Anda di halaman 1dari 35

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ekologi/103G0103

SUKSESI

Nama : AFRADILLAH

Nim : G011181386

Kelas : DASAR-DASAR EKOLOGI B

Kelompok : 1

Asisten : 1. MUTHMAINNAH NUR

2. RESKI ANUGRAENI RAHMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta nikmat-Nya kepada penulis sehingga kita bisa menyelesaikan laporan
praktikum tentang “ Suksesi”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis perlu menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak.
Laporan praktikum ni sudah penulis susun dengan maksimal. Terlepas dari
segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan
lapang dada dan tangan terbuka menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan tentang Suksesi ini bisa
memberikan manfaat untuk pembaca.

Makassar, September 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada suatu ekosistem terjadi interaksi antara komponen biotik dengan abiotik.
Suatu ekosistem dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan atau homeostatis
dalam lingkungan tersebut. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan
dinamis dan selalu berubah. Perubahan kondisi tersebut terjadi secara alamiah,
maupun sebagai akibat perbuatan manusia.

Keseimbangan ekosistem ini seringkali mengalami gangguan yang dapat


disebabkan oleh faktor alami maupun oleh aktivitas mkhluk hidup. Suatu lahan
atau wilayah yang mengalami gangguan akan mengalami proses pemulihan untuk
kembali stabil melalui proses suksesi.

Suksesi merupakan proses perubahan yang berlangsung secara beruntun dari


komunitas tumbuhan pelopor dengan biomassa kecil. Tetapi lahan hidup di
kawasan yang gersang dan kerdil menjadi komunitas belukar dan kemudian
menjadi huta n-hutan dengan biomassa lebih berat, setelah kawasan tersebut cukup
subur untuk mendukung kehidupan yang lebih kaya dan beraneka ragam. Pohon
di dalam hutan jauh lebih besar dengan komunitas asalnya yang terdiri atas jenis
tumbuhan herba seperti lumuk kerak, lumut daun, paku-pakuan, dan berbagai
jenis vegetasi lainnya.

Vegetasi merupakan sistem yang dinamik dan memiliki peranan penting


dalam konsep suksesi. Keberadaan vegetasi dalam suatu wilayah yang terkena
gangguan akan membantu tingkat kecepatan proses suksesi itu sendiri. Akhir
proses suksesi yaitu terbentuknya suatu komunitas klimaks. Komunitas klimaks
adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai
keseimbangan dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan praktikum pengamatan
untuk mengetahui pergeseran vegetasi pada daerah suksesi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi suksesi tersebut.

1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pergeseran


vegetasi pada suatu daerah suksesi serta laju penutupan jenis vegteasi sampai
mencapai maksimal.

Kegunaan dilakukannya praktikum ini diharapakan dapat memberikan


pengetahuan dasar tentang aspek-aspek suksesi serta faktor-fakyor yang
mempengaruhi suatu suksesi..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suksesi

Suksesi adalah perubahan-perubahan pada ekosistem yang terjadi dalam


jangka waktu tertentu menuju lingkungan dengan kondisi teratur,
seimbang/klimaks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Suksesi
menunjukkan perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam
suatu daerah tertentu di mana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan oleh
jenis tumbuhan lainnya pada tingkat populasi (Tansley dalam Fajrian, 2013).

Suksesi terjadi akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem, dan terjadinya faktor persaingan di antara satuan-satuan vegetasi
menyebabkan perubahan ke arah tertentu (Master, 2016).

Suksesi merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus ditandai oleh


perubahan vegetasi, tanah dan iklim di suatu ekosistem. Perubahan vegetasi
dimulai dari tingkat pionir sederhana sampai pada tingkat klimaks. Suksesi
meliputi proses perubahan komunitas tumbuhan secara teratur dari tingkat pionir
sampai pada tingkat klimaks di suatu tempat tertentu (Spurr dalam Tamin, 2012).

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem (Arianto, 2008).

Prinsip dasar dalam suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas


tumbuhan bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan terjadi
berangsur-ansur melalui beberapa tahapan dari komunitas tumbuhan sederhana
sampai klimaks. Selanjutnya dinyatakan bahwa umumnya suksesi akan bertambah
keanekaragamannya seiring dengan waktu (Odum dalam Nursa’ban, 2006)
2.2 Konsep Dasar Suksesi

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi
dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang
kosong disebut tanaman Pionir. Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan
kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan
lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan
lapisan tanah, memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi organik
ketika terjadi pelapukan dari tumbuhan yang mati. Proses akan berkembang sesuai
dengan perubahan waktu dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang
semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan bentuk
komunitas tumbuhannya (Kadarsah, 2015)

Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya


tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah
beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi
oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga
proses ini mencapai komunitas klimaks yang matang, dominan, dapat memelihara
dirinya sendiri, jika ada pergantian akan relatif sangat lambat (Frick,2007)

Strategi suksesi sebagai suatu proses jangka pendek pada dasarnya sama
dengan strategi dalam perkembangan evolusi biosfer, yaitu pengendalian
bertambah, atau homeostatis bertambah, dalam lingkungan fisik di dalam proteksi
maksimum terhadap gangguan. Perkembangan ekosistem memiliki kesejajaran
dangan perkembangan biologis makhluk hidup (Fitri, 2012)

Menurut Clements (dalam Fajrian, 2013), komponen dalam proses suksesi


meliputi 6 sub yaitu:

1. Nudasi : Terbukanya lahan, bersih dari vegetasi

2. Migrasi : Tersebarnya biji

3. Eksesis : Proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi

4. Kompetisi: Adanya pergantian spesies

5. Reaksi : Perubahan habitat karena aktivitas spesies

6. Klimaks : Komunitas stabil/seeimbang

2.3 Jenis-Jenis Suksesi

Menurut Soerianegara (2005) Jenis-jenis suksesi berdasarkan proses


terjadinya terdapat dua macam suksesi yaitu

a. Suksesi primer (prisere) adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat tak
bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil dan klimaks. Suksesi primer
ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan primer. Hutan primer terbentuk
dari daratan yang mengalami suksesi yang ideal berkembang mulai dengan
masyarakat tumbuh-tumbuhan Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuhtumbuhan
herba (terna), semak, perdu, dan pohon, hingga tercapai hutan klimaks.

b. Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi apabila klimaks atau suksesi yang
normal terganggu atau dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan,
penebangan, penggembalaan, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Suksesi sekunder
ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan sekunder. Contohnya jika hutan
hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau manusia (penebangan atau
perladangan) maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya dimulai dengan
vegetasi rumput atau semak. Apabila keadaan tanahnya tidak banyak menderita
kerusakan oleh erosi, maka sesudah 15 – 20 tahun akan terjadi hutan sekunder
muda, dan sesudah 50 tahun akan terjadi hutan sekunder tua yang secara
berangsur-angsur akan mencapai klimaks.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Suksesi

Menurut Resosoedarmo (dalam Ardiansyah, 2016), kecepatan proses suksesi


dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:
a. Luas komunitas awal yang rusak oleh adanya gangguan.
Luas lahan yang mengalami suksesi merupakan objek utama dalam suksesi
vegetasi. Semakin sempit luas lahan yang mengalami suksesi vegetasi maka
semakin cepat proses dinamika komunitas ini terjadi, hal berlaku sebaliknya.
b. Spesies tumbuhan yang terdapat di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Spesies tumbuhan sekitar yang semakin beragam menyebabkan semakin
cepatnya proses suksesi vegetasi. Jenis tumbuhan yang beragam menyebabkan
bakal tumbuhan lebih variatif sehingga mempunyai kesempatan yang cukup besar
untuk tumbuh. Selain itu, jenis tumbuhan sekitar biasanya lebih mudah tumbuh di
lingkungan tempat tumbuhan itu berada daripada tumbuhan eksotis.
c. Sifat-sifat spesies tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Sifat-sifat spesies yang dimaksud dalam hal ini adalah kecepatan tumbuh,
periode musim berbunga dan berbuah, produktivitas buah, dan mudah tidaknya
benih berkecambah (sifat dormansi dan viabilitas benih).
d. Kehadiran bakal kehidupan (biji, buah, spora, dan lain-lain).
Bakal kehidupan merupakan objek yang paling utama dalam hal suksesi
vegetasi karena apabila bakal kehidupan tidak ada maka tumbuhan tidak mungkin
tumbuh. Bakal kehidupan ini sangat ditentukan oleh tingkat penyebarannya.
e. Jenis substrat baru yang terbentuk.
Substrat baru ini berfungsi sebagai tempat tumbuh bagi tumbuhan yang baru.
Semakin baik kualitas substrat maka kecepatan suksesi semakin baik pula.
f. Kondisi iklim
Kondisi iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bakal
kehidupan, serta curah hujan. Kondisi iklim ini sangat penting karena dalam
setiap fase pertumbuhan tumbuhan pasti tidak terlepas dalam kaitannya dengan
iklim.
Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang memberikan efek signifikan
dalam suksesi vegetasi. Sebenarnya masih banyak faktor yang mempengaruhi
proses suksesi vegetasi, namun tidak terlalu memberikan efek yang berarti.
Faktor-faktor ini biasanya diatur sedemikian mungkin agar proses suksesi berjalan
dengan baik.
2.5 Analisis Vegetasi Tingkat Perkembangan Ekosistem

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa


besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung.
Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi
vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan
dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara
umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi
laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Kadarsah, 2015)
Vegetasi, tanah dan iklim memiliki hubungan yang erat dan pada setiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Dalam komunitas vegetasi, hubungan tumbuhan dengan tumbuhan lain
disekitarnya seperti pohon, semak, rumput, lumut dan lainnya lebih kurang
menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal. Penempatan ini
disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan
perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang meliputi klas-klas
morfologi individu yang berbeda seperti strata yang paling tinggi (kanopi
pohon-pohon atau liana). Tumbuhan mempunyai klas morfologi berbeda yang
terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, dan epifit dalam
sinusie epifit (Hadisubroto dalam Ningsih, 2008)
Parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut ini

1. Metode plot acak berganda

a. Kerapatan Mutlak (KM)


KM(i) = n(i) / A
Dimana:
KM(i) = kerapatan mutlak
n(i) = jumlah spesies (i)
A = total luas plot
b. Kerapatan Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i) / ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i)
KM(i) = nilai KM spesies (i)
∑ KM = jumlah KM total
c. Frekuensi Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
J(i) = jumlah plot yang terisi
K = total plot
d. Frekuensi Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i)
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
e. Dominansi Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
n(i) = jumlah individu spesies (i)
∑ n = total individu
f. Dominansi Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i) = dominansi relatif spesies (i)
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
∑ DM = jumlah DM total
g. Indeks Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i) = dominansi relatif spesies (i) (%)
h. Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i) = Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
2. Metode Line Transek
a. Kerapatan Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) / L
Dimana:
KM(i) = kerapatan mutlak
n(i) = jumlah spesies (i)
L = total panjang tali
b. Kerapatan Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i) / ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i)
KM(i) = nilai KM spesies (i)
∑ KM = jumlah KM total
c. Frekuensi Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K

Dimana:
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
J(i) = jumlah plot yang terisi
K = total plot
d. Frekuensi Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i)
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
e. Dominansi Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
n(i) = jumlah individu spesies (i)
∑ n = total individu
f. Dominansi Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i) = dominansi relatif spesies (i)
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
∑ DM = jumlah DM total
g. Indeks Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i) = dominansi relatif spesies (i) (%)
h. Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i) = Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
3. Metode Belt Transek
a. Kerapatan Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) / A
Dimana:
KM(i) = kerapatan mutlak
n(i) = jumlah spesies (i)
A = total luas plot
b. Kerapatan Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i) / ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i)
KM(i) = nilai KM spesies (i)
∑ KM = jumlah KM total
c. Frekuensi Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
J(i) = jumlah plot yang terisi
K = total plot
d. Frekuensi Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i)
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
e. Basal Area (DM) (Dominansi)
DM = LBA / A
Dimana:
DM = basal area
LBA = luas basal daerah (m2) = 0,23d2
A = luas transek (m2)
f. Dominansi Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i) = dominansi relatif spesies (i)
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
∑ DM = jumlah DM total
g. Indeks Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i) = dominansi relati spesies (i) (%)
h. Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i) = Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
4. Metode Loop
a. Kerapatan Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) / L
Dimana:
KM(i) = kerapatan mutlak
n(i) = jumlah spesies (i)
L = total panjang tali
b. Kerapatan Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i) / ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i)
KM(i) = nilai KM spesies (i)
∑ KM = jumlah KM total
c. Frekuensi Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
J(i) = jumlah plot yang terisi
K = total plot
d. Frekuensi Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i)
FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
e. Dominansi Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
n(i) = jumlah individu spesies (i)
∑ n = total individu
f. Dominansi Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i) = dominansi relatif spesies (i)
DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)
∑ DM = jumlah DM total
g. Indeks Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
KR(i) = kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i) = frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i) = dominansi relatif spesies (i) (%)
h. Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i) = Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian, Universitas


Hasanuddin, Makassar pada hari Minggu, 16 September 2018, pukul 15.00 WITA
sampai selesai

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum suksesi ini yaitu meteran, cangkul,
parang, korek api, alat hitung, dan alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan dalam praktikum suksesi ini yaitu tali rafiah,patok,
lanel, dan pasir.

3.3 Metode pelaksanaan

Metode pelaksanaan praktikum ini yaitu:

1. Meyiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Membuka lahan untuk membuat plot

3. Mengukur plot dengan luas 2 x 2 m

4. Memberi patok pada sisi plot yang telah diukur

5. Mengikatkan tali rafiah pada patok yang telah tertancap dan kemudian
direntangkan mengelilingi plot.

6. Membagi plot menjadi empat bagian yang sama dengan luas 1 x 1 m

7. Mengamati dan mencatat vegetasi yang ada

8. Memberikan perlakuan pada setiap plot sesuai dengan metode pada P0 tanpa
pengerusakan tanah, P1 pengerusakan tanah dengan cara merusak vegetasi
yang ada, P2 penutupan dengan pasir dan P3 dengan pembakaran lahan.
9. Melakukan pengamatan setelah 7 hari dan selanjutnya 2 minggu sekali.

10. Mengamati dan mencatat jumlah dan jenis vegetasi yang tumbuh pada setiap
plot yang diberikan perlakuan yang berbeda (bedakan yang berdaun sempit
dan berdaun lebar)

11. Menghitung parameter pengamatan untuk menentukan tingkat perkembangan


ekosistem sebagai berikut:

a. Dominasi Jenis

b. Dominasi Relatif (%)

c. Kepadatan Jenias

d. Kepadatan Relatif (%)

e. Frekuensi Jenis

f. Frekuensi Relatif (%)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Vegetasi Sesuai Perlakuan
FR
FJ
(%)
Perlak DR KR
Pengamatan DJ KJ
uan (%) (%)
Daun Daun Daun Daun
Sempit Lebar Sempit Lebar

P0
25,4 3,7 25,
15
Sebelum 2 5 42
Perlakuan 15,2 2,2 15, 1 1 50 50
P1 9
5 5 25
P2
33,8 33,
20 5
9 89
P3
25,4 3,7 25,
15
2 5 42
P0 17 42,5 4,25 42,5
Pengamatan 1 P1 5 12,5 1,25 12,5
P2 15 37,5 3,75 37,5 1 1 50 50
P3 3 7,5 0,75 7,5
P0 17 42,5 4,25 42,5
P1 5 12,5 1,25 12,5
Pengamatan 2
P2 15 37.5 3,75 37,5 1 1 50 50
P3 3 7.5 0,75 7,5
34,6
P0 17 34,69 4,25
9
14,2
P1 7 14,28 1,75
Pengamatan 3 8
1 1 50 50
44,8
P2 22 44,89 5,5
9
P3 3 6,12 0,75 6,12
34,6
P0 17 34,69 4,25
9
14,2
P1 7 14,28 1,75
Pengamatan 4 8
44,8 1 1 50 50
P2 22 44,89 5,5
9
P3 3 6,12 0,75 6,12
33,3
P0 15 33,33 3,75
3
15,5
P1 7 15,56 1,75
6
Pengamatan 5
44,4 1 1 50 50
P2 20 44,44 5
4
P3 3 6,67 0,75 6,67
P0 14 35 3,5 35
P1 6 15 1,5 15
P2 14 35 3,5 35 1 1 50 50
Pengamatan 6
P3 6 15 1,5 15
Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2018
Grafik Populasi Vegetasi Sesuai Perlakuan
120

100

80

60 TOTAL
RATA-RATA
40

20

0
P0 P1 P2 P3

Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2018


4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
jumlah vegetasi pada setiap perlakuan plot memiliki jumlah vegetasi yang relatif
sama dalam 4 minggu pengamatan. Hal ini bisa terjadi karena pada masa tersebut,
plot yang telah diberi perlakuan pengerusakan baru mengalami proses perbaikan
menuju klimaks dan seimbang kembali, sehingga daya pulih lahan tersebut
menjadi stabil kembali untuk bisa ditumbuhi vegetasi lagi. Keadaan seperti ini
sesuai dengan pendapat Rifda (2015), bahwa kerusakan yang terjadi pada suatu
komunitas lahan, misalnya akibat penebangan hutan, erosi, longsor, pembakaran
lahan dan gangguan lainnya akan mengakibatkan ekosistem tersebut sulit untuk
kembali ke kondisi semula dalam waktu yang singkat. Tumbuhan atau vegetasi
akan tumbuh kembali ketika komunitas awal yang mengalami gangguan telah
klimaks dan seimbang.
Pada pengamatan 5 dan 6 setiap plot sudah mengalami perubahan jumlah
vegetasi yang tumbuh secara signifikan dari sebelumnya. Plot yang sebelumnya
telah memiliki vegetasi tumbuh semakin kompleks. Pada masa ini suksesi telah
mencapai fase atau tahap dewasa dan klimaks di mana keadaan setiap plot telah
pulih seperti sebelum adanya pngerusakan. Terjadi pertumbuhan dan penambahan
jumlah daun dan tinggi vegetasi yang ada dan mulai tumbuh tanaman baru dari
komunitas awal yang mengalami gangguan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sudirman, dkk (2013), bahwa suksesi sekunder memiliki beberapa tahap
perkembangan untuk mencapai daya lenting atau daya pulih ekosistem kembali
yaitu fase permulaan, fase awal.muda, fase dewasa, dan akan berhenti setelah
mencapai fase klimaks
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui P0 merupakan plot yang
paling banyak ditumbuhi vegetasi, hal ini dapat dilihat pada data dominasi
individu rata-rata nilai tertinggi diperoleh dari plot P0, hal ini dikarenakan plot P0
tidak mendapatkan pengerusakan sehingga komunitas awal masih terus tumbuh
dan berkembang. Selanjutnya disusul oleh plot P2 memiliki kisaran nilai yang
beda tipis dengan plot P0 yang juga ditumbuhi banyak vegetasi karena perlakuan
penutupan pasir yang dilakukan tidak optimal akibat jumlah pasir yang terbatas.
Sehingga vegetasi sebelumnya tumbuh menjadi semakin kompleks seperti pada
plot P0. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsah (2015), bahwa vegetasi dari
komunitas asal akan mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan waktu
dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin padat dan mengarah
pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya.
Pada hasil pengamatan, dapat pula diketahui bahwa plot P3 merupakan plot
dengan vegetasi tumbuh yang rendah. Laju pertumbuhan individu pada plot
tersebut sangat rendah, bahkan jumlahnya tidak mengalami perubahan dari sejak
pengamatan minggu ke 1 sampai 5. Pada minggu ke 6 baru mengalami
penambahan jumlah individu yang tumbuh namun dalam skala yang kecil. Hal ini
dikarenakan plot P3 merupakan plot yang diberi perlakuan dengan membakar
habis komunitas awal sehingga butuh waktu lama untuk dapat ditumbuhi vegetasi
kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Notohadinegoro (2006), bahwa
pembakaran lahan menyebabkan kerusakan vegetasi dan tanah, sehingga butuh
proses yang lama untuk meregenerasi dan menyeimbangkan kembali kondisi
tanah dan peranannya sebagai media tumbuh.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadi pergsesran vegetasi pada daerah suksesi dan jumlah vegetasi yang
tumbuh pada pengamatan setiap minggunya dan menunjukkan laju penutupan
jenis vegetasi pada lahan mengalami perubahan menjadi semakin banyak.
2. Dari praktikum ini dapat diketahui faktor-faktor dan aspek-aspek suksesi
yang mempengaruhi jalannya proses suksesi tersebut secara langsung dan
tidak langsun, misalnya pemberian perlakuan yang berbeaa pada setiap plot
pengamatan.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan teliti dalam melakukan pengamatan setiap minggunya
dan menyimpan data hasil pengamatan dengan baik sehingga dalam mengolah
data tidak mengalami kebingungan. Asisten juga sebaiknya mendampingi daan
menjelaskan secara detail langkah-langkah dalam setiap pengamatan yang
dilakukan agar praktikan lebih mengerti alur pengamatan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Tomi. 2016. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosda Karya.

Arianto, Hari. 2008. Suksesi Lingkungan. Sumatera Barat:Universitas Andalas

Fajriani, Nurul. 2013. Suksesi Sekunder. Bahan Ajar. Banada Aceh : Universitas
Syiah Kuala

Fitri, Nurhidayati. 2012. Makalah Ekologi. Fakultas MIPA: Universitas Negeri


Padang

Frick, Heinz. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Bandung: Penerbit ITB

Kadarsah, Anang. 2015. Konsep Suksesi. Fakultas MIPA ULM

Master, Jani. 2016. Ekologi Umum. Lampung: Jurusan Biologi FMIPA


Universitas Lampung.

Ningsih, Sri Susanti. 2008. Analisis Vegetasi. Medan : Universitas Sumatera Utara

Notohadinegoro, KRMT Tejoyuwono. 2006. Pembakaran dan Pembakaran


Lahan. Yogyakarta : Repro Ilmu Tanah Faperta UGM

Nursa’ban, Muhammad. 2006. Panduan Praktikum Geografi Tanah dan


Lingkungan. Buku Penuntun. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta

Rifdah, Putrifirda. 2015. Suksesi dan Klimaks. Banjarmasin: Pertanian Terpadu


UNLAM

Soerianegara. 2005. Ecology, Silviculture and Productivity. Bogor. CIFOR

Sudirman, Ainur dan Putra Sumekar. 2013. Suksesi Tumbuhan. Jakarta :


Univesitas Terbuka Repository

Tamin, Rike Puspitasari. 2012. Suksesi. Jambi: Fakultas Pertanian Universitas


Jambi
LAMPIRAN

Perhitungan
a. Pengamatan pada minggu ke-1
1. Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0 = = = 17
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P1 = = =5
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P2 = = =15
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3 = = =3
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2. Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 42,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 5
P1= x 100%= x 100% = 12,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 15
P2= x 100%= x 100% = 37,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
P3= x 100%= x 100% = 7,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40

3. Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0= = = 4,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P0= = = 1,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P0= = = 3,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P0= = = 0,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
4. Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3
= 4,25+1,25+3,75+0,75
= 10
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 170%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P1= x 100% = x 100%= 50%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 15
P2= x 100%= x 100% = 150%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= x 100% = x 100%= 30%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10

6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi semua jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2

b. Pengamatan pada minggu ke-2


1. Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0 = = = 17
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P1 = = =5
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P2 = = =15
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3 = = =3
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2. Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0 = x 100%= x 100% = 42,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 5
P1 = x 100%= x 100% = 12,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 15
P2 = x 100%= x 100% = 37,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
P3 = x 100%= x 100% = 7,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40

3. Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0 = = = 4,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P0 = = = 1,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P0= = = 3,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P0= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡
= 4
= 0,75

4. Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3


= 4,25+1,25+3,75+0,75
= 10
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 170%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 5
P1= x 100% = x 100%= 50%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 15
P2= x 100%= x 100% = 150%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= x 100% = x 100%= 30%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10

6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
c. Pengamatan pada minggu ke-3
1.Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0 = = = 17
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1 = = =7
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 22
P2 = = =22
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3 = = =3
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2.Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 34,6%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 7
P1= x 100%= x 100% = 14,2%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 22
P2= x 100%= x 100% = 44,8%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
P3= x 100%= x 100% = 6,12%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49

3.Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0= = = 4,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P0= = = 1,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 22
P0= = = 5,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P0= = = 0,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4.Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3


= 4,25+1,75+5,5+0,75
= 12,25
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100% = x 100% = 138,7%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 12,25
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1= x 100% = x 100%= 57,1%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 12,25
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 22
P2= x 100% = x 100% = 179,5%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 12,25
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= x 100% = x 100%= 24,4%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 12,25
6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2

d. Pengamatan pada minggu ke-4


1. Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0 = = = 17
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1 = = =7
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 22
P2 = = = 22
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3 = = =3
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2. Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 34,6%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 7
P1= x 100%= x 100% = 14,2%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 22
P2= x 100%= x 100% = 44,8%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
P3= x 100%= x 100% = 6,12%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 49

3. Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0= = = 4,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P0= = = 1,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 22
P0= = = 5,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P0= = = 0,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3


= 4,25+1,75+5,5+0,75
= 12,25
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 138,7%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 12,25
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1= x 100% = x 100%= 57,1%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 12,25
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 22
P2= x 100%= x 100% = 179,5%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 12,25
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= x 100% = x 100%= 24,4%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 12,25

6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2

e. Pengamatan pada minggu ke-5


1. Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 15
P0 = = = 15
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1 = = =7
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 20
P2 = = =20
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3 = = =3
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2.Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 37,7%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 45
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 7
P1= x 100%= x 100% = 15,5%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 45
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 20
P2= x 100%= x 100% = 44,4%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 45
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 3
P3= x 100%= x 100% = 6,66%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 45

3.Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 17
P0= = = 4,25
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1= = = 1,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 20
P2= = =5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= = = 0,75
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3


= 4,25+1,75+5+0,75
= 11,75
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 17
P0= x 100%= x 100% = 144,6%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 11,75
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 7
P1= x 100% = x 100%= 59,5%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 11,75
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 20
P2= x 100%= x 100% = 170,2%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 11,75
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 3
P3= x 100% = x 100%= 25,5%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 11,75

6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2

f. Pengamatan pada minggu ke-6


1. Dominasi jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 14
P0 = = = 14
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 6
P1 = = =6
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 14
P2 = = =14
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 6
P3 = = =6
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 1

2. Dominasi Relatif
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 14
P0= x 100%= x 100% = 35%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 6
P1= x 100%= x 100% = 15%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 14
P2= x 100%= x 100% = 35%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 6
P3= x 100%= x 100% = 15%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 40

3. Kepadatan Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 14
P0= = = 3,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 6
P0= = = 1,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 14
P0= = = 3,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 6
P0= = = 1,5
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

4. Kepadatan semua jenis = kepadatan jenis P0+P1+P2+P3


= 3,5+ 1,5+ 3,5+1,5
= 10
5. Kepadatan Relatif
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 14
P0= x 100%= x 100% = 140%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 6
P1= x 100% = x 100%= 60%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 14
P2= x 100%= x 100% = 140%
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 10
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
P3= x 100% = x 100%= 60%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 10

6. Frekuensi Jenis
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun sempit = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 4
Daun lebar = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 4

7. Jumlah Frekuensi jenis


Jumlah Frekuensi daun sempit + jumlah Frekuensi daun lebar
= 1+1 = 2
8. Frekuensi Relatif
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun sempit = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1
Daun lebar = x 100%= x 100%= 50%
𝑣𝑒𝑔𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 2

Anda mungkin juga menyukai