Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat sebagai
“mother of science” dalam ilmu yang mempelajari manusia terdiri dari
sosiologi, antropologi dan psikologi. Dalam perkembangan keilmuan
selanjutnya, ketiga ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu perilaku. Secara teori
dan praktis, antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu
sumbangan pada pelayanan kesehatan. Bentuk dasar sumbangan keilmuan
tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan
paradigma untuk menganalisis suatu suatu situasi kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Menjadi seorang tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah.
Seorang perawat harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang perawat
sangatlah berat. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan
masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau penyembuhan.
Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani masyarakat di beberapa
daerah terpencil merupakan hal yang baru dan tidak mudah untuk beradaptasi
dengan budaya dan kebiasaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus
diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan,
bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian,
pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk risiko
tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian.
Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan

1
pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan
membayar mereka jauh lebih sedikit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi?
2. Apa yang dimaksud dengan implikasi?
3. Bagaimana implikasi antropologi dalam praktik keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan antropologi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan implikasi.
3. Untuk mengetahu bagaimana implikasi antropologi dalam praktik
keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi
Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu : antropologi
dan budaya atau kebudayaan. Istilah antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti manusia ; dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istilah
antropologi berarti ilmu tentang manusia. Kebudayaan berhubungan dengan
kebudayaan manusia itu sendiri. Segi-segi tersebut masing -masing menjadi
obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan
manusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang
dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan antropologi
budaya dengan ilmu lain yang juga mempelajari manusia, ialah obyek khusus
yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya
ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak-anak cabang ilmunya. Bahkan
antropologi budaya dengan anak-anak cabang ilmunya itu juga harus
berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, sejarah, ilmu hukum,
geografi, ekologi dan sebagainya. Kegunaan antropologi budaya adalah untuk
menunjukkan perbudaan dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada
berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini.
Kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan
status kesehatan (sakit-sehat), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wong alit),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja,
dewasa, manula). Antropologi dalam kesehatan, konsep sehat dan sakit
sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada factor-faktor lain
diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.
Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi,
antropologi, sosiologi, kedokteran dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah
mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang

3
berkaitan beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis
maupun sosio budaya. (Maulana N. 2014)
B. Definisi Implikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
Implikasi yaitu; (1) keterlibatan atau keadaan terlibat, misalnya manusia
sebagai objek percobaan atau penelitian makin terasa manfaat dan
kepentingannya. (2) yang termasuk atau tersimpul, yang disugestikan, tetapi
tidak dinyatakan misalnya apakah ada - dalam pertanyaan itu? (Departemen
Pendidikan Indonesia, 2016).
Macam-macam implikasi :
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai
implikasi teoritikal dari penelitian ini. Bagian ini bertujuan untuk
menyakinkan penguji pada mengenai konstribusi terhadap ilmu pengetahuan
dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian,
tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian
utama yang disajikan dalam model teoritis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajikan berbagai implikasi kebijakan
yang dapat dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam
pengertian ini. Implikasi manajerial memberikan kontribusi praksis bagi
manajemen.
3. Implikasi Metodelogi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis
mengenai metodelogi yang digunakan dalam penelitiannya. Misalnya pada
bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai bagian-bagian metode
penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana
yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk
mengatasi kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya
dalam literatur mengenai metode penelitian. Peneliti dapat menyajikan
dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam

4
penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian. (Siagian N. 2016)
C. Implikasi Antropologi dalam Praktik Keperawatan
Kajian ilmu Antropologi secara praktis dapat digunakan membangun
masyarakat dan kebudayaan. Pembangunan tersebut dilakukan tanpa harus
membuat masyarakat dan kebudayaan bersangkutan kehilangan identitas atau
tersingkir dari peradaban. Dari hal ini jelas bahwa penerapan pendekatan
antropologi yang berorientasi pada keanekaragaman budaya merupakan
prospek sosial budaya dalam pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan.
Prospek tersebut meliputi hubungan antarbudaya maupun lintas budaya
terhadap asuhan keperawatan dengan tidak mempersalahkan perbedaan
budaya. Asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebudayaan itu juga harus
dilaksanakan sesuai hati nurani dan strandar penerapan tanpa membedakan
suku, ras, budaya, dan lain-lain.
Pada abad ke-21 ini, tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan berkualitas akan semakin besar. Ini juga berlaku terhadap kualitas
asuhan keperawatan. Adanya globalisasi juga berdampak pada pergeseran
terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Penyebabnya ialah mobilitas
masyarakat dunia semakin tinggi sehingga semakin sering terjadi perpindahan
penduduk antarnegara (imigrasi). Sebagai sebuah profesi, keperawatan
memiliki landasan body of knowledge. Landasan ini bersifat kuat, dapat
dikembangkan, serta dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Keperawatan berarti memberikan bantuan pada individu, keluarga dan
masyarakat dalam memenuhi kegiatan dasar sehari-hari, adaptasi terhadap
keadaan sehat atau sakit, serta mencapai derajat kesehatan optimal. Kegiatan
keperawatan ditujukan pada pencapaian kemampuan indivisu untuk merawat
dirinya. Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai sasaran
keperawatan. Pendekatan pelayanan kesehatan utama (primary health care)
memungkinkan masyarakat dapat menjangkau asuhan keperawatan esensial.
Oleh karena itu, perawat diaruskan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan
sistem pelayanan kesehatan utama. Sistem tersebut juga perlu dikembangkan

5
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan implementasinya dapat
memanfaatkan profesi perawat secara efektif.
Pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk mencapai derajat
kesehatan semaksimal mungkin sesuai potensi guna menjalankan kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kesehatan. Proses keperawatan
sebagai metode ilmiah keperawatan menjadi bagian dalam upaya pelayanan
kesehatan tersebut. Pelayanan asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan,
bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya biasanya diberikan karena
beberapa hal. Misalnya, adanya kelemahan fisik, keterbatasan pengetahuan
kesehatan, dan kurangnya kemauan klien menuju pada kemampuan hidup
mandiri. Kegiatan-kegiatan keperawatan harus pula dilakukan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan.
Pada pelaksanaan praktik keperawatan, perencanaan harus disusun
berdasarkan sintesis dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi, psikologi
sosial budaya, perkembangan, dan spiritual. Berbagai macam pengetahuan
penunjang lainnya juga perlu diikutsertakan, diantaranya terkait biologi,
patofisiologi penyakit, mikrobiologi, farmakologi, kebutuhan manusia,
motivasi, dan komunikasi. Ada pula teori belajar-mengajar, pendekatan sistem
pemecahan masalah, manajemen dan kepemimpinan, hubungan interpersonal
dalam berhubungan dengan pasien, keluarga demikian perawat merupakan
profesi dengan ciri-ciri yang utuh untuk kesejahteraan umat manusia.
Keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai metode
ilmiah yang dijadikan dasar pelaksanaan praktik keperawatan profesional, baik
di tingkat individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Seorang perencana kesehatan biasanya dapat melihat secara jelas adat
istiadat dan kebiasaan-kebiasaan suatu masyarakat melalui teknik-teknik dan
metode dalam ilmu antropologi. Misalnya saja teknik observasi, wawancara
mendalam, informasi tokoh masyarakat, studi etnografi dan sebagainya.
Karena itu, para ahli perencanaa kesehatan mampu mengembangkan strategi
yang sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran. Teknik-teknik yang digunakan
dalam antropologi memiliki peran membantu seorang perencana kesehatan

6
untuk menjadi lebih sensitif terhadap budaya orang lain. Upaya promosi atau
komunikasi kesehatan harus dengan cermat melihat perbedaan budaya dari
kelompok sasaran. Hal itu dapat menentukan upaya komunikasi dalam strategi
intervensi.
Penggunaan teknik-teknik antropologi oleh perencana kesehatan juga
dapat memberikan wawasan bahwa suatu masyarakat dan kebudayaan selalu
berubah setiap saat. Sehingga suatu intervensi harus disesuaikan dengan
dinamika masyarakat. Begitu pula dengan studi etnografi, termasuk teknik
observasi, wawancara mendalam serta teknik “partisipasi observasi”. Semua itu
dapat memberikan informasi berharga tentang persepsi budaya, adat istiadat,
kebiasaan, kepercayaan, serta apa saja yang terkandung di dalamnya. Studi
semacam ini baru bisa dilakukan dalam kurun waktu cukup lama dan
melelahkan untuk memperoleh informasi mendalam dan akurat. Selain itu,
studi ini juga dapat memberikan informasi akurat tentang segmen-segmen
untuk tujuan pemasaran.
Selain itu, perolehan informasi melalui studi etnografi dapat dijadikan
dasar untuk desain survei dan riset-riset pengembangan. Para perencana
kesehatan (petugas medis) juga dapat beragam memanfaatkan informasi
penting yang dikumpulkan ahli antiopologi, seperti :
1. Struktur ekonomi rumah tangga.
2. Hubungan pria dan wanita.
3. Dominasi dalam proses pengambilan keputusan.
4. Kepercayaan mengenai kesehatan dan penyakit.
5. Perilaku kesehatan masyarakat.
6. Model perkembangan keluarga.
7. Interaksi dalam masyarakat.
8. Perkembangan masyarakat.
9. Lembaga dan struktur sosial masyarakat.
10. Pembagian tugas masyarakat.
Dalam perkembangannya, teori keperawatan terbagi menjadi empat
level yaitu metha theory, grand theory, midle range theory, dan practice

7
theory. Keempat teori tersebut disusun dari yang paling abstrak sampai paling
konkret. Metha theory ialah terori keperawatan itu sendiri. Teori ini terbatas,
abstrak, dan sangat sulit diaplikasikan dalam praktik. Metha theory dalam
praktik keperawatan akan tampil sebagai superstruktur dengan aplikasi praktik
ganda, kesempatan tambahan bagi ketiga teori lainnya, serta model-model
untuk mengeksplorasi bagaimana keperawatan merekonstruksi dan
direkonstruksi.
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep spesifik yang
didapatkan dari model konseptual, preposisi konsep secara nyata, dan
hubungan spesial antara dua konsep atau lebih. Grand theory merupakan teori
dengan cakupan luas dan kompleks, perspektif praktik keperawatan. Teori ini
juga melibatkan perbedaan cara dalam melihat fenomena keperawatan, tujuan
grand theory penting serta menghubungkannya dengan praktik keperawatan.
Manfaat teori ini adalah sebagai alternatif panduan untuk praktik selain
tradisi/intuisi, sekaligus sebagai kerangka kerja bagia pendidikan profesional
keperawatan. Teori ini pun digunakan sebagai pembeda keperawatan dari
profesi lain dan menyediakan legitimasi untuk ilmu pengetahuan keperawatan.
Namun, tepri ini masih bersifat abstrak sehingga belum bisa langsung diuji
secara empiris.
Dari tingkatan abstrak, midle range theory cukup spesifik. Teori ini
dinilai penting dalam disiplin praktik keperawatan karena mampu memberikan
manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam prakti, dan cukup abstrak
secara ilmiah. Middle range theory terdiri dari konsep dan preposisi yang
spesifik dan nyata merepresentasikan bidang keperawatan. Middle range
theory dapat membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap
perilaku klien dan memungkinkan menjadi dasar untuk menjelaskan beberapa
efektivitas intervensi petugas kesehatan.
Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory (teori keperawatan transkultural). Teori ini
berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangakan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari pada

8
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Teori ini beranggapan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
sangatlah penting diperhatikan dalam penerapan asuhan keperawatan. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Klien bisa mengalami cultural shock jika berada pada suatu kondisi di
mana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai dan budaya
dan kepercayaan klien. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan, dan beberapa klien bahkan bisa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya oleh perawat dapat berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Pada akhirnya
dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan atau kesehatan klien.
Teori terakhir yakni practice theory menjadi teori yang paling spesifik
dan jelas cakupannya dibdandingkan tiga teori sebelumnya. Practice theory
mampu menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang cocok untuk
mencapai tujuan tertentu. Teori ini juga fokus pada fenomena keperawatan
spesifik dengan memberikan arahan langsung pada praktik keperawatan.
Practice theory merupakan hasil pengembangan middle range theory yang
menyediakan kerangka kerja intervensi keperawatan guna memperediksi efek
dari praktik keperawatan itu sendiri. Pengalaman praktik klinis perawat dapat
menjadi sumber utama untuk pengembangan practice theory keperawatan.
Teori ini juga menggambarkan dan menjelaskan kedalaman dan kompleksitas
teori keperawatan melalui apresiasi mendalam terhadap fenomena keperawatan
dan hubungan antar aspek pada situasi keperawatan. (Putri D.M.P, dkk. 2018)

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu: antropologi
dan budaya atau kebudayaan. Istilah antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istilah
antropologi berarti ilmu tentang manusia. Kebudayaan berhubungan dengan
kebudayaan manusia itu sendiri. Kesehatan adalah kebutuhan setiap individu
dari berbagai kalangan status kesehatan (sakit-sehat), ekonomi (kaya-miskin),
sosial (elit-wong alit), geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan
(bayi, anak, remaja, dewasa, manula). Antropologi dalam kesehatan; konsep
sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama
faktor sosial budaya.
Implikasi adalah (1) keterlibatan atau keadaan terlibat, misalnya manusia
sebagai objek percobaan atau penelitian makin terasa manfaat dan
kepentingannya. (2) yang termasuk atau tersimpul, yang disugestikan, tetapi
tidak dinyatakan misalnya apakah ada - dalam pertanyaan itu?. Macam-macam
implikasi yaitu : implikasi teoritis, implikasi manajerial, implikasi metodelogi.
Penerapan pendekatan antropologi yang berorientasi pada
keanekaragaman budaya merupakan prospek sosial budaya dalam pelayanan
kesehatan, khususnya keperawatan. Prospek tersebut meliputi hubungan
antarbudaya maupun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan dengan tidak
mempersalahkan perbedaan budaya. Asuhan keperawatan yang berorientasi
pada kebudayaan itu juga harus dilaksanakan sesuai hati nurani dan strandar
penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lain.
B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kita
sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memperhatikan sosial budaya yang
ada di daerah tersebut. Pada saat memberikan pelayanan kesehatan kita juga

10
harus memberikan pelayanan profesional tanpa membedakan ras, suku,
budaya, dan lain-lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Indonesia. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta:Balai Pustaka
Maulana N. 2014. Buku Ajar Sosiologi & Antropologi Kesehatan.
Yogyakarta:Nuha Medika
Putri D.M.P, dkk. 2018. Antropologi Kesehatan Konsep dan Aplikasi Antropologi
dalam Kesehatan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press
Siagian N. 2016. Makalah Antropologi Kesehatan Implikasi Antropologi Dalam
Praktek Keperawatan.
https://www.scribd.com/document/331098692/MAKALAH-
ANTROPOLOGI-KESEHATAN-IMPLIKASI-ANTROPOLOGI-
DALAM-PRAKTEK-KEPERAWATAN-docx diakses pada tanggal 24
Oktober 2018

12

Anda mungkin juga menyukai