaikat kepada beliau juga lebih sering, yang
tentunya dapat membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui
semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya
juga sangat senang dengan kegembiraan yang susah diungkapkan dengan
kata-kata.

2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an

Allah menantang orang-orang kafir agar membuat satu surat saja yang
sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak bisa membuat satu surat
saja yang seperti al-Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.

3. Supaya mudah dihafal dan dipahami

Dengan singgahnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah gampang


bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih
untuk orang-orang yang buta aksara (huruf) seperti orang-orang arab pada
saat itu, Al-Qur’an turun secara bertahap tentu sangat menolong mereka
dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya. Memang ayat-ayat al-
Qur’an begitu suratnya turun oleh para sahabat langsung dihafalkan dengan
baik, dipahami artinya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berbicara:
“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Sebab Jibril biasa singgah
membawa Qur’an kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima
ayat”. (Hadist Riwayat Baihaqi)

4. Supaya orang-orang mukmin bersemangat dalam menerima Qur’an dan giat


mengamalkannya

Kaum muslimin pada masa itu memang senantiasa menginginkan serta


merindukan turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Apalagi pada saat ada kejadian
yang sangat menuntut penyelesaian wahyu seperti ayat-ayat berkaitan kabar
bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah ummul
mukminin Aisyah radiyallahu’anha, dan ayat-ayat tentang li’an.

5. Mengiringi peristiwa-peristiwa di masyarakat dan bertahap dalam


menetapkan suatu hukum.

Al-Qur’an singgah secara berangsur-angsur, yaitu dimulai dari masalah-


masalah yang sangat penting kemudian menyusul masalah-masalah yang
penting. Karena masalah yang sangat pokok dalam Islam ialah masalah
Iman, maka pertama kali yang diprioritaskan oleh Al-Qur’an adalah tentang
keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul,
iman kepada hari akhir, kebangkitan dari kubur, surga dan neraka. Setelah
akidah Islamiyah itu tumbuh serta mengakar di hati, baru Allah
menyinggahkan ayat-ayat yang memerintah berakhlak mulia dan mencegah
perbuatan keji dan mungkar untuk membasmi kejahatan serta kerusakan
sampai pada akarnya. Juga ayat-ayat yang menerangkan halal haram pada
makanan, minuman, harta benda, kehormatan serta hukum syari’ah lainnya.
Begitulah peristiwa al-Qur’an diturunkan sesuai dengan peristiwa-peristiwa
yang mengiringi perjalanan jihad panjang kaum muslimin untuk
memperjuangkan agama Allah di muka bumi. Dan ayat-ayat itu tak henti-
henti memotivasi mereka dalam perjuangan ini.

Anda mungkin juga menyukai