Anda di halaman 1dari 9

Artikel Ilmiah

Dasar-Dasar Ekologi

FAKTOR PEMBATAS

Nama : 1. Afradillah (G011181386)


2. Basmalah
3. Ibrahim (G011181407)
Kelas :B
Kelomok : 1
Asisten : 1. Andi Armin Asywal Prawira M.
2. Reski Anugraeni Rahman

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
FAKTOR PEMBATAS
Afradillah1, Basmalah2, Ibrahim3
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK
Faktor pembatas adalah suatu faktor yang dapat menurunkan tingkat jumlah
dan perkembangan suatu individu dalam ekosistem. Faktor pembatas dapat
menekan atau menghentikan pertumbuhan individu ketika dalam kondisi
lingkungan yang tidak seimbang. Pada praktikum ini diamati faktor pembatas
cahaya dan air sebagai sumber kehidupan yang utama bagi mahkluk hidup.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui aspek faktor pembatas cahaya
dan air sebagai komponen utama lingkungan tanaman dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman pada tahap awal. Praktikum faktor pembatas dilaksanakan
di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada
hari Minggu, 30 September 2018 pukul 08.00 WITA sampai selesai. Pada
praktikum ini diberikan bermacam perlakuan pada setiap polybag dengan faktor
pembatas cahaya dan air dan melakukan pengamatan setiap mingguna dengan
parameter tinggi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat kering tanaman. Hasil
praktikum menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung lebih pesat pada faktor
pembatas cahaya dengan perlakuan 100% cahaya dan faktor pembatas air dengan
penyiraman sekali dalam 7 hari. Ketersediaan air dan cahaya sebagai faktor
pembatas dalam lingkungan sangat menentukan laju pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Kata kunci : Faktor pembatas, cahaya, air
PENDAHULUAN
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme;
faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik) atau variabel-variabel
yang tidak hidup (abiotik) (Haryanto, 2018).
Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan menyebabkan jumlah dan kualitas
organisme di setiap tempat menjadi berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh
komponen lingkungan tersebut yang mencakup faktor biotik, abiotik, dan kultur
yang berlaku dalam kehidupan organisme.
Dalam perjalanan hidup suatu organisme, ada saatnya tidak bergantung pada
ketiga faktor yang mengambil peran besar dalam lingkungan itu. Namun, ada
faktor lainnya yang juga sangat menentukan perkembangan dan kelangsungan
hidup suatu organisme yang dikenal dengan faktor pembatas. Faktor pembatas
adalah suatu faktor yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan
suatu individu dalam ekosistem.
Pada praktikum ini, diamati faktor pembatas cahaya dan air. Cahaya
merupakan sumber energi utama bagi ekosistem. Struktur dan fungsi dari
ekosistem ditentukan oleh radiasi matahari, tetapi radiasi yang berlebihan dapat
menjadi faktor pembatas karena mampu menghancurkan sistem jaringan tertentu.
Namun, tanaman yang kekurangan cahaya pada masa pertumbuhan vegetatif akan
menyebabkan tanaman mengalami etiolasi, batang akan tumbuh tinggi tetapi akan
terlihat pucat dan lemah terutama pada daun. Berdasarkan kebutuhan cahaya
dikenal dengan tumbuhan perlu cahaya penuh (light demanding) dan tumbuhan
yang toleran dan setengah toleran (Eltra, 2012).
Air merupakan sumber kehidupan yang paling utama dan dapat menjadi
pembatas pertumbuhan tanaman karena jika jumlahnya terlalu banyak
menimbulkan genangan dan menyebabkan cekaman aerasi sedangkan jika
jumlahnya sedikit sering menimbulkan cekaman kekeringan. Oleh sebab itu,
pengelolaan air harus dilakukan agar tidak terjadi water logging dan pemanfaatan
air dapat seefisien mungkin sesuai kebutuhan (Rohmani, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai faktor
pembatas untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dengan berbagai macam perlakuan pada tanaman.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui aspek faktor pembatas cahaya
dan air sebagai komponen utama lingkungan tanaman dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman pada tahap awal
METODE
Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Minggu, 30 September 2018 pukul
08.00 WITA sampai selesai. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, cangkul,
skop, ember, parang, oven, timbangan dan alat tulis menulis. Adapun bahan-
bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, label, polybag (30×40)cm, benih
jagung dan tanah.
Langkah kerja praktikum faktor pembatas ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum.
2. Mengisi polybag dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang
dengan perbandingan 2 : 1 kemudian jenuhkan dengan menggunakan air.
3. Merendam benih yang akan digunakan.
4. Melalukan penanaman sesuai dengan perlakuan yaitu
Perlakuan yang dilakukan pada praktikum faktor pembatas ini yakni :
a. Faktor Pembatas Cahaya
A1 = Intensitas cahaya 0%
A2 = Intensitas cahaya 100%
b. Faktor Pembatas Air
B1 = Pemberian air setiap hari
B2 = Pemberian air setiap 3 hari
B3 = Pemberian air setiap 5 hari
B4 = Pemberian air setiap 7 hari
Tiap perlakuan terdiri atas 2 polybag sehingga pada praktikum faktor
pembatas ini terdapat 12 polybag dan setiap polybag terdiri atas 1 tanaman.
5. Melakukan penyulaman jika terdapat benih atau tanaman yang mati.
6. Melakukan penyiangan jika terdapat gulma pada polybag.
7. Melakukan penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari.
8. Melakukan pengamatan yang dimulai dari umur 7 hari setelah tanam hingga
akhir percobaan dengan selang waktu 2 minggu sekali.
9. Melakukan pengamatan dengan mengamati tinggi tanaman (cm), jumlah
daun (helai), dan berat kering (gram).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 16. Hasil Pengamatan Faktor Pembatas Oleh Cahaya
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 1 Minggu 2
A1
10,4 12,25 4 5
(0% Cahaya)
A2
12,6 13,75 7 8
(100%Cahaya)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh perlakuan faktor pembatas
cahaya yang dapat diketahui bahwa pada polybag A2 dengan 100% cahaya
tumbuh lebih pesat dan memiliki helai daun yang lebih banyak daripada
perlakuan dengan cahaya 0% pada polybag A1. Kondisi tidak sesuai dengan teori
yang ada bahwa seharusnya pertumbuhan yang lebih pesat terjadi ketika tanpa
cahaya (gelap) karena hormon auksin bekerja secara optimal dan tanaman akan
memberikan respon dengan tumbuh mencari sumber cahaya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Franklin dalam Akmalia (2017) yang mengemukakan bahwa
tanaman akan mengalami penambahan tinggi pada intensitas cahaya rendah
sebagai respon untuk mencari cahaya.
Tabel 17. Hasil Pengamatan Faktor Pembatas Oleh Air
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 1 Minggu 2
B1
14,95 21,8 7 9
(Setiap hari)
B2
9,95 20 6 7
(Tiga kali sehari)
B3
12,65 17,7 7 8
(Lima hari sekali)
B4
(Tujuh hari 14,5 17,5 6 7
sekali)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh mengenai pengamatan
tanaman dengan faktor pembatas air, yang didapatkan data hasil pertumbuhan
tanaman dengan penyiraman sekali dalam 7 hari lebih pesat daripada petumbuhan
tanaman yang disiram sekali dalam 3 hari pada pengamatan minggu pertama. Hal
ini tidak sejalan dengan yang seharusnya terjadi. Perbedaan kondisi ini mungkin
disebabkan karena kondisi iklim yakni seringnya turun hujan, sehigga tanaman
yang seharusnya hanya disiram sekali dalam 7 hari mendapatkan kadar air yang
lebih dari hujan yang menyebabkannya tumbuh pesat. Tanaman dengan intensitas
penyiraman yang tinggi seharusnya tumbuh lebih pesat daripada tanaman dengan
intensitas pemberian air yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Lerner
dalam Akmalia, dkk (2017), bahwa ketersediaan air dalam lingkungan
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup bagi tanaman untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Ketersediaan air di sekitar sistem perakaran tanaman
mempengaruhi kelarutan unsur hara di tanah. Tanah yang kering akan
menurunkan kemampuan akar dalam menyerap ion-ion yang esensial bagi
pertumbuhan dan perkembangan hidup tanaman.
Tabel 18. Hasil Penimbangan Berat Kering Faktor Pembatas Oleh Cahaya dan
Air

Perlakuan Berat Tanaman Setelah Dikeringkan (gram)

A1
0,2
(0% Cahaya)
A2
0,5
(100%Cahaya)
B1
0,45
(Setiap hari)
B2
0,25
(Tiga kali sehari)
B3
0,35
(Lima hari sekali)
B4
0,2
(Tujuh hari sekali)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018
Pada praktikum faktor pembatas air dan cahaya terhadap tanaman jagung ini
menunjukkan jumlah biomassa atau berat kering yang dihasilkan lebih besar pada
perlakuan 100% cahaya dengan penyiraman setiap hari dibandingkan perlakuab
yang lain. Hal ini karena intensitas cahaya dan ketersediaan air merupakan
komponen utama berlangsungnya proses fotosintesis. Fotosintesis membuat daun
beserta bagian lainnya tumbuh dengan baik sehingga penyimpanan karbon dan
pemenuhan biomassa menjadi maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat
Akmalia, dkk (2017), bahwa Intensitas cahaya tinggi akan meningkatkan laju
fotosintesis sehingga status karbohidrat tanamanpun tinggi. Penyiraman yang
baik dapat mempertahankan kadar air dalam tanah sehingga tanaman tidak berada
dalam kondisi tercekam. Maka dari itu, energi dan nutrient lebih banyak
diprioritaskan untuk pertumbuhan sehingga biomasa tanaman besar. Tanaman
yang berftosintesis dengan baik memiliki biomassa yang paling
besar,menunjukkan bahwa energi hasil fotosintesis banyak digunakan untuk
pertumbuhan dan pembentukan organ tanaman lainnya dengan baik.
KESIMPULAN
Ketersediaan air dan cahaya sebagai faktor pembatas dalam lingkungan sangat
menentukan laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar cahaya dan air
yang diberikan pada tanaman menentukan pertumbuhannya pada tahap awal
untuk selanjutnya berkembang lebih kompleks. Pemberian cahaya dan air yang
baik untuk tanaman akan mengoptimalkan proses fotosintesisnya sehingga
tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan biomassa yang besar.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 1 yang telah
membantu dalam proses praktikum ini terutama dalam mengamati dan
mengumpulkan data hasil praktikum dan mengolahnya. Tak lupa pula kepada
asisten kami yang telah membantu dan meluangkan waktunya, terutama Kak
Reski Anugraeni Rahman yang dengan penuh kesabaran menjawab setiap
pertanyaan atas ketidaktahuan kami mengenai praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akmalia, Hafidha Asni, dan E. Suharyanto. 2017. Pengaruh Perbedaan
Intensitas Cahaya dan Penyiraman pada Pertumbuhan Jagung (Zea mays
L.). Jurnal Sains Dasar. Volume 6 No.1: 8 - 16

Eltra. 2012. Faktor-faktor Pembatas Ekologi dalam Ekosistem. IAIN. Cirebon

Haryanto, MP. 2018. Lingkungan Hidup. Bandung : Universitas Pasundan

Rohmani, Yudi Miftahul. 2013. Faktor Pembatas pada Tanaman. Jurnal volume
1 No. 1 : 1-6

Anda mungkin juga menyukai