Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (peri operatif), bedah (intra operatif) dan pascabedah
(post operatif). Prabedah atau praoperatif merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya
persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah.
Petugas kesehatan utama pasien biasanya melakukan pembersihan
preoperatif untuk operasi. Dokter, praktisi perawat, atau asisten dokter
mengenal baik sejarah medis pasien dan medikasi saat ini serta dapat dengan
tepat menilai resiko segera dari operasi pada pasien. Hal-hal yang
dipertimbangkan membersihkan pasien di antaranya tipe intervensi bedah yang
direncanakan, potensi kehilangan darah selama operasi, umur pasien, kesehatan
umum dan komorbiditas, riwayat medis dan bedah sebelumnya, medikasi saat
ini, penggunaan obat herbal atau suplemen, penggunaan alkohol, sejarah
Merokok penggunaan zat alergi sejarah keluarga menckup permasalahan
dengan operasi, dan hasil tes diagnostik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perioperatif?
2. Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif?
3. Bagaimana cara kerja sistem endokrin?
4. Contoh kasus asuhan keperawatan perioperatif sistem endokrin?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar perioperatif.
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan perioperatif sistem
endokrin.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perioperatif


Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (peri operatif), bedah (intra operatif) dan pascabedah
(post operatif). Prabedah atau praoperatif merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya
persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah.
Tujuan Keperawatan Perioperatif:
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah yang lain.
2. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien perioperatif
3. Memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan
4. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap
pasien.
5. Mengobservasi kesulitan yang timbul
6. Mengevaluasi pengadaan, pemeliharaan alat serta tindakan secara
berkesinambungan.
7. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap
pasien.
8. Mengobservasi kesulitan yang timbul
9. Mengevaluasi pengadaan, pemeliharaan alat serta tindakan secara
berkesinambungan.
Perawatan pasien bedah idealnya mulia ketika pasien diberitahukan
pertama kali tentang perlunya operasi. Prosedur pembedahan mungkin suatu
peristiwa mendadak, yang tak diduga bagi pasien, menimbulkan stres dan
kecemasan, seperti operasi darurat yang diikuti trauma, atau mungkin sesuatu
yang telah pasien rencanakan, seperti liposuction, jauh sebelumnya.
Semakinlama waktu pasien harus bersiap-siap menghadapi operasi, secara fisik
maupun secara emosional, semakin pasien untuk dapat menyesuaikan diri
dengan stres fisiologis dari operasi. Perawat berada pada posisi untuk merawat
pasien, menyediakan edukasi yang diperlukan, bertindak sebagai advokat
pasien, dan mendorong perilaku yang meningkatkan kesehatan.
1. Klasifikasi Bedah

2
American Society of Anesthesiology menggolongkan prosedur
pembedahan berdasarkan tingkat resiko pada pasien. Urgensi, lokasi, luas
dan alasan untuk prosedur semua dipertimbangkan., demikian juga umur
pasien; status kardiovaskule, pernapasan dan neurologis yang sudah ada
sebelumnya; gangguan endokrin; penyakit berbahaya; status gizi, cairan dan
elektrolit; penemuan laboratorium abnormal; tanda-tanda vital abnormal;
dan adanya infeksi/peradangan. Resiko melakukan operasi dibandingkan
dengan resiko tidak melakukan operasi. Ada beberapa kasus di mana resiko
operasi sangat tinggi, tetapi pasien mungkin meninggal jika operasi tidak
dilakukan (pasien dengan pendarahan internal tak terkendalikan setelah luka
tembak atau luka tikam, sebagai contoh ).
Lokasi anatomis operasi akan memengaruhi tingkat risiko pada
pasien. Prosedur operasi yang dilakukan didalam rongga dada atau
tengkorak memiliki risiko lebih besar pada pasien dibanding prosedur
operasi yang dilakukan pada tangan dan kaki. Prosedur operasi yang
melibatkan organ tubuh vital seperti jantung, paru-paru atau otak membawa
risiko yang lebih tinggi. Prosedr yang melibatkan potensi lebih besar untuk
kehilangan darah, seperti operasi vaskuler, juga melibatkan risiko lebih
besar.
Tingkat urgensi dari prosedur digambarkan sebagai darurat,
mendesak, atau pilihan. Prosedur darurat perlu dilakukan seketika setelah
mengidentifikasi perlunya operasi. Contoh meliputi operasi menghentikan
pendarahan akibat trauma, luka tembak, atau tikam, atau bedah anuerisme
aorta. Prosedur mendesak dijadwalkan setelah penentuan kebutuhan operasi
dibuat. Contoh meliputi pengangkatan tumor dan pengangkatan batu ginjal.
Prosedur pilihan dijadwalkan di depan pada waktu yang tepat untuk ahli
bedah maupun pasien. Penangguhan operasi untuk beberapa minggu atau
bahkan bulan tidak akan menyebabkan penderitaan kepada pasien. Contoh
meliputi prosedur pernggantian sendi dan prosedur kosmetik.
Tingkat keluasan operasi akan memengaruhi risiko pada pasien.
Semakin luas prosedur pembedahan, semakin besar potensi risiko pada

3
pasien. Prosedur operasi lebih luas menyebabkan lebih banyak pengaruh
fisik pada tubuh dan secara khas memerlukan durasi anestesi lebih panjang.
Anestesi dapat juga menyebabkan stres pada sistem pasien, interaksi dengan
medikasi pada sistem pasien, dan harus dimetabolisasi keluar dari tubuh.
Alasan operasi adalah cara lain untuk mengelompokkan prosedur
operasi tujuan mungkin adalah diagnostik, kuratif ,restorative, paliatif, atau
kosmetik. Prosedur diagnostic dilakukan untuk memperoleh suatu biopsy
untuk diagnosa definitive suatu massa, prosedur kuratif dilakukan untuk
memindahkan suatu area yang sakit, seperti lumpectomy untuk kanker
payudara atau appendectomy . prosedur restorative dilakukan untuk
memperbaiki kembali fungsi , sperti penggantian sendi. Prosedur paliatif
adalah prosedur yang dilakujkan terutama untuk ukuran kenyamanan,
seperti bedah pengangkatan tumor, prosedur kosmetik biasanya dilakukan
atas permintaan pasien, kadang kadang beberapa prosedur kosmetik dapat
masuk ke prosedur restorative (perbaikan keruskan atau cacat sejak lahir),
kuratif atau diagnostic (dalam kasus kanker kulit).
Periode perioperatif dapat dibagi menjadi periode pre-operatif
(waktu sebelum operasi) ,intraoperatif(waktu sepanjang operasi , dan post-
operatif (waktu setelah operasi sampai sembuh).
2. Periode Pre-operatif
Periode pre-operatif, waktu sebelum operasi, digunakan untuk
menyiapkan pasien untuk operasi baik secara fisik maupun secara
psikologis. Idealnya ada waktu untuk mengoreksi sebanyak mungkin
kelainan sebelum prosedur operasi. Bagi pasien yang memiliki prosedur
dijadwalkan antisipasi kehilangan darah, periode ini merupakan waktu
untuk mendonorkan darah mereka untuk disimpan dan digunakan dalam
operasi mereka dan mulai mengonsumsi zat besi, asam folic, vitamin B12,
dan vitamin C untuk membantu produksi sel darah merah. Pembersihan pre-
operatif dilakukan, surat persetujuan didapatkan, dan pengajaran pre-
operatif terjadi selama wkatu ini.
Pemberian Izin Pre Operatif

4
Petugas kesehatan utama pasien biasanya melakukan pembersihan
preoperatif untuk operasi. Dokter, praktisi perawat, atau asisten dokter
mengenal baik sejarah medis pasien dan medikasi saat ini serta dapat
dengan tepat menilai resiko segera dari operasi pada pasien. Hal-hal yang
dipertimbangkan membersihkan pasien di antaranya tipe intervensi bedah
yang direncanakan, potensi kehilangan darah selama operasi, umur pasien,
kesehatan umum dan komorbiditas, riwayat medis dan bedah sebelumnya,
medikasi saat ini, penggunaan obat herbal atau suplemen, penggunaan
alkohol, sejarah Merokok penggunaan zat alergi sejarah keluarga menckup
permasalahan dengan operasi, dan hasil tes diagnostik. Studi sering meliputi
cbc (untung mengidentifikasi anemia dan tanda tanda infeksi) , panel kimia
(untuk mengidentifikasi ketidakseimbangan elektrolit, glukosa upnormal,
fungsi hati(ginjal), analisis urin( untuk mengidentifikasi infeksi , protein,
glukosa ), TT / INR / FFF (UNTUK , mengidentifikasi gangguan
pembekuan darah), EKG (untuk mengidentifikasi irama jantung
upnormal/kerusakan pada otot jantung ) , sinar x dada (untuk
mengidentifikasi patologi pullmoner/pelebaran siluet jantung), /tes fingsi
paru-paru (untuk pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma
/Empisema). CT Sken, MRI,FET scan,(stress testing dapt diperintahlan pada
pasien individu tergantung padan riwayat medis mereka, jenis prosedur
operasi yang direncanakan , dan hasil studi diagnostic lainnya
Surat Persetujuan Tertulis
Surat persetujuan tertulid diperoleh sebelum prosedur
invastif/berbahaya apapun. Alasan untuk operasi, jenis dan luas operasi yang
akan dilakukan, resiko dari prosedur orang yang melaksanakan prosedur,
pilihan alternative dan risiko terkait, dan resiko yang berhubungan dengan
anestasi, semua dijelaskan kepada pasien, hal tersebut merupakan tanggung
jawab ahli bedah untuk memastikan informasi ini dijelaskan kepada pasien,
pasien harus orang dewasa berkompeten agar tanda tangannya sah, jia
pasien telah diberika medikasi yang mengubah kemampuannya untuk

5
member alsan atau untuk membuat pertimabngan, persetujuan tidak akan
sah, perawat menyaksikan tanda tangan pasien pada surat persetujuan.
Penjelasan Sebelum Operasi
Menjelaskan rutin pre-operatif normal kepda pasien dapat sangat
menolong, sehingga pasien mengetahui apa yang diharapkan, perawat perlu
mengenal dnegan baik jenis prosedur operasi dan apa yang mungkin terjadi
setelah operasi, tingkat keluasan prosedur , jenis goresan, adanya
tabung/saluran. Dan tingkat sakit yang diantisipasi setelah operasi akan
membantu memadu jenis pengajaran yang penting bagi pasien pada periode
pre operatif pasien bias jadi adalah NPO, atau tidak bboleh makan atau
minum apapun untuk beberapa jam sebelum prosedur. Batasan waktu
tergantung pada tingkat dan lokasi prosedur, jenis anestesi, dan waktu
operasi yang dijadwalkan. suatu perkecualian pada aturan puasa ini adalah
untuk pasien yang harus mengambil medikasi oral pada operasi pagi hari.
Medikasi kardiovaskuler, diabetik dan medikasi lain tertentu mungkin perlu
diambil sekalipun pasien tidak makan dan minum yang lain.
Lokasi akses pembuluh darah akan diperoleh sebelum operasi.
Cairan dapat diberikan kepada pasien dengan cara ini. Akses juga
mempertimbangkan memberi pengobatan pasien melalui urat nadi untuk
tinfdakan cepat. Cairan secara rutin diberikan diruang operasi dan pada
periode kesembuhan segera. pasien mungkin terus mendapatkan cairan
melalui pembuluh darah untuk prosedur yang lebih luas.
Preparasi kulit hanya melibatkan pencucian lokasi bedah di ruang
operasi dengan suatu cairan antimikroba. pasien lain mungkin harus
menghilangkan rambut dan lokasi bedah. Ini dapat dilakukan dengan pisau
cukur atau obat penghilang ranbut. Penting bagi pasien untuk tidak
memotong kulit jika sedang mencukur lokasi pembedahan ; goresan kecil
atau lecet pada kuli berpotensi infeksi. Obat openghilang rambut dapat
bersifat keras pada kulitbagi beberapa pasien , menyewbabkan iritasi atau
ruam. Tes pada sebagian kecil kulit yang jauh dari arera

6
pembedahanmerupakan suatu gagasan yang baik pada pasien dengan
kepekaan kulit atau sejarah alergi.
Bagi pasien dengan operasi ysng direnvanakan melibatkan saluran
usus,persiapan usus bewsar akan diselesaikan sebe340 operasi. Ini
dilakukan untuk mengurangu jumlah bakteri didalam salursan usus.
Pembersihan usus juga dilakukan untuk mengosongkan usus sebelum
rencana operasi baik usus kecilmaupun usus besar. Kedua prefarasi ini
membantu mengurangi kemungkinan infeksi pada periode sesudah operasi.
Untuk pasien yang akan dipasang tabung atau saluran pada periode sesudah
operasi, suatu penjelasan sederhana mengenai apa yang dapat terjadi dapat
membantu mengurasi kecemasan.
Ketersediaan medikasi rasa sakit pada periode sesudah operasi harus
diterangkan pada pasien. Didalam banyak kejadian pasien dapat mengatur
pengobatan sakit nya. Bagi pasien prosedur rawat jalan, pasien mungkin
diberi resep obat untuk medikasi rasa sakit secara oral sebelum prosedur.
Medikasi cara ini tersedia ketika pasien pulang setelah operasi. Bagi pasien
sesudah operasi dirumah sakit, banyak pasien mendapat analgesik melalui
pembuluh darah, dikenal sebagai PCA untuk manajemen rasa sakit, dimana
medikasi rasa sakit diberikan 1 dosis kecil ketika jasa diberikan melalui
suatu pompa. Biasanya satu dosis kecil narkotika dasar diberikan sejak
semula. Pasien ini juga mempunyai kempuan untuk menekan tombol kapan
saja mereka mengalami rasa sakit. Pompa akan memonitor jumlah dan
waktu dari tiap dosis pengobatan sakit. Jika pasien harus mendapatkan
medikasi ini, suatu dosis akan diberikan ; jika pasien tidak mendapatkan
medikasi, tidak ada dosis yang diberikan.
Transfer Pasien
Kebanyakan fasilitas mempuyai daftar pre-operatif untuk membantu
perawat memastikan bahwa semua komponen yang diperlukan telah dicek
sebelum mengiring pasien ke ruang operasi. Semua dokumentasi yang
diperlukan surat persetujuan operasi yang telah di tandatangani, tabel

7
pasien, dan hasil laboratorium saat ini dibawa bersama pasien ke ruang
operasi.
B. Asuhan Keperawatan Perioperatif
Prabedah
1. Pengkajian Keperawatan
Bebrapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,
kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja Obat anastesi,
seperti antibiotika yang berpotensi dalam istirahat otot, anti koagulan yang
dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang memengaruhi anesti
yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada
ketidakseimbangan potassium, dan lain-lai. Selain itu, terdapat juga
pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada
tidaknya alat protesa seperti gigi palsu, dan sebagainya.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah
adalah radiografi, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemantauan system respirasi, pemeriksaan elektrokardiogram, darah,
leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin,
bood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan lain-lain untuk menentukan
gangguan system renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya
untuk menemukan gangguan metabolism.
2. Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis kemungkinan yang terjadi pada masalah prabedah,
sebagaimana dalam NANDA-Internasional 2012-2014
Diagnosis Faktor Yang Batasan karakteristik (Data
Keperaw Berhubung Subjektif/Objektif/Sympto
atan an m/S)
(Etiologi/E
)

Ansietas Ancaman Ungkapan kekhawatiran,


kematian, gelisah, insomnia, kontak
perubahan mata yang buruk,

8
dalam kesedihan yang mendalam,
status ketakutan, perasaan tidak
kesehatan adekuat, gugup, bingung,
ragu/tidak percaya diri,
wajah tegang, tremor
tangan, peningkatan
tegangan, tremor, suara
bergetar, jantung berdebar-
debar, peningkatan tekanan
darah, peningkatan denyut
nadi, peningkatan ferkuensi
pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernapas, lemah,
dan lain-lain.
Risiko Adanya faktor Adanya faktor risiko
Infeksi risiko,
seperti
penyakit
kronis,
pengetahua
n yang
tidak
cukup,
pertahanan
tubuh yang
tidak
adekuat,
baik
primer
maupun
sekunder,

9
seperti
adanya
trauma
jaringan,
penurunan
hemoglobi
n,
leukopenia
, vaksin
yang tidak
adekuat,
dan lain-
lain.

3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1. Memperlihatkan tanda-tand tidak ada kecemasan
2. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi
Rencana Tindakan
1. Untuk mengtasi adanya rasa cemas dan takut,dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan,penjelasan tentang
pristiwa yang mungkin akan terjadi,dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah resiko atau cedera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet,persiapan perut,kulit,persiapan
bernafas dan latihan batuk,persiapan latihan kaki,latihan mobilitas dan
lain-lain.
4. Pelaksanaan ( tindakan ) keperawatan
Pemberin pendidikan kesehatan prabedah
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagi informasi mengenai tindakan pembedahan, di antaranya jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah,alat-alat khusus yang di
perlukan,pengiriman kekamar bedah,ruang pemulihan,dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
Persiapan Diet

10
Pasien yaang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet,pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah,tetapi delapan jam sebelum bedah tidak di perbolehkan
makan,sedangkan cairan tidak diperbolehkan empat jam sebelum
bedah,sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi.
Persiapan Kuit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan
sabun heksaklorofin ( hexachlorophene ) atau sejenisnya sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.
Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada
bedah intrakranial,mata,telinga,hidung,dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan,merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan dafragma,dengan cara
seperti dibawah ini.
1. Atur possisi tidur sem fowler,lutut dilipat untuk mengembangkan toraks
2. Tempatkan tangan diatas perut
3. Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang
4. Tahan nafas selama tigaa detik
5. Keluarjan nafas dengan mulut yang dimoncongkan
6. Tarik nafas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga
kali,setelah nafas terakhir,batukkan untuk mengeluarkan lendir
7. Istirahat
Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis.
Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot,latihan
quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan
dengan mengontraksikan otot betiss dan paha,kemudian istirahatkan otot
kaki,dan ulangi hingga sepuluh kali. Latihan quaderisep dapat dilakukan
dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian
meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata
pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan menggencangkan

11
gluetea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba
gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak lima
kali.
Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,
mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya
nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu
menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar
bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara
menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler,
kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung disisi tempat tidur.
Pencegahan cedera
Dampak mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksaan bedah adalah sebagai berikut.
1. Cek identitas pasien
2. Lepaskan perhiasaan pada pasien yang dapat mengganggu misalnya,
cincin, gelang , dan lain lain
3. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
4. Lepaskan lensa kontak
5. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar.
6. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing.
7. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboflebtis.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadapi masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinaan yang
terjadi pada intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan, ketakutan
,serta tidak di temukannya resiko komplikasi pada infeksi atau cidera lainya.
C. Cara Kerja Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri atas beberapa kelenjar, menyebar sepanjang
tubuh. Kelenjar melepaskan hormon yang merupakan pembawa pesan kimiawi,
unsur yang mengendalikan dan mengatur aktivitas sel target dan organ tubuh.
Bersama-sama, hormon ini mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, pencernaan, dan mengatur reproduksi dan metabolisme.

12
Kelenjar biasanya melepaskan hormon ke dalam darah karena suatu stimulus,
hormon lain, atau suatu persimpangan. Sinyal untuk menghentikan produksi
hormon diatur oleh suatu proses yang disebut umpan balik langsung (direct
feedback). Umpan balik langsung diperlukan untuk memelihara homeostasis.
Tubuh menerima umpan balik tentang perubahan-perubahan di dalam level
hormon dan berdampak paa organ atau sistem tubuh untuk melakukan
penyesuaian produksinya hormon untuk memberitahu tubuh agar kembali ke
homeostasis. Ketika konsentrasi dari unsur menjangkau suatu threshold,
kelenjar dan produksinya berhenti. Kelenjar, hormon yang mereka hasilkan,
dan efek-efeknya dijelaskan berikut ini.
Kelenjar gondok terletak di dalam leher depan, menutup batang
tenggorokan (thachea). Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon: thyroxine
(T4), Triiodothyronine (T3) , dan calcitonin, yang mempengaruhi kalsium
darah dan fosfat yang dilepaskan dari tulang. Hormon tiroid mempengaruhi
metabolisme, otot, jantung, dan banyak organ tubuh serta soistem tubuh
lainnya. Mereka membantu mengatur metabolisme karbohidrat, lipid, protein,
dan pertumbuhan serta perkembangan. Kelenjar pituitary anterior dikendalikan
oleh hormon-hormon dari hipotiroid dan oleh umpan balik langsung. Kelenjar
pituitary anterior dikendalikan oleh hormon-hormon dari hipotiroid dan oleh
umpan balik langsung. Kelenjar anak ginjal adalah kelenjar bilateral yang
menutup masing-masing ginjal. Mereka berada di dalam retro peritoneum.
Kelenjar terdiri atas dua komponen: korteks dan adrenal medulla. Korteks
mengeluarkan (1) aldosterone, yang bertanggung jawab pada penyerapan
kembali sodium oleh ginjal dan ekskresi potassium, (2) tortisol, yang
memelihara kontrol glukosa, meningkatkan hepatic gluconeogenesis
(pembuatan glukosa), dan mengelola respons stres tubuh dan (3) androgen,
yang merupakan hormon jenis kelamin. Sumsum ginjal menghasilkan,
menyimpan, dan mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin, yang disebut
catecholamines. Ketika mereka dilepaskan, denyut jantung dan laju pernapasan
naik, tekanan darah naik, jalur udara membesar, dan peningkatan pada tingkat
metabolisme.

13
Kelenjar paratiroid umumnya terdiri atas empat, kadang-kadang enam
atau lebih, kelenjar kecil yang ada pada bagian posterior kelenjar tiroid.
Fungsinya adalah menghasilkan parathyroid hormon (PTH). PTH, juga disebut
parathormone, menjaga kadar kalsium di dalam darah. PTH juga mengatur
kadar fosfor di dalam tubuh. Jika kadar kalsium serum turun, PTH dilepaskan,
yang menyebabkan tulang melepaskan kalsium ke dalam darah. Itu juga
menyebabkan ginjal menurunkan kalsium yang dilepaskan didalam urin, dan
meningkatkan ekskresi fosfat.
D. Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Perioperatif Sistem Endokrin
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang
bertujuan mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah, masalah kebutuhan kesehatan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengumpulan Data:
Pada pengumpulan data ini dapat diperoleh dengan cara observasi
pengukuran terhadap objek dan pemeriksaan data yang tertulis.
a. Anmnesis
1) Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no RM, tanggal
masuk rumah sakit, pekerjaan, agama.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan apa yang paling dirasakan oleh klien yang datang saat berobat.
Pada klien karsinoma tiroid biasanya mengeluh terasa nyeri bila
dibuat menelan karena adanya desahan esofagus.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dimulai sejak klien menemukan benjolan yang keras atau kenyal bila
diraba dan melekat pada leher.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Karsinoma tiroid bermula pada masa kanak-kanak atau dewasa awal
adenokarsinoma folikular biasanya tampak pada usia diatas 40 tahun.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga apakah ada yang menderita penyakit karsinoma tiroid
atau penyakit keturunan atau menular.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

14
Bagaimana tanggapan klien terhadap penyakitnya dan tata cara
perawatannya serta baimana tanggapan klien mengenai kebiasaan
hidup sehat.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien dengan karsinoma tiroid tidak ada panyangan tentang makan,
pada metabolisme terjadi perubahan yaitu terjadi peningkatan nafsu
makan dan penurunan berat badan
3) Pola Aktivitas
Pada klien pre op tidak ada terbatasan untuk aktivitas semua dilakukan
seperti biasa, mungkin pada post op klien bisa terjadi keterbatasan
aktivitas karena proses pembedahan.
4) Pola Eliminasi
Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi baik alvi maupun urine tidak
terdapat gangguan, kalaupun ada mungkin disebabkan faktor lain.
5) Pola Sensori dan Kognitif
Pada sensori biasanya klien kanker tiroid tidak mengalami gangguan.
Pada kognitif mungkin pengertian klien mengenal penyakitnya masih
kurang bahkan tidak tau cara mengatasinya klien hanya merasa cemas.
6) Pola Persepsi Diri
Pada klien dengan kanker tiroid biasa juga terjadi perubahan sosial,
karena minder atas penyakitnya.
7) Pola Hubungan Peran
Dengan adanya penyakit yang diderita klien bisa juga klien merasa malu
berhubungan dengan orang lain.
8) Pola Reproduksi dan Sexual
Pada klien kanker tiroid tidak ada gangguan pada reproduksinya dan
sexual kalaupun ada disebabkan oleh faktor lain.
9) Pola Penanggulangan Stress
Pada siapa biasanya klien menceritakan masalahnya, bagaimana kaping
yang digunakannya.
10) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Agama apa yang dianut, apakah selama sakit ia masih mampu
menjalankan ibadah atau ada perubahan yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum

15
Kesadaran kompos mentis , tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg) adapun terjadi penngkatan tekanan darah bias di sebabkan
adanya komplilaso atau adanya riwayat hipertensi
2) Kepala
Pada kepala bentuk normo cephalic dan simetris tidak terdapat penonjolan
dan tidak mengalami nyeri kepala.
3) Leher
Pada insfeksi leher terdapat bukti gaiter yang di buktikan oleh
pembengkakan pada area leher atau suatu benjolan di bagian depan
leher yang bergerak bila di buat menelan apabila di palpasi teraba
benjolan yang keras/kenyal.
4) Rambut
Pada pemeriksaan rambut tidak di dapatkan. Suatu kelainan pada kasus
endokrin terjadi kerontokan rambut biasanya pada pasien diabetes
melitus miksedema.
5) Mata
Pada klien karsinoma tiroid bias terjadi kelainan kesulitan memfokuskan
mata.
6) Telinga
Klien karsinoma tidak di jumpai kelainan pada telinga yaitu benjolan atau
nyeri tekan
7) Hidung
Pada hidung tidak ditemukan fadamitus, sputum deviasi, apabila ada
secret, bau, obstruksi dan polip disebabkan oleh komplikasi lain.
8) Mulut
Pada mulut, gusi tdak di dapatkan ulkus pada pendarahan.
9) Thorax
Pada daerah thorak pada klien karsinoma tiroid tidak didapatkan
kelainaan bentuk thorax.
10) Kulit
Pada pemeriksaan kulit ada perubahan perubahan ada kulit yaitu hangat,
kulit lembab, palmer, eritme.
11) Abdomen
Pada klein karsinoma tiroid inspeksi abdomen tidak ada suatu, kelainan
(membuncit,datar,penonjolan,umbilicus menonjol masuk ke dalam)
kemampuan didapatkan itu merupakan bawaan klien pada palpasi
tugor kulit tidak nyeri, hepar tidak teraba, pada auskultasi peristastik
usus normal (tidak terjadi peningkatan).

16
12) Gastrointestinal
Pada system gastrointestinal adapun perubahan perubahan yaitu
peningkatan nafsu makan, diare , penurunan berat badan.
13) Genetourinaria
Bias terjadi urin pada jumlah banyak,
14) Kardiovaskuler
Bisaa terjadi pada perubahan perubahan yaitu takikardi, nadi kuat,
takipnea.
15) Neurologis
Bila terjadi perubahan perubahan insomnia peka, agistosi, themor,
gelisah, hiperfleksia pada reflek tendon.
16) Metabolik
Terdapat perubahan perubahan metabolik (inteleransi ada panas,
peningkatan suhu).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang
kejadian pra operasi dan post operasi, proses pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan manipulasi bedah terhadap jaringan edema
pacsa operasi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Pre Operasi
a. Ansietas berhungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian
pra operasi dan post operasi, proses pembedahan.
Tujuan: klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang
Kriteria hasil:
1) klien mengungkapkan pemahaman tentang kejadian.
2) pre operasi dan post operasi, klien tampak rileks.
Rencana Tindakan:
1) Jelaskan apa yang terjadi selama proses pre operasi dan post operasi.
2) Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan tentang pengalaman
pembedahan.
3) Informasikan klien bahwa ada suara serak dan ketidaknyamanan menelan
dapat dialami setelah pembedahan.
4) Informasikan tentang program pemulihan setelah operasi.
5) Ajarkan dan biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher (
untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau
batuk.

17
b. Nyeri berhubungan dengan manipulasi bedah terhadap jaringan edema
pacsa operasi.
Tujuan: klien mengiformasikan nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil:
1) klien tidak mengeluh nyeri lagi.
2) Ekspresi wajah tampak rileks.
3) Skala nyeri 0-3.
Rencana tindakan:
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal. Catat
lokasi, intensitas dan lamanya
2) Letakkan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala, leher
dengan bantal.
3) Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi.
4) Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak.
5) Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi seperti
imajinasi, musik yang lembut.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obatan algesik.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan dari rencana yang
sudah dibuat dan merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun
berdasarkan perioritas tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
tindakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, bertujuan untuk
menilai keefektifan perawat dan untuk mengomunikasikan status pasien dari
hasil tindakan keperawatan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (peri operatif), bedah (intra operatif) dan pascabedah
(post operatif). Prabedah atau praoperatif merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya
persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah.
Tujuan Keperawatan Perioperatif:
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah yang lain.
2. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien perioperatif.
3. Memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan.
4. Mengobservasi kesulitan yang timbul.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan perioperatif sistem endokrin
pada klien diharapkan mahasiswa keperawatan dan seorang perawat mampu
memahami konsep dasar perioperatif sistem endokrin.
Asuhan keperawatan perioperatif sistem endokrin salah satu contoh
kasusnya adalah pada klien yang menderita kanker tiroid dapat diberikan
asuhan keperawatan perioperatif dimulai dari pengkajian fisik untuk
menentukan diagnosa keperawatan yang cepat dan tepat. Kemudian
menentukan tujuan dan rencana keperawatan yang semestinya diberikan. Dan
terakhir mengevaluasi apakah kondisi klien membaik dan apakah tindakan
rencana keperawatan berhasil

19
DAFTAR PUSTAKA

DiGiulio Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:Rapha


Publishing
Hidayat A. Aziz Alimul, dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2
Buku 1. Jakarta:Salemba Medika
Anonim. 2014. https://www.scribd.com/doc/232759298/askep-kanker-TIROID-
doc diakses pada tanggal 24 November 2018

20
21

Anda mungkin juga menyukai