Anda di halaman 1dari 30

LOGO

difteri

By Kelompok 4/FKp UA/2013


Anggota Kelompok

Nungky Dwita Sari (131311133076)


Nur Amilia (131311133079)
Yoganis Ageng G. (131311133082)
Amalia Khasanah I. (131311133085)
Tri Lestyorini (131311133088)
Efira Gladys R. (131311133091)
Nina Widya Sabrina (131311133094)
Elma Safira Istizabana (131311133097)
Pokok Bahasan
Pengertian Difteri

Etiologi Difteri

Epidemiologi Difteri

Patofisiologi Difteri

Manifestasi Klinis Difteri

Penanganan Difteri

Asuhan Keperawatan Pada Difteri


PENGERTIAN difteri

Difteria adalah toksikoinfeksi yang


disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.
Difteri adalah penyakit menular yang umunya
menyerang anak-anak atau bayi. infeksi bakteri
dan menular melalui udara.
Saluran pernapasan bagian atas dengan
tanda khas timbulnya “pseudomembran”. Kuman
juga melepaskan eksotoksin yang dapat
menimbulkan gejala umum dan lokal.
ETIOLOGI DIFTERI
Spesies Corynebacterium adalah
bakteriofag lisogenik membawa gennya
yang mengode untuk produksi
endotoksin yang memberikan
kemungkinan penghasil-difteria
terhadap strain C.diphteriae
Basil difteria mempunyai sifat :
1. Membentuk pseudomembran yang sukar
diangkat, mudah berdarah, dan berwarna
putih keabu-abuan.
2. Mengeluarkan eksotoksin yang sangat
ganas dan dapat meracuni jaringan.
Epidemiologi difteri

Penyebaran difteri :
1. Udara seperti Air ludah, batuk atau bersin
membawa serta kuman difter

2. Eksudat dari lesi kulit yang terinfeksi.

3.Benda, Makanan dan minuman yang


terkontaminasi

4. Kontak langsung dengan penderita


Patofisiologi difteri
Corynebacterium diphteriae masuk ke
saluran pernapasan
Menempel pada lapisan superficial
lesi kulit atau mukosa pernapasan
Membentuk pseudomembran dan
melepaskan eksotoksin polipeptida 62-
KD kuat dan Menginduksi reaksi radang
lokal
Kelenjar getah bening membengkak
dan mengandung toksin. Terjadi
nekrosis jaringan lokal

Infeksi saluran pernapasan


Manifestasi klinis umum

membentuk tonsil pada


lokasi yang terkena difteri

demam kurang
radang lokal.
dari 38,9°C
Manifestasi klinis
1. Difteri hidung
Gejala difteri hidung :
1. pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik
ringan.
2. Sekret hidung.
3. Tampak membran putih pada daerah septum nasi.
Manifestasi klinis
2. Difteri Tonsil Faring
Gejala difteri tonsil faring :
1. nyeri tenggorokan.
2. demam sampai 38,5 °C
3. nadi cepat, tampak lemah, nafas berbau, anoreksia,
dan malaise.
4. udim ringan jaringan lunak leher yang luas, akan
menimbulkan bullneck.
Manifestasi klinis
3. Difteri Laring
Gejala klinis difteri laring :
1. stridor yang progresif.
2. suara parau dan batuk kering.
3. demam tinggi, lemah, sianosis, pembengkakan
kelenjar leher.
Manifestasi klinis
4. Difteri Kulit
Gejala difteri kulit :
1. dermatosis yang mendasari,
2. luka goresan, luka bakar atau impetigo yang telah
terkontaminasi sekunder.
3. Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas.
Manifestasi klinis
4. Difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga

Gejala difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga :


1. Ulserasi
2. pembentukan membrane dan perdarahan
submukosa.
Penanganan difteri

Pemeriksaan Diagnostik
identifikasi secara fluorescent antibody
technique

isolasi C. diphtheria degan pembiakan


pada media loeffler

tes toksinogenisitas secara in vivo


(marmot) dan in vitro (tes Elek)
Pencegahan difteri

1. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada anak


usia diatas 6 minggu sampai 7 tahun.
2. Vaksin Td (tetanus dan difteri) pada usia 7 – 18
tahun.
3. Vaksin TdaP (Adacel® atau Boostrix®) diberikan 1
kali suntikan ke dalam otot, vaksin ini dapat diberikan
pada usia 11-65 tahun.
Pencegahan difteri
Nama Vaksin Difteri
Sasaran imunisasi Anak kurang dari 1 tahun dan semua orang dewasa.
Macam vaksin Toxoid
Dosis Anak-anak <7 tahun, 3 dosis dengan booster 2 kali .
Usia 7-18 tahun, 3 dosis dengan booster 1 kali.
Dewasa yang sudah imunisasi lengkap, diberikan booster.

Jadwal pemberian Anak-anak < 7 tahun dalam bentuk vaksin DPT


 Usia 2-4-6 bulan
 Booster usia 15-18 bulan
 Booster usia 4-6 tahun
Usia 7-18 tahun, tiga dosis dalam bentuk vaksin Td
 Dosis 1 dan 2 interval 4 minggu
 Dosis 2 dan 3 interval 6 bulan
 Booster 6 bulan setelah dosis ketiga
Dewasa
 Sebagai imunisasi primer, 1 dosis dalam bentuk Tdap
 Sebagai booster tiap 10 tahun, dalam bentuk vaksin Td

Cara pemberian Suntikan kedalam otot (IM)


Efektivitas 90 %
Kontra indikasi Alergi terhadap vaksin
Efek samping Demam, nyeri dan bengkak pada tempat suntikan reaksi alergi.
pEngobatan difteri

PENGOBATAN UMUM

1. Isolasi selama 2-3 minggu.


2. Pemeriksaan EKG selama 2 kali berturut-turut.
3. Pemberian cairan serta diet yang adekuat.
pEngobatan difteri
 PENGOBATAN KHUSUS
1. Antidiphtheriae serum (ADS) : 20.000 Unit /
hari selama 2 hari berturut-turut dengan
sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
pEngobatan difteri
Mekanisme kerja ADS :

Antidiphtheriae serum (ADS)

menetralisir toksik difteri dalam darah penderita.


pEngobatan difteri
 PENGOBATAN KHUSUS
2. Antibiotik.
Penisilin Prokain 50.000 Unit/KgBB/hari sampai 3
hari bebas demam. Pada pasien yang dilakukan
takeostomi ditambahkan kloramfenikol 75
mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
pEngobatan difteri
Mekanisme kerja penisilin prokain :
menghambat pembentukan (sintesa) dinding sel
bakteri

Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid


(membunuh kuman) pada mikroba yang sedang
aktif membelah.

dinding sel bakteri pecah sehingga bakteri menjadi


musnah.
Pengobatan difteri
 PENGOBATAN KHUSUS
3. Kortikosteroid.
 Komplikasi miokasditis dengan memberikan
prednison 2 mg/KgBB/hari selama 3-4 minggu.

Komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat diberikan


striknin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama
10 hari.
KOMPLIKASI difteri

1.Respirasi : bronkopneumonia, atelektasis.


2.Kardiovaskuler: miokarditis
3.Urinaria : nefritis
4.Sistem saraf : Paralisis/ paresis palatum mole,
Paralisis/paresis otot-otot mata
prognosis difteri
Umur pasien: Makin muda usianya semakin jelek
prognosisnya
Perjalanan penyakit: makin terlambat ditemukan
penyakitnya semakin memperparah keadaan
Letak lesi difteri: bila di hidung tergolong ringan
Terdapatnya komplikasi miokarditis sangat
memperburuk prognosis
Pengobatan: terlambat pemberian ADS, prognosis
semakin buruk.
Asuhan keperawatan difteri
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pemeriksaan fisik
Asuhan keperawatan difteri
1. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik :
1. B1(breathing) : RR frekuensi meningkat, sesak napas,
batuk kering, adanya secret dengan eksoriasi, nyeri
tenggorokan, obstruksi laring.
2. B2 (blood) : Takikardi, kelemahan otot jantung,
sianosis.
3. B3 (brain) : NORMAL.
4. B4 (bladder) : NORMAL.
5. B5 (bowel) : Anoreksia, nyeri menelan, napas bau,
kurang nutrisi.
Asuhan keperawatan difteri
1. PENGKAJIAN
F. Pemeriksaan penunjang
Uji shick dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil toksin
difteri ke dalam kulit. Dengan titer antitoksin 0,03ml satuan per
millimeter darah cukup dapat menahan infeksi difteria.
g. Pola aktivitas
Asuhan keperawatan difteri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas.
b. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi pada jalan napas.
c. Penurunan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang kurang.
d. Risiko kurangnya wolume cairan berhubungan dengan proses
penyakit (metabolism meningkat, intake cairan menurun).
Asuhan keperawatan difteri
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
LOGO

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT 

BY. KELOMPOK 4/KELAS A-2/A13

Anda mungkin juga menyukai