Anda di halaman 1dari 15

MOTIVATION TO QUIT SMOKING AMONG YOUNG ADULT

SMOKERS

Esti Rossa Larasati*, Wita Saraswati, Henny Utami Setiawan, Silda Sabila Rahma,
Agustina Gianina, Cindy Alicia Estherline, Fitri Nurmalasari, Nauri Nabiela Annisa,
Indah Septiani
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa No. 4-6
Surabaya, Indonesia
email: esti.rossa.larasati-2015@ff.unair.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi
seseorang untuk berhenti merokok berdasarkan Model Transtheoretical (TTM), untuk
menentukan hubungan faktor demografi dan pengetahuan rokok terhadap motivasi
berhenti merokok, dan menemukan faktor-faktor yang membedakan motivasi untuk
berhenti merokok. Penelitian ini dilakukan di sekitar kampus B Universitas Airlangga
pada 14– 21 September 2018 menggunakan metode survei, rancangan studi cross-
sectional dengan teknik accidental sampling. Responden dalam penelitian ini
merupakan perokok berusia 17-25 tahun (n=162). Dari data yang dianalisis, tingkat
motivasi terbanyak yang ditemukan adalah kontemplasi (62 atau 38,9%). Profil
demografi, seperti uang saku, jumlah teman merokok dan keberadaan perokok di rumah
responden tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat motivasi berhenti merokok.
Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap motivasi berhenti merokok. Terdapat
korelasi rendah dan bermakna antara pengeluaran untuk merokok dengan motivasi
berhenti merokok (P=0,000); korelasi sedang dan bermakna antara jumlah batang rokok
perhari dengan motivasi berhenti merokok (P=0,000); dan intensitas merokok
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berhenti merokok (P=0,000).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, promosi kesehatan yang berfokus pada
berhenti merokok pada remaja sangat perlu dilakukan. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perokok pada tahap kontemplasi adalah mengadakan penyuluhan tentang bahaya
merokok dan pemberian informasi adanya NRT.

Kata Kunci: Perokok, Motivasi, TTM, Berhenti Merokok


Abstract
The aim of this study is to identify the motivation to quit smoking based on the
Transtheoretical Models (TTM), to determine the relationship of demography factors
and knowledge related to motivation to quit smoking, and to find factors that distinguish
motivation to quit smoking. This research was conducted around Universitas Airlangga
Campus B on September 14-21 2018 using a survey method, a cross-sectional study
design with an accidental sampling. Participants in this study were smokers aged 17-25
years (n=162). The result shows that the most motivation stage found was
contemplation (62 or 38.9%). The demographics profiles as student income, number of
smoker friends who smoke, the existence of smokers around their housing area, did not
significantly influence the motivation stage to quit smoking. Knowledge had a
significant effect on the motivation to quit smoking. There was low and significant
correlation between the amount of budgeting on smoking and motivation to quit
smoking (P=0.000); moderate and significant correlation between the number of
cigarettes per day and the motivation to quit smoking (P=0.000); and smoking intensity
significantly affects the motivation to quit smoking (P=0.000). Based on the results of
this study, health promotion focusing on quit smoking on young adults is urgent to be
conducted. Intervention that can be done for smokers at the contemplation stage are
giving information about the dangers of smoking and information about NRT.

Keywords: Smoker, Motivation, TTM, Quit Smoking


PENDAHULUAN 9%, kanker 5%, dan lainnya 10%

(WHO, 2018).
Rokok mengandung lebih dari
Perokok berisiko terkena kanker
7000 zat kimia toksik dan mengiritasi
paru sepuluh kali lebih besar
(CDC, 2018). Terdapat setidaknya 250
dibandingkan dengan orang yang tidak
senyawa berbahaya termasuk senyawa
merokok karena terlalu banyak terpapar
hidrogen sianida, karbon monoksida,
senyawa karsinogen (Jacob et al., 2014;
dan amonia. Rokok juga mengandung
Helen et al., 2015). Sekitar 80% sampai
nikotin yang dapat menimbulkan adiksi
90% dari kanker paru di Amerika
pada perokok, serta zat karsinogenik
Serikat disebabkan oleh merokok.
seperti tar (Hatsukami DK, 2008).
Perokok juga memiliki 30-40% risiko
Rokok membunuh sekitar 225.720
lebih tinggi terkena diabetes. Prevalensi
orang per tahun atau sekitar 14,7% dari
katarak di kalangan perokok ditemukan
angka kematian total. Dari total
sebesar 52,60%. Pengguna tembakau
kematian perokok disebabkan oleh
dalam bentuk apapun ditemukan
beberapa penyakit akibat rokok, seperti
memiliki prevalensi katarak lebih tinggi
penyakit kardiovaskular sebesar 65%,
sebesar 67,57% (Raju et al., 2006).
penyakit menular, ibu dan bayi baru
Menurut WHO (2002), Indonesia
lahir serta penyakit nutrisi atau
menempati urutan kelima dalam
Communicable, Maternal, Neonatal,
konsumsi rokok di dunia. Rata-rata usia
and Nutritional Diseases (CMNND)
mulai merokok yaitu 13-15 tahun
sebesar 11%, dan penyakit saluran
dengan prevalensi tertinggi perokok
pernafasan kronis atau Chronic
pada usia lebih dari 15 tahun (WHO,
Respiratory Diseases (CRD) sebesar
2017). Salah satu upaya untuk menekan
angka perokok di Indonesia adalah dasar NRT adalah dengan

perlu dilakukan promosi kesehatan menggantikan nikotin dalam tubuh

mengenai perilaku dan metode berhenti dengan selain rokok, sehingga dapat

merokok. Perilaku berhenti merokok mengurangi gejala–gejala berhenti

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. merokok, seperti depresi, mudah marah,

Dari penelitian Ardita (2016), cemas, sakit kepala dan perubahan

dinyatakan bahwa beberapa faktor yang nafsu makan (WHO, 2016). NRT

menyebabkan perokok berhenti tersedia dalam beberapa bentuk sediaan,

merokok, yaitu adanya dorongan atau yaitu nikotin transdermal, permen karet,

dukungan sosial dari orang terdekat tablet hisap, tablet sublingual, inhaler,

(orang tua, teman sebaya, kepribadian, dan obat semprot nasal (Rau, 2002).

dan media informasi yang Sebelumnya, terdapat penelitian

mengiklankan tentang rokok); kontrol Sieminska et al. (2008) terkait motivasi

diri; tingkat ekonomi/pekerjaan yang dan metode untuk berhenti merokok.

dimiliki dan; kesadaran terhadap Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil

pentingnya kesehatan dan bahaya motivasi terbesar untuk berhenti

merokok terhadap diri sendiri serta merokok adalah dari adanya kesadaran

lingkungannya. tentang kesehatan sebesar 57%.

Salah satu metode yang dapat Penelitian mengenai motivasi dan

memudahkan seseorang berhenti metode untuk berhenti merokok

merokok adalah menjalani terapi tersebut didasari oleh konsep

farmakologi, yaitu dengan terapi Transtheoretical Model (TTM) yang

pengganti nikotin atau Nicotine dikembangkan oleh Prochaska dan

Replacement Therapy (NRT). Prinsip DiClemente (1984). Terdapat 5 tahapan


TTM, yaitu pra-kontemplasi (tidak METODE PENELITIAN

berpikir untuk berhenti merokok), Desain Penelitian

kontemplasi (berpikir untuk berhenti


Penelitian ini dilakukan dengan
merokok dalam 6 bulan kedepan),
menggunakan studi crossectional.
persiapan (berpikir untuk berhenti
Pengambilan data dilakukan dengan
merokok dalam 30 hari kedepan), aksi
survei dan instrumen berupa kuesioner.
(sudah berhenti merokok dalam 6
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah
bulan), dan pemeliharaan (sudah
mahasiswa usia 17-25 tahun, perokok
berhenti merokok lebih dari 6 bulan)
dan bersedia menjadi responden dengan
(Diclemente, Prochaska and Marden
mengisi form informed consent. Survei
Velasquez, 1991). Pada penelitian Etter
dilaksanakan di Kampus B Universitas
dan Sutton (2002) juga digunakan
Airlangga pada tanggal 14–21
konsep TTM dan hasilnya banyak
September 2018. Instrumen yang
responden yang berada pada tahap
digunakan adalah kuesioner yang berisi
kontemplasi.
(1) Pengetahuan (2) Demografi,
Pada penelitian ini juga
meliputi usia, jenis kelamin, asal
menggunakan konsep TTM dengan
fakultas, asal daerah, jumlah uang saku
tujuan mengetahui profil tingkatan
dalam sebulan (3) Profil terkait
motivasi berhenti merokok pada
merokok, meliputi jumlah teman yang
mahasiswa berdasarkan TTM yang
merokok (sedikit/beberapa/banyak),
nantinya dapat dijadikan pertimbangan
keberadaan perokok di tempat tinggal
dalam menentukan strategi promosi
responden (ada/tidak), frekuensi
kesehatan untuk berhenti merokok.
merokok (setiap hari/ beberapa hari

dalam seminggu/ pada saat tertentu),


rata-rata jumlah rokok per hari dan lingkungan, pergaulan, intensitas

pengeluaran untuk merokok dalam merokok, dan pengeluaran untuk

sehari (total uang yang dikeluarkan merokok. Bagian B berisi tentang

untuk membeli rokok), serta (4) Tingkat pengetahuan merokok, untuk menguji

motivasi berhenti merokok. sejauh mana responden paham

Berdasarkan tingkatan motivasi untuk mengenai bahaya yang ditimbulkan dari

berhenti merokok, responden merokok. Bagian C berisi pertanyaan

digolongkan menjadi 5, yaitu (1) Pra- yang mengacu pada kondisi responden

kontemplasi, (2) Kontemplasi, (3) sedang pada tahap mana untuk berhenti

Persiapan, (4) Aksi, dan (5) merokok.

Pemeliharaan. Analisis Data

Teknik Sampling
Analisis data deskriptif dengan

Teknik sampling yang menyajikan frekuensi dan presentase

digunakan adalah accidental sampling, setiap tingkatan motivasi berdasarkan

yaitu peneliti melakukan survei kepada TTM, dilakukan menggunakan software

mahasiswa perokok usia 17-25 tahun SPSS.

yang ditemui di Kampus B Universitas


HASIL DAN PEMBAHASAN
Airlangga.
Respons rate (RR) sebesar 97%
Instrumen Penelitian
dari total 167 calon responden.
Instrumen penelitian berupa
Karakteristik populasi sasaran
kuesioner yang berisi 3 bagian
ditunjukkan pada Tabel 1. Sejumlah
pertanyaan. Bagian A berisi tentang
88,9% responden masih berstatus
kondisi yang menyebabkan responden
sebagai perokok aktif. Sebagian besar
menjadi perokok, baik dari segi
dari responden memiliki banyak teman untuk merokok, maka semakin tinggi

perokok (92,6%) dan persentase motivasi berhenti merokok. Semakin

perokok di tempat tinggal responden sedikit jumlah pemakaian rokok perhari,

sebesar 77,2%. Tingkat pengetahuan maka semakin tinggi motivasi untuk

responden dinilai dengan rentang total berhenti merokok. Hal ini dapat dilihat

skor 1-10 dan diperoleh rata-rata skor dari adanya korelasi rendah dan

5,95 dengan hasil analisis pada Tabel 2, bermakna antara pengeluaran untuk

serta motivasi berhenti merokok dengan merokok dengan motivasi berhenti

persentase tertinggi yaitu pada tahap merokok r(162) = -0,339, p = 0,000,

kontemplasi sebanyak 62 reponden serta korelasi sedang dan bermakna

(38,9%). Tabel 3 menunjukkan antara jumlah batang rokok perhari

hubungan masing-masing variabel dengan motivasi berhenti merokok

terhadap motivasi untuk berhenti r(162) = -0,477, p = 0,000. Intensitas

merokok. Dari data analisis demografi merokok berpengaruh secara signifikan

pada populasi sasaran, variabel uang terhadap motivasi berhenti merokok.

saku bulanan (p = 0,416), jumlah teman Semakin rendah intensitas merokoknya,

yang merokok (p = 0,734), dan maka semakin tinggi motivasi berhenti

keberadaan perokok di tempat tinggal merokok p= 0,000.

responden (p= 0,506) menunjukkan Pengaruh tingkat pengetahuan

tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap motivasi berhenti merokok

terhadap tingkat motivasi berhenti juga dianalisis. Dari data tersebut,

merokok. diperoleh hasil skor pengetahuan tidak

Berdasarkan hasil penelitian ini, berpengaruh secara signifikan (p=

semakin rendah pengeluaran seseorang 0,085) terhadap motivasi berhenti


merokok dengan 5 kategori. Hal ini menggunakan studi cohort dengan

dimungkinkan karena jumlah kategori jumlah 760 responden. Diperoleh hasil

terlalu banyak dan jumlah sampel tidak motivasi berhenti merokok tertinggi

mencukupi, sehingga dilakukan pada tahap kontemplasi, yaitu sebesar

penyederhanaan pada kategori motivasi 68% (Pickett and Bains, 1998). Serupa

berhenti merokok menjadi 3 kategori dengan penelitian tersebut, dari hasil

sebagai berikut: (1) Pra-kontemplasi, survei ini diperoleh persentase tertinggi

(2) Kontemplasi dan persiapan, (3) Aksi motivasi berhemti merokok pada tahap

dan pemeliharaan. Diperoleh hasil skor kontemplasi, sebesar 38,9%. Responden

pengetahuan berpengaruh secara yang berada di tahap ini masih berstatus

signifikan terhadap motivasi berhenti sebagai perokok aktif, tetapi sudah

merokok (p= 0,021). Oleh karena itu, ingin berhenti merokok dalam 6 bulan

salah satu upaya meningkatkan motivasi ke depan, sehingga masih memiliki

berhenti merokok dapat dilakukan kecenderungan untuk membatalkan

dengan meningkatkan pengetahuan keinginan mereka berhenti merokok.

perokok tentang bahaya merokok serta Padahal mereka masih berpeluang

cara berhenti merokok melalui kegiatan untuk menderita penyakit akibat

promosi kesehatan. merokok (Pickett and Bains, 1998).

Promosi kesehatan ini Dalam melakukan promosi

memerlukan strategi yang sesuai kesehatan ada beberapa strategi yang

dengan kondisi populasi, sasaran yang dapat dilakukan, yaitu strategi stages

didasarkan pada motivasi berhenti based intervention dan strategi non

merokok. Terdapat penelitian serupa di stages based intervention. Strategi

Ontario bagian Timur, Kanada, yang stages based intervention lebih


berpengaruh daripada menggunakan mengatasinya, serta menyibukkan diri.

strategi non stages based intervention Untuk tahap pemeliharaan, maka harus

(Cahill, 2010). Strategi promosi mengontrol diri agar tidak merokok dan

kesehatan yang dapat digunakan untuk hidup bebas rokok (Canadian Cancer

perokok pada tahap pra-kontemplasi Society, 2013).

dan kontemplasi adalah dengan Peran Apoteker yang dapat

mengedukasi bahaya merokok, dilakukan adalah dengan mengadakan

pertimbangan biaya yang dikeluarkan program promosi kesehatan. Program

untuk rokok, dan manfaat dari berhenti promosi kesehatan yang sesuai dengan

merokok. Untuk perokok pada tahap responden pada tahap kontemplasi

persiapan dapat difasilitasi dengan cara adalah mengadakan penyuluhan tentang

membuat orang tersebut paham alasan bahaya merokok dan pemberian

untuk berhenti merokok, mengedukasi informasi mengenai adanya NRT.

tentang adanya NRT, petunjuk untuk Diharapkan perokok pada tahap ini

berhenti (booklet, aplikasi HP), semakin bertekad untuk berhenti

menetapkan jadwal untuk berhenti merokok setelah penyuluhan. Selain itu,

merokok. Bagi perokok pada tahap aksi, untuk membantu para perokok berhenti

maka sebaiknya menghindari perokok merokok, apoteker dapat menjelaskan

lain, meminta dukungan dari orang cara-cara berhenti merokok dan

sekitar, mengetahui efek yang terjadi memberi solusi jika mengalami

saat berhenti merokok dan cara kesulitan berhenti merokok.


Tabel 1 demografi

Variabel n (%) Variabel n (%)


Jenis Kelamin Keberadaan Perokok di Tempat
Laki-laki 158 (97,5%) Tinggal
Perempuan 4 (2,5%) Ya 125 (77,2%)
Tidak 37 (22,8%)
Usia Intensitas Merokok
Rentang = 17-25 tahun Setiap hari 96 (59,3%)
Rata-rata = 21 tahun Beberapa hari dalam seminggu 24 (14,8%)
Pada saat tertentu 42 (25,9%)
Uang saku Status Merokok
< 1 juta/bulan 62 (38,3%) Ya 144 (88,9%)
1 juta-2 juta/bulan 81 (50,0%) Pernah ( stop 6 bulan) 11 (6,8%)
2 juta-5 juta/bulan 19 (17,7%) Pernah (stop > 6 bulan) 7 (4,3%)
Pengeluaran untuk Pengetahuan
merokok Rentang skor 1-10
≤Rp10.000 60 (37%) Rata-rata 5,95
Rp11.000-Rp20.000 66 (40,7%)
Rp21.000-Rp30.000 17 (10,5%) Jumlah Teman Perokok
Rp31.000-Rp40.000 5 (3,1%) Banyak 150(92,6%)
Rp41.000-Rp50.000 10 (6,2%) Beberapa 11(6,8%)
>Rp50.000 4 (2,5%) Sedikit 1(2,6%)

Jumlah rokok per hari Motivasi Berhenti Merokok*


≤10 101 (62,3%) Pre-Contemplation 46 (28,4%)
11-20 48 (29,6%) Contemplation 63 (38,9%)
21-30 9 (5,6%) Preparation 41 (25,3%)
31-40 3 (1,79%) Action 6 (3,2%)
>40 1 (0,6%) Maintenance 6 (3,2%)

Tabel 2. Profil Pengetahuan tentang Bahaya Merokok dan Smoking Cessation

Jawaban
Pernyataan
Benar Salah
Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung 136 (83,957%) 26 (16,04%)
Rokok dapat menyebabkan penyakit Diabetes
60 (37,04%) 102 (62,96%)
Mellitus
Rokok dapat menyebabkan penyakit kanker 142 (87,65%) 20 (12,35%)
Kebiasaan merokok mempunyai faktor risiko
66 (40,74%) 96 (59,25%)
terhadap penyakit katarak
Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok,
tetapi menghirup asap rokok dari orang yang 149 (91,97%) 13 (8,02%)
merokok di sekitarnya.
Jawaban
Pernyataan
Benar Salah
Perokok aktif memiliki risiko penyakit lebih besar
82 (50,62%) 80 (49,38%)
daripada perokok pasif
Zat yang terkandung dalam rokok salah satunya
156 (96,29%) 6 (3,71%)
adalah nikotin dan tar
Nikotin adalah zat yang menyebabkan kanker
43 (25,54%) 119 (73,46%)
(karsinogenik)
Tar adalah zat bersifat adiktif yang dapat
46 (28,39%) 116 (71,61%)
menyebabkan ketergantungan
Terdapat terapi pengganti nikotin dalam bentuk patch
84 (51,85%) 78 (48,15%)
(koyo)
Keterangan: Benar=sesuai kunci jawaban; salah=tidak sesuai kunci jawaban

Tabel 3. Analisis Hubungan Variabel dengan Motivasi Berhenti Merokok


Variabel Motivasi Berhenti Merokok
P R
PC C P A M
Uang Saku 1-2 juta/bln 1-2 juta/bln 1-2 1-2 <1
0,416(1) -
juta/bln juta/bln juta/bln
Pengeluaran untuk -
20.000 16.500 15.000 7.500 0 0,000*(1)
Merokok 0,339
Jumlah Batang -
12 8 5 1,5 1 0,000*(1)
Rokok perhari 0,477
Jumlah Teman
-
Merokok 46 (28,40) 63 (38,59) 39(24,07) 8 (4,92) 6 (3,71) 0,734(2)
Keberadaan
Perokok di Tempat -
(2)
Tinggal 65 (28,4) 63 (38,8) 39 (14,1) 8 (4,0) 6 (3,7) 0,506
Intensitas
0,000*(2)
Merokok: 46 (28,39) 63 (38,88) 39 (24,06) 8 (4,92) 6 (3,71)
Rata-rata skor 0,085(2)
5,5 6,1 6,0 6,8 6,5
Pengetahuan (0,021#)(2)
(1)=Uji beda dilakukan menggunakan Kruskal-Wallis Test

(2)=Uji beda dilakukan menggunakan Chi Square Test

uji korelasi dilakukan menggunakan Spearman Correlation, Uji; P= nilai signifikansi, r:

nilai koefisien korelasi

* Berpengaruh signifikan (p<0,05) ; #analisis hubungan skor pengetahuan dengan motivasi 3

kategori yaitu Pre Contemplation; Contemplation+Preparation; Action+Maintenance


KESIMPULAN jumlah batang rokok yang dikonsumsi

perhari, intensitas merokok, dan


Motivasi untuk berhenti merokok
pengetahuan terhadap 3 kategori
dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
berpengaruh secara signifikan terhadap
faktor. Berdasarkan hasil penelitian ini,
motivasi berhenti merokok. Dengan
didapatkan bahwa uang saku bulanan,
mengetahui faktor-faktor yang
jumlah teman yang merokok, dan
berpengaruh secara signifikan, maka
keberadaan perokok di tempat tinggal
promosi kesehatan yang dapat dilakukan
responden merupakan faktor yang tidak
adalah mengadakan penyuluhan tentang
berpengaruh secara signifikan terhadap
bahaya merokok dan pemberian informasi
motivasi untuk berhenti merokok. Faktor
mengenai adanya NRT.
lain, seperti pengeluaran untuk merokok,
DAFTAR PUSTAKA

Ardita, H. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berhenti Merokok Pada

Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015.

Universitas Muhammadiyah : Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, halaman 89.

Cahil, K., Lancaster, T. and Green, N. 2010. Stage-based interventions for smoking cessation

(Review). Halaman 11.

CDC. 2014. Smoking and diabetes. Available at : www.cdc.gov/tips

CDC. 2018. What Are the Risk Factors for Lung Cancer. Available at : www.cdc.gov/tips

Diclemente, C., Prochaska, J. O. and Marden Velasquez, M. 1991. The Process of Smoking

Cessation: An Analysis of Precontemplation, Contemplation, and Preparation Stages of

Change NIAAA Career Development Award: Within-and Post-Session Change

Mechanisms in Treatment for Alcohol Use Disorders View project. Article in Journal

of Consulting and Clinical Psychology, 59(2), halaman 295–304

Eissenberg, T. dan Shihadeh, A. 2009. Waterpipe Tobacco and Cigarette Smoking. American

Journal of Preventive Medicine. Elsevier Inc., 37(6), halaman 518–523.

Etter, J.-F. dan Sutton, S. 2002. Assessing “stage of change” in current and former smokers,

Addiction, halaman 97

Helen, G. St, Neal L Benowitz, Katherine M Dains, Christopher Havel, Margaret Peng, and

Peyton Jacob. 2015. Nicotine and Carcinogen Exposure After Water Pipe Smoking in
Hookah Bars, 23(6), halaman 1055–1066. EPI-13-0939

Jacob, Peyton, ahmad H. Abu Raddaha, Delia dempsey, Cristopher H, Margaret Peng, Lisa

Yu, and Neal L. Benowitz. 2014. Comparison of Nicotine and Carcinogen Exposure

with Waterpipe and Cigarette Smoking, (415), halaman 1–13.EPI-12-1422

Kementerian Kesehatan RI. 2015. InfoDATIN. Pusat data dan informasi kementrian

kesehatan RI

Layoun, Nelly, Nadine saleh, Bernaderre Barbour, sanas Awada, Samar Rachidi, Wafa

Bawab, Mirna Waked, Ama; Al Hajje, and Pascale Salameh. 2014. Waterpipe Effects

on Pulmonary Function and Cardiovascular Indices: A Comparison to Cigarette

Smoking in Real Life Situation. Inhalation Toxicology, 26(10), halaman 620–627

Pickett, W. dan Bains, N. 1998. Staging of adult smokers according to the transtheoretical

model of behavioural change: analysis of an Eastern Ontario cohort. Canadian Journal

of Public Health, 89 (1 PG-37-42 6p). Available at:

http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=cin20&AN=107210532&site=

ehost-live NS -.

Prochaska, J. O. dan DiClemente, C. 1984. The Transtheoritical Approach: Crossing

Traditional Boundaries of Therapy. Dow Jones-Irwin

Raad, D., Dany Raad, MD, Swarna Gaddam , MBBS, MPH, Holger J. Schunemann,

MD, PhD, FCCP Jihad Irani , MD, MPH., Philippe Abou Jaoude , MD., Roland

Honeine , MD and Elie A. Akl, MD, PhD, MPH. 2011. Effects of Water-Pipe

Smoking on Lung Function, Chest. The American College of Chest Physicians, 139(4),

halaman764–774.
Raju, P., R George, S Ve Ramesh, H Arvind, M Baskaran, L Vijaya. 2006. Influence of

tobacco use on cataract development, British Journal of Ophthalmology, 90(11),

halaman 1374–1377.

Rau, J. 2002. Respiratory Care Pharmacology. 6th edn. New York: Mosby Inc.

Sieminska, A., Krzysztof Buczkowski, Ewa Jassem, Katarzyna Lewandowska, Romana

Ucinska, and Marta Chelminska. 2008. Patterns of motivations and ways of quitting

smoking among Polish smokers: A questionnaire study. BMC Public Health, 8,

halaman 1–9.

Velicer, W. F., James O. P and Jeffrey M Bellis. 1993. An Expert System Intervention for

Smoking Cessation’, Addictive Behaviors. 18, halaman 269–290.

Velicer, W. F, Gregory J. N., Joseph L. Fava and james O. P. 1999. Testing 40 Predictions

From the Transtheoretical Model. Addictive Behaviors, halaman 24.

WHO. 2015. WHO Global Report On Trends In Prevalence Of Tobacco Smoking 2015’,

WHO Magazine. Available at:

www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html

WHO. 2016. Diabetes Country Profile Indonesia’, WHO, 48(6), halaman 18882A–18882B.

WHO. 2018. Heart Disease And Stroke Are The Commonest Ways By Which Tobacco Kills

People. Available at: http://www.searo.who.int/tobacco/data/ino_rtc_reports,.

Anda mungkin juga menyukai