Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AGAMA

FUNGSI DAN HIKMAH AGAMA

Disusun Oleh :

1. INTAN SURYANI (201401136)


2. RUCHUS ADHI PRADANA (201401137)
3. AKHIYAT FATAH (201401138)

ID – S1 Keperawatan

Stikes Bina Sehat PPNI

2014
KATA PENGANTAR

‫ه‬ ‫ة اللهه وك ب ككر ك‬


‫كاَ ت ه ه‬ ‫م ه‬
‫ح ك‬ ‫م ع كل كي حك ه ح‬
‫م وككر ح‬ ‫كال س‬
‫سل ك ه‬
Puji dan syukur tidak lupa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fungsi &
Hikmah Agama.
Makalah ini adalah sebagai bahan diskusi kelompok yang akan penilis presentasikan agar
pembaca dapat memahami betapa pentingnya fungsi dan hikmah agama di dalam
kehidupan agar manusia dapat memahami pentingnya dalam kehidupan manusia.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut serta
dalam mewujudkan kehadiran makalah ini,kepada
1. Bapak ,
2. Orang tua penulis, serta
3. Teman-teman yang telah mendukung.
Tentu nya dalam penulisan ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki.
Untuk itu, saran dan kritk dari pembaca sangat penulis harapkan.

Mojokerto, 27 November 2014

(Penulis)

HIKMAH & FUNGSI AGAMA


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. TUJUAN PENULISAN
C. RUMUSAN PENULISAN
D. NETODE PENULISAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 2 PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AGAMA SECARA UMUM

B. HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA


C. ANALISIS FUNGSI AGAMA
D. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN INDIVIDU
E. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
F. BEBERAPA NILAI DAN FUNGSI AGAMA
G. HIKMAH AGAMA

BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

HIKMAH & FUNGSI AGAMA


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini semakin disadari bahwa perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat


semakin cepat terjadi. Agama sebagai fenomena sosial merupakan bagian dari
masyarakat yang terkena arus perubahan ini. Doktrin agama memiliki horizon yang
luas, doktrin itu menjadi sumber nilai bagi pembentukan kepribadian, ideologi bagi
gerakan sosial dan perekat hubungan sosial.
Doktrin agama manapun yang dianut oleh komunitas mana pun dibelahan dunia ini
mengajarkan kepada pemeluknya untuk menjadi manusia yang baik, manusia yang
jujur, manusia yang memiliki kasih sayang, mencintai kedamaian dan membenci
kekerasan.
Kendati demikian tetap saja muncul anomali-anomali dalam mengaplikasikan nilai-
nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terjadinya anomali bisa disebabkan
oleh faktor-faktor kepribadian seseorang. Bisa karenaketerbatasan ilmu yang
dimilikinya, karena sentimen terhadap hal-hal tertentu atau karena sempitnya
pemahaman terhadap nilai-nilai humanis agama yang dianutnya. Yang menjadi
pertanyaan apakah penyimpangan atau anomali-anomali tersebut disebabkan oleh
faktor kekuasaan dan politik atau faktor lainnya.
Ditengah perkembangan dunia yang semakin global dan sekuler, persoalan agama dan
penghayatan iman digugat maknanya, karena banyak sekali perilaku masyarakat yang
tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
fungsi agama bagi kehidupan masyarakat

Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena manusia berbeda
dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai
dengan etika dan nilai – nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya,
lingkungan, dan ajaran agama yang di anutnya. Nilai – nilai dan norma – norma yang
memberikan arah dan makna bagi manusia dalam bertindak ialah agama.
Seorang sosiolog agama bernama Elizabeth K. Nottingham berpendapat bahwa agama
bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi melainkan melalui deskripsi

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 1


(penggambaran). Tak ada satu pun definisi tentang agama yang benar – benar
memuaskan.
Menurut gambara Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering
“terdapat dimana –mana”, dan agama berkaitan dengan usaha – usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam
semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling
sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju keada
adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya
dalam masalah – masalah kehidupan sehari – hari di dunia (Elizabeth K. Nottingham,
1985: 3-4).
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat Adikordrati
(Supernatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan
yang luas. Agama memiliki nilai – nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per
orang maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu
agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari – hari. Dengan demikian secara
psikologis, agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif
ekstrinsik (luar diri). Agama memang unik, sehingga sulit didefinisikan secara tepat
dan memuaskan.
Dilihat dari segi Agama dan Budaya yang masing – masing memiliki keeratan satu
sama lain, sering kali banyak di salah artikan oleh orang – orang yang belum
memahami bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi Budaya pada suatu
kehidupan.
Penulis masih sering menyaksikan adanya segelintir masyarakat yang mencampur
adukkan nilai – nilai Agama dengan nilai – nilai Budaya yang padahal kedua hal
tersebut tentu saja tidak dapat seratus persen disamakan, bahkan mungkin
berlawanan. Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai – nilai agama sekaligus
memberi pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan
Apa itu Budaya, yang tersusun berbentuk makalah dengan judul “Agama dan
Budaya”. Penulis berharap apa yang diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca
dalam mengaplikasikan serta dapat membandingkan antara Agama dan Budaya.

Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling
baik tidak
HIKMAH pernah
& FUNGSI AGAMA 2
membeda- bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang
diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam lain.
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama
dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia,
sangatlah membutuhkan agama. Dan sangatlah dibutuhkannya agama oleh manusia,
tidak saja di masa primitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi
juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah sedemikian maju.
Dimensi Agama yang telah dikonsepsikan manusia adalah: adanya kepercayaan
kepada Sang Pencipta, Adanya wahyu asli, dogma teologi, yakin tentang adanya
supranatural, adanya proses evolusi.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apakah pengertian dari agama.


2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan agamanya.
3. Untuk mengetahui bagaimana fungsi agama bagi masyarakat serta analisisnya.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan individu.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat.
6. Menjelaskan nilai, fungsi, dan peran agama dalam kehidupan.
7. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan hikmah beragama.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari agama?


2. Bagaimana hubungan manusia dengan agamanya?
3. Bagaimana fungsi agama bagi masyarakat serta analisisnya?
4. Bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan individu?
5. Bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat?
6. Bagaimana nilai, peran, dan fungsi agama menurut islam?
7. Bagaimana sikap dan hikmah beragama?

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 3


D. METODE PENULISAN
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media
media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari
internet.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan
bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, , tujuan
penulisan, rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan
bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan fungsi, hikmah,
peran agama dengan manusia. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan & saran.

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 4


BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AGAMA SECARA UMUM


Dalam bahasa arab agama berasal dari kata ad-din , dalam bahasa latin, yaitu dari kata
religi, dan bahasa inggris Religion. Adalagi pendapat yang mengatakan bahwa agama
berarti teks atau kitab suci. Harun Nasution mengatakan bahwa asal kata religi adalah
Relegare yang mengandung arti mengumpulkan, membaca, mengikat.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan
Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi
dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan,
sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama:
berarti pedoman hidup yang kekal”.
Beberapa ahli sosiologi memberikan pendapat mereka tentang agama, yaitu :
a) Emile Durkheim
Agama merupakan sistem yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan
peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah benda-
benda yang terpisah dan terlarng. Kepercayaan-kepercayaan dan peribadatan-
peribadatan yang mempersatukan semua orang yang menganutnya ke dalam suatu
komunitas moral yang disebut gereja.
b) Karl Marx
Marx beranggapan bahwa agama adalah “candu masyarakat” yang mengelabuhi
kesadaran manusia. Manusia seharusnya bekerja dan hidup untuk kebutuhan yang
dirasakanya saat ini, yakni “kesejahteraan ekonomi”.
c) Frans Dahler
Agama merupakan hubungan manusia dengan kekuasaan yang suci dimana
kekuasaan yang suci tersebut lebih tinggi dari manusia.
d) WJS. Poerwadarminta
Agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya) serta
dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu.

Agama Sanskerta, a = tidak; gama = kacau artinya tidak kacau; atau adanya
HIKMAH & FUNGSI AGAMA 5
keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio dari
religere, Latin artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi
agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan
hubungannya dengan Ilahi.
Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam
diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan
berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem
sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau
pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut
dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung datang dari Ilahi
agar manusia mentaatinya.
a) Agama ialah sikon manusia yang percaya adanya tuhan, dewa, Ilahi; dan manusia
yang percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta
melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut
b) Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu
Yang Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta;
cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan
masyarakat yang menganutnya atau penganutnya.
c) Agama ialah percaya adanya tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya.
Hukum-hukum tuhan tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-
utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh
tuhan sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum
keagamaan diturunkan tuhan kepada manusia untuk kebahagiaan hidup manusia
di dunia dan akhirat.
Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah
Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan
kehidupan kepada manusia; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus secara
pribadi dan bersama yang ditujukan kepada Ilahi.

B. HUBUNGAN
HIKMAH MANUSIA DAN AGAMA
& FUNGSI AGAMA 6
Dalam masyarakat sederhana banyak pristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar
manusia dan di dalam diri manusia ,tetapi tidak di pahami oleh mereka. Yang tidak di
pahami itu di masukan ke dalam kategori gaib.karena banyak hal atau pristiwa gaib
ini menurut pendapat mereka,mereka merasakan hidup di kehidupan yang penuh ke
gaiban.menghadapi pristiwa gaib ini mereka merasa lemah dan tidak berdaya untuk
menguatkan diri mereka mencari perlindungan pada kekuatan dewa atau tuhan
(Mohammad Daud Ali,2011).
Akan tetapi di dunia bagian barat pernah ada pemikiran August Comte melalui
bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang
sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2)
tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat
positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui
sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran
manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia
masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme
(Mohammad Daud Ali,2011).
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan
agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis
dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali
kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali
pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia
pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud
(Mohammad Daud Ali,2011).
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar
berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat
mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan
dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia
sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal
ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang
terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an,
HIKMAH & FUNGSI AGAMA 7
menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia

C. ANALISIS FUNGSI AGAMA


Banyak ahli telah mengemukakan gagasan mereka tentang bagaimana sebenarnya
fungsi agama bagi kehidupan masyarakat. Seperti misalnya Durkheim yang
mengungkapkan bahwa sasaran-sasaran keagamaan adalah lambang-lambang
masyarakat, kesakralannya bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh
masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah
mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Seorang sosiolog lain, Radcliffe-Brown mengungkapkan bahwa berbagai peribadatan
memiliki fungsi sosial tertentu ketika, dan sampai batas tertentu. Peribadatan-
peribadatan itu berfungsi untuk mengatur, memperkokoh dan mentransmisikan
berbagai sentimen dari satu generasi kepada generasi lainnya, juga sebagai tempat
bergantung bagi terbentuknya aturan masyarakat yang bersangkutan.
Sementara secara umum fungsi dari agama dalam masyarakat antara lain adalah
1) Fungsi Edukatif
Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan
melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar,
dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-
masing.
2) Fungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat.
Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan
kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu).
Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat
agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa
diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan)
sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana
keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka
dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-
agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana
keselamatan
HIKMAH Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai8dengan
& FUNGSI AGAMA
terbuka dan jujur serta setara.
3) Fungsi Perdamaian
Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa
mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta
dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
4) Fungsi Kontrol Sosial
Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah
sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan
kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri
menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
5) Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas
Bila fungsi solidaritas ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan
yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan
masyarakat) yang tertib. Menggunakan istilah Habermas, perjuangan kita
sekarang bukanlah satu melawan yang lain (fight against) dalam kemajemukan
sistem nilai itu, melainkan perjuangan bersama untuk (fight for) menemukan
sistem nilai yang melengkapi.
6) Fungsi Pembaharuan
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus
menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7) Fungsi Kreatif
Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat
beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga
bagi orang lain.
Analisis lain secara sosiologis terkait dengan fungsi agama adalah :
1) Agama sebagai bagian dari kebudayaan
Dari sudut pandang fenomenologis, agama dapat dipandang sebagai
pengalaman “sui generis” yang tidak dapat direduksikan dalam telaah ilmiah
obyektif. Dalam pandangan Rudolf Otto misalnya, hidup keagamaan itu
dilukiskan sebagai pengalaman “mysterium tremendum et fascinosum” yang
mengerakkan pemeluk agama untuk hormat bakti kepada ilahi. Dari sudut
pandang
HIKMAH & 9 sebagai
sosiologis, misalnya menurut Peter Berger, agama dilukiskan
FUNGSI AGAMA
kegiatan manusia dalam rangka kepercayaanya kepada illahi. Namun secara
sosiologis masyarakat dipandang selalu sebagai produk dari kegiatanya sendiri.
Dalam kegiatan ini terjadilah proses yang oleh Bergerdisebut sebagai
“eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi terus menerus”.
Kegiatan masyarakat sebetulnya adalah menata dirinya sendiri, menciptakan
keteraturan dari pengalaman-pengalaman hidup bersamanya dan membangun
dunianya. Aktifitas semacam ini disebut nomisasi (nomos artinya hukum, tata
tertib dan penataan makna). Dalam lingkup keagamaan, diciptakanlah secara
khusus tata tertib yang dipahami maknanya dan diinternalisasikan. Agama
menciptakan semacam kosmos keramat dimana masyarakat religious hidup
terlindungi dalam keteraturan puncak. Dalam kosmos keramat ini pula, manusia
dibebaskan dari rasa cemas karena kekacauan anomik (tanpa nomos), yakni tanpa
hukum dan peraturan yang menyatukan mereka. Anomik kata Berger merupakan
ancaman manusia terus-menerus. Dengan demikian agama dipandang sebagai
lembaga yang amat penting.
Akan tetapi, dalam suatu masyarakat dengan kegiatan yang amat kompleks,
agama sebenarnya hanyalah salah satu unsur dari sistem kebudayaan, disamping
ekonomi, ilmu dan tekhnologi, sistem sosial politik dan kesenian. Memang bisa
saja agama menjadi dominan dan menentukan konfigurasi dari unsur-unsur lain,
seperti misalnya Kristianisme di Eropa pada abad pertengahan. Dalam msyarakat
seperti itu memang segala kegiatan lainya seolah-olah harus dirujuk pada
pertimbangan dan persetujuan agama.

2) Agama, Teologi, Dan Kehidupan Bersama


Konflik bernuansa agama yang terjadi di Maluku dan Poso amat
memprihatinkan dan merupakan ironi yang sulit untuk dipahami. Orang mungkin
berdalih untuk menginkari adanya hubungan antara agama dan kekerasan, tapi
dalih atau keterangan semacam itu tidak cukup menghibur ataupun memberi
pemecahan yang kita harapkan.Agama-agama primitif beranggapan bahwa
kekerasan dan penderitaan berasal dari Tuhan sebagai hukuman.Dalam
pandangan semacam ini mudah ditarik logika bahwa pengikut agama merasa
berhak pula menimpakan hukuman itu kepada lawan-lawanya. Tentu saja
pandangan yang demikian ini, khususnya dalam masyarakat pluralamat
membahayakan
HIKMAH 10
keutuhan sosial. Barangkali lebih baik diakui bahwa kehidupan
& FUNGSI AGAMA
keagamaan kita, khususnya dimensi sosialnya memang belum dewasa dan teologi
masih harus mengolah masalah ini. Sebenarnya dalam kehidupan masyarakat saat
ini agama berfungsi untuk menegakkan perdamaian terutama perdamaian antar
agama.
Dalam perspektif inilah kiranya teologi perlu dibicarakan karena teologi
merupakan refleksi atas kehidupan beriman, kehidupan beragama yang
benar. Maka pendidikan teologi yang berfungsi merefleksikan kiprah dan peran
agama dalam masyarakat dan kiranya harus menjadi agenda untuk semua
agama. Selanjutnya perlu diadakan pendekatan antara teologi-teologi agama yang
berbeda-beda.

D. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN INDIVIDU

1) Agama Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan


Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu. Sistem
nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai ini
dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini
dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi, pendidikan, dan masyarakat (Meredith
B. Mc. Guire, 1981: 24).
Selanjutnya, tulis Mc. Guire, berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh
seorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak itu
perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam membentuk identitas
seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari – hari, bagaimana sikap,
penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan tertentu. Menurut pandangan Mc. Guire, dalam membentuk sistem nilai
dalam diri individu adalah agama.
Menurut Mc. Quire system nilai yang berdasarkan agama dapat memberi pedoman
bagi individu dan masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam bentuk keabsahan dan
pembenaran dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Elizabeth K. Nottingham, mengatakan bahwa setiap individu tumbuh menjadi
dewasa memerlukan suatu system nilai sebagai tuntunan umum untuk
mengarahkan aktivitas dalam masyarakat yang berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembagan kepribadianya. Dengan mempedomani system nilai maka kesusilaan
akan&terjaga
HIKMAH FUNGSInamun 11
AGAMAnilai tersebut tidak akan berfungsi tanpa melalui pendidikan.
Dalam pendidikan Islam ada tiga bentuk proses pedidikan yaitu:
a. Transfer of knowledge; ilmu pengetahuan agama dimiliki pendidik
dipindahkan ( transfer ) kepada peserta didik.
b. Transformation of knowledge; ilmu pengetahuan agama yang diberikan oleh
pendidik dikembangkan ( Transformatio )noleh peserta didik, dan
c. Internalisation of values, nilai – nilai yang terkandung / terdapat pada
pengetahuan agama ditanamkan ( internalitation ) oleh pendidik kepada
peserta didik. St. Hafi Anshori mengatakan bahwa manusia memang
membutuhkan suatu stuasi yang menjaga atau menjamin berlangsungnya
ketertiban dalam kehidupan moral dan social, dan agama dapat berfungsi
sebagai institusi semacam itu. Motivasi keagamaan yang mereka lahirkan
lewat tingkah laku keagamaannya kesusilaan dan tata tertib dalam masyarakat.
2) Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Frustasi
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan fisik
seperti makanan, pakaian, istirahat, dan seksual, sampai kebutuhan psikis, seperti
keamanan,, ketentraman, per-sahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. Menurut
Sarlito Wiraman Sarwono, apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi
ketidak-seimbangan, yakni antara kebutuhan dan pemenuhan, maka akan
menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau keadaan inilah
yang disebut frustasi.
Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan
tingkah laku kagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah
laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Kebutuhan – kebutuhan
manusia pada hakikatnya diarahkan kepada kebutuhan duniawi, seperti kebutuhan
fisik ( pangan, sandang, papan, seks, dan sebagainya ) kebutuhan psikis
( kehormatan, penghargaan, perlindungan dan sebagainya ). Untuk itu ia
melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah – hal tersebut yang
melahirkan tingkah laku keagamaan.

3) Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan


Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk
mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Untuk mengatasi
ketakutan sepert diatas, psikologi sebagai ilmu empiris, terbentur masalah
kesulitan.
HIKMAH Soalnya
& FUNGSI AGAMAbentuk ketakutan tanpa obyek hampir tidak bisa diteliti12
secara
positif-empiris, karena ketakutan tersebut biasanya tersembunyi dalam gejala –
gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari ketakutan, misalnya
dalam bentuk gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung, dan takut
mati. Timbulnya motivasi agama salah satunya karena adanya rasa takut. Lihatlah
misalnya disaat terjadi musibah gempa bumi, tsunami, dan sebagainya orang
berduyun – duyun pergi ke rumah ibadah minta pertolongan dan perlindungan
kepada Yang Mahakuasa.
4) Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampunmemberi jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh
kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh
keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat
menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah – tengah alam semesta
ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat
mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan
manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya
setelah mati.
Dipandang dari segi psikologis dapat dikatakan bahwa agama memberi sumbangan
istimewa kepada manusia dengan mengarahkannya kepada Tuhan. Dengan
demikian, agama dapat menjadikan manusai merasa aman dalam hidupnya.
Kesadaran akan keadaan itu jelas melahirkan adanya tingkah laku keagamaan.

5) Agama sebagai pembentuk kata hati (conscienci)


Kata hati menurut Erich Fromm adalah panggilan kembali manusia kepada dirinya
(Erich Fromm, 1988: 110). Shaftesbury mengasumsikan kata hati sebagai suatu
rasa moral di dalam diri manusia berupa rasa benar dan salah, suatu reaksi
emosional yang didasarkan atas fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya sendiri
dalam mengatur keharmonisan dirinya dengan tatanan kosmik (Erich Fromm: 11).
Boeh dikatakan, filsafat skolastik (agama) lebih tegas mengatakan kata hati sebgai
kesadaran akan prinsip – prinsip moral (Erich Fromm: 111).
Erich Fromm membagi kata hati menjadi menjadi dua, diantaranya:
a. Kata hati otoritarian; dibentuk oleh pengaruh luar
b. Kata hati humanistik; bersumber dari dalam diri sendiri
pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam
kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah: hidayat al-Ghariziyyat (naluriah),
HIKMAH &hidayat 13 al-
al-Hissiyyat (inderawi), hidayat al-Aqliyat (nalar), dan hidayat
FUNGSI AGAMA
Diniyyat (agama). Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi
fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah
memberi bimbingan kepada potensi yang dimilikinya itu. Dengan demikian,
jika potensi fitrah itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh
lingkungan maka akan terjadi keselarasan. Sebaliknya jika potensi itu
dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan oleh kondisi lingkungan,
maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri seseorang. Berdasarkan
pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah
memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa
puas.

E. FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk
berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu – ilmu sosial dikenal tiga
bentuk masyarakat, yaitu: masyarakat homogen, masyarakat majemuk, dan
masyarakat heterogen.
Terlepas dari penggolongan masyarakat tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk
dari adanya solidaritas dan konsensus. Solidaritas menjadi dasar terbentuknya
organisasi dalam masyarakat, sedangkan konsensus merupakan persetujuan bersama
terhadap nilai – nilai dan norma – norma yang memberikan arah dan makna bagi
kehidupan kelompok (Thomas E O’dea, 1985: 107).
Nilai – nilai dan norma – norma yang memberikan arah dan makna bagi
kehidupan masyarakat ialah agama. Masalah agama tak akan mungkin dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan
dalam kehidupan masyarakat.

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 16


F. BEBERAPA NILAI DAN FUNGSI AGAMA
1. Nilai Spiritual

Setiap orang mempunyai kebutuhan fundamental sesuai dengan fitrahnya


yang meniliki jasmani dan rohani, dan apabila dikaitkan dengan berbagai ragam
hubungan manusia dalam kehidupannya, di setiap hubungan tersebut ada
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, manusia dengan
manusia lain/masyarakat, dan manusia dengan dirinya sendiri. Untuk memenuhi
kebutuhan rohaninya manusia melaksanakan nilai spiritual dalam kehidupannya.
Nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang dianggap
mempunyai kekuatan sakral suci dan agung. Karena itu termasuk nilai
kerohanian, yang terletak dalam hati (bukan arti fisik), hati batiniyah mengatur
psikis. Hati adalah hakekat spiritual batiniah, inspirasi, kreativitas dan belas
kasih. Mata dan telinga hati merasakan lebih dalam realitas-realitas batiniah yang
tersembunyi di balik dunia material yang kompleks. Itulah pengetahuan spiritual.
Pemahaman spiritual adalah cahaya Tuhan ke dalam hati, bagaikan lampu yang
membantu kita untuk melihat (Robert Frager 2002: 70).
Bila dilihat tinggi rendahnya nilai-nilai yang ada, nilai spiritual merupakan
nilai yang tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa (Notonagoro, 1980). Dalam kehidupan sosial-budaya keterikatan seseorang
dihubungkan dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau kehidupan
beragama. Setiap orang akan selalu memiliki kekuatan yang melebihi manusia,
dalam pandangan orang beragama disebut sebagai Yang Maha Kuasa, Allah, Sang
Hyang Widi, Tuhan, God, Dewa, Yang Maha Pencipta, dan sebagainya. Manusia
sangat tergantung dan hormat pada kekuatan yang ada di luar dirinya, bahkan
memujanya untuk melindungi dirinya dan bila perlu rela mengorbankan apa saja
harta, jiwa/nyawa sebagai bukti kepatuhan dan ketundukan terhadap yang
memiliki kekuatan tersebut.
Begitu kuatnya keyakinan terhadap kekuatan spiritual sehingga ia
dianggapa sebagai kendali dalam memilih kehidupan yang baik dan atau yang
buruk. Bahkan menjadi penuntun bagi seseorang dalam melaksanakan perilaku
dan sifat dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 17


2. Nilai Kemanusiaan

Dalam menjalani kehidupannya, manusia dihadapkan pada berbagai macam


permasalahan hidup yang merupakan hakekat dari kehidupan itu sendiri. Selama
manusia itu hidup maka permasalahan hidup ini tidak akan pernah lepas dari
kehidupannya.
Yang dimaksudkan dengan permasalahan hidup di sini adalah segala
sesuatu yang perlu diatasi ataupun suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Berikut
ini adalah beberapa permasalahan hidup manusia yang bersifat universal, yaitu
dimanapun manusia itu ada maka permasalahan hidup ini sksn selalu ada.
Bagaimana cara menusia itu mengatasi permasalahan tersebut, misalnya dengan
mengambil hikmah, atau upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya itu, akan menunjukkan kualitas dari diri manusia sebagai sisi nilai
kemanusiaanya.
a) Cinta Kasih
Cinta kasih merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Setiap manusia/orang membutuhkan untuk mencintai dan dicintai,
sebagai kebutuhan yang fundamental. Apabila dikaitkan dengan berbagai
ragam hubungan manusia dalam kehidupannya, disetiap hubungan terdapat
aspek cinta. Ragam hubungan tersebut adalah antara manusia dengan
Pencipta (Tuhan), manusia dengan alam, manusia dengan manusia
lain/masyarakat, dan manusia dengan dirinya sendiri.
Menurut Erich Fromm, ada empat syarat utama yang harus dipenuhi untuk
mewujudkan cinta kasih, yaitu:
 Knowledge (pengenalan), dengan demikian yang bersangkutan akan
menerima sebagaimana adanya.
 Responsibility (tanggung jawab), yang mana masing-masing pihak
mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya.
 Care (pengasuhan, perhatian, perlindungan, saling peduli).
 Respect (saling menghormati).
Cinta kasih bisa dipahami dari beragam hubungan yang dijalin oleh subjek-
subjek yang mengadakan hubungan tersebut, yaitu:
Manusia dengan Sang Pencipta, disebut Agape. Bentuknya berupa:
pengabdian, pemujaan disertai kepasrahan.
Manusia dengan manusia lain, yang disebut:
HIKMAH & FUNGSI
Philia,AGAMA
jika bentuknya cinta persaudaraan atau persahabatan; 18
 Eros, jika cintanya menyangkut aspek ragawi;
 Amor, dalam aspek psikologis dan emosional.
Manusia dengan alam sekitar/lingkungan.Bentuk cinta kasihnya diwujudkan
dengan menjaga/melestarikan lingkungan, dengan menciptakan keserasian,
keselarasan, keseimbangan dengan alam/lingkungan. Sehingga dapat
diupayakan suatu kehidupan yang menyengangkan, bahagia dan sentosa.
Untuk memperjelas uraian tentang cinta kasih, berikut ini adalah bentuk-
bentuk cinta kasih yang antara lain adalah:
 Cinta terhadap Tuhan
Manusia makhluk ciptaan Tuhan. Bagaimana perwujudan rasa cinta
ditujukan kepada Tuhan, sebenarnya telah dikemukakan dalam kitab
suci yang memuat ajaran-ajaran yang bersifat religius. Salah satu
bentuk yang diajarkan adalah bagaimana kita menjalankan apa yang
Tuhan perintahkan dan menjauhkan apa yang dilarangNya,
sebagaimana yang dimuat dalam kitab suci tersebut. Rasa cinta
manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Oleh karena itu pemujaan kepada Tuhan dalam bentuk
ibadah kepadaNya dengan suatu ikhtiar yang disertai kepasrahan
merupakan inti dari kehidupan manusia. Mengapa hal itu dikatakan
demikian? Karena Tuhan adalah pencipta alam semesta, manusia
adalah bagian dari alam semesta yang tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan.
Selain itu kehidupan dunia adalah tidak abadi.Untuk mencapai
kehidupan yang kekal di akhirat dengan bahagia, tentunya manusia
harus mempersiapkan dirinya dahulu di dunia. Sebagaimana telah
dikemukakan diatas, yaitu dengan menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhkan laranganNya. Salah satu yang diperintahkan Tuhan
adalah memberikan cinta kasih terhadap sesama manusia termasuk
dirinya sendiri dan juga terhadap alam semesta.

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 19


 Cinta Persaudaraan
Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini
tanpa bantuan manusia atau makhluk lainnya. Selain itu, manusia juga
mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup alamiah yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan mendasar tersebut antara lain:
 Dorongan untuk mempertahankan hidup. Sebagai suatu kekuatan
biologi yang ada pada semua makhluk di dunia dan yang
menyebabkan mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi.
 Dorongan seksual. Dorongan yang timbul pada tiap individu normal
tanpa pengaruh pengetahuan, dan sebagai landasan biologis yang
mendorong manusia untuk meneruskan keturunannya.
 Dorongan untuk usaha mencari makan. Dorongan ini tidak perlu di
pelajari, dan sejak bayipun manusia sudah menunjukkan dorongan
untuk mencari makan, yaitu dengan mencari susu ibunya atau botol
susunya tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan.
 Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan manusia lain.
Sebagai landasan biologis dari kehidupan masyarakat manusia
sebagai makhluk kolektif.
 Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini
merupakan sumber dari adanya beraneka ragam kebudayaan
manusia. Dengan adanya dorongan ini, manusia mengembangkan
adat yang memaksanya membuat kesepakatan-kesepakatan dengan
manusia di sekitarnya.
 Dorongan untuk berbakti. Dorongan ada dalam naluri manusia
karena manusia adalah makhluk yang hidupnya kolektif. Sehingga
untuk dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi, ia
perlu landasan biologi untuk mengembangkan rasa altruistik, rasa
simpati, rasa cinta dan sebagainya, yang (mendukung)
memungkinkannya hidup bersama tersebut. Kalau dorongan ini
diekstensikan dari dorongan untuk berbakti sesama manusia, kepada
kekuatan-kekuatan yang oleh perasaannya dianggap berada di luar
kemampuan dirinya, maka akan timbul religi/agama.
 Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna-
warna, suara atau gerakan. Pada seorang bayi dorongan ini sudah

20
tampak pada gejala tertariknya seorang bayi kepada bentuk-bentuk
HIKMAH & FUNGSI AGAMA
dan warna-warna tertentu. Dorongan naluri ini merupakan landasan
dari suatu unsur penting dalam kebudayaan manusia yaitu kesenian
(Koentjaraningrat, 1990: 109-111).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi oleh dirinya
sendiri. Oleh karena itu ia membutuhkan orang lain untuk
memenuhinya. Artinya ia harus bekerjasama dan menjalin hubungan
yang baik dengan orang lain. Bagaimana agar dapat bekerjasama dan
terjalin hubungan yang baik, tentunya harus ditumbuhkan sikap
altruisme yang memperlihatkan rasa cinta kasih antara sesama manusia
yang saling membutuhkan itu, dan bukan sikap yang sebaliknya.

G. HIKMAH AGAMA

Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama
seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah.
Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan
kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain
mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi,
atau kepentingan tertentu yang berbeda.

Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang
patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi
lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang
diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.

Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan
mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang
dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan
berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta
kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya.
Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 21


yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain
kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling
berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-
bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan
memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status
dan lain sebagainya.

Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi
membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru
bertentangan dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh
umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan
manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran
agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi
umat manusia sedunia dengan cara hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati
dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah.

Beberapa hikmah menuntut ilmu (agama) lainnya adalah:

1. Berada di jalan Allah


“Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, berarti dia berada di jalan
Allah hingga pulang” (HR Turmudzi)
2. Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
“Jika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecualai 3 hal, yaitu
shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan
orang tuanya.”(HR Muslim)
3. Agar tidak terlaknat
“Dunia dan seisinya terlaknat, kecuali yang memanfaatkannya demi kepentingan
dzikrullah dan yang serupa dengan itu, para ulama dan orang-orang yang
menuntut ilmu” (HR Turmudzi)
4. Ditinggikan derajatnya
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
5. Dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa menempuh jalan untuk menentut ilmu agama, pasti Allah membuat
mudah baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 22


BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari
individu dan masyarakat, karena agama memberikan kontribusi yang sangat
signifikan terhadap kehidupan individu dan masyarakat.
Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat, ialah sebagai berikut:
1. Berfungsi Edukatif
2. Berfungsi Penyelamat
3. Berfungsi sebagai Pendamaian
4. Berfungsi sebagai Social control
5. Berfungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
6. Berungsi Transformatif/Pembaharuan
7. Berfungsi Kreatif
8. Berfungsi Sublimatif

Peran dan fungsi agama bagi manusia sangatlah berpengaruh terhadap


kehidupannya,karena agama adalah suatu pedoman hidup seseorang untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhiratnya

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama
karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.
Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena Agama :
a. Sumber moral
b. Merupakan petunjuk kebenaran.
c. Merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
d. Memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun dikala
duka
HIKMAH & FUNGSI AGAMA 23
Kita patut untuk merenungi ayat berikut, “Hari ini telah aku
sempurnankan bagi kamu agamamu (Islam) dan telah aku sempurnakan segala
nikmatku kepadamu dan akupun ridha Islam sebagai agamamu.” (Q.S. Al-Maidah
[5] : 3). Ayat ini menyimpulkan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang paling
benar, yang berisi hukum-hukum Allah yang mutlak dan pasti benar, karena Dia-lah
Tuhan Yang Maha Benar. Untuk itu, kita harus meyakini hal tersebut dan
menjalankannya sesuai dengan syariat-syariat yang sudah ditetapkan dalam Islam,
agar kita bisa mendapatkan ridho-Nya dan kelak kita akan mendapatkan syurga
sebagai balasannya. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari kesalahn dan kekhilafan. Dan tentu
nya dalam penulisan ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan penulisan ini. Saran dan kritik bisa
disampaikan langsung kepada penulis.
Terima kasih

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 24


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Djurdi, S. (2010). 1 abad Muhammadiyah. Penerbit Buku Kompas. ISBN 979-709-498-7.

Alfian (1989). Muhammadiyah: the political behavior of a Muslim modernist organization

under Dutch colonialism. Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-118-9.

DAR! Mizan (2007). Komik Muhammadiyah. DAR! Mizan. ISBN 979-752-808-1.

Mubarrak, Zakky, 2008. MPKT Buku Ajar II: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan

Masyarakat. Depok: Penerbit FEUI

Kaelany, DR, 2009. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press

Prof. Dr. H, Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama (Cet. ke-14). Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Prof. Dr. H. Ramayulis. 2003. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Dr. Syarifudin Jurdi. SOSIOLOGI ISLAM & MASYARAKAT MODERN: Teori Fakta Dan

Aksi Sosial . 2010. Jakarta : Kencana

A. Sudiraja. Agama (di Zasman ) Yang Berubah. 2006. Yogyakarta : Kanisius

A. Irwan, dkk. AGAMA dan KEARIFAN LOKAL dalam TANTANGAN GLOBAL. 2008.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Scharf, Betty. R, 1995. Kajian Sosiologi Agama. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Zakiah Daradjat, 1983. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung

Agung.

Sjafruddin Prawiranegara, 1986. Islam Sebagai Pedoman Hidup. Jakarta: Inti Idayu Press.

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 25


Sumber Internet:

http://www.google.co.id

http://www.wikipedia.or.id/islam

http://www.cmm.or.id

http://www.alrasikh.wordpress.com

http://dyanperawat.blogspot.com/2012/01/hikmah-agama-dan-sikap-hidup-beragama.html

http://ruangpelangi.wordpress.com/toleransi-beragama/

http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/

http://arifprasetyo.com/blog/resep-kaya-menurut-al-qur%E2%80%99an.html)

http://alimmahdi.webs.com/Quran/AlBaqarah216.swf

Pusat Data Muhammadiyah

Website Resmi Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah

Disaster Management Center)

HIKMAH & FUNGSI AGAMA 26

Anda mungkin juga menyukai