Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia, akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap tenaga


kesehatan dengan dakwaan melakukan malpraktek makin meningkat
dimana-mana, termasuk di negara kita. Ini menunjukkan adanya
peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih
menyadari akan haknya. Disisi lain para tenaga kesehatan dituntut untuk
melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dan dengan lebih hati-
hati dan penuh tanggung jawab. Seorang tenaga kesehatan hendaknya
dapat menegakkan diagnosis dengan benar sesuai dengan prosedur,
memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai dengan
standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan
diperlukan.

Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum,


tetapi kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan melakukan aborsi
(Kompas, 3 Maret 2012). Masalahnya tiap perempuan mempunyai
alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukum pun terlihat tidak
akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah
kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk
kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi
tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian.

Aborsi memang erat kaitanya dengan hak asasi manusia, disatu


sisi dikatakan bahwa setiap wanita berhak atas tubuh dan dirinya dan
berhak untuk menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual
yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan. Namun, disatu sisi lagi
janin yang ada dalam kandungan juga berhak untuk terus hidup dan
berkembang. Dua hal tersebut memang saling bertentangan satu sama
lain karena menyangkut dua kehidupan. Jika aborsi yang dilakukan
adalah aborsi krminalis tentu saja hal tersebut sangat bertentangan
dengan hak asasi manusia. Dalam Undang-Undang HAM juga diatur
mengenai perlindungan anak sejak dari janin karena sekalipun seorang
ibu mempunyai hak atas tubuhnya sendiri tetapi tetap saja harus kita
ingat bahwa hak asasi yang dimiliki setiap orang tetap dibatasi oleh
Undang-Undang. Tetapi ketika seorang ibu harus menggugurkan
kandungannya dengan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi dapat
mengancam nyawa ibu atau janin, secara hak sasai manusia dapat
dibenarkan karena si ibu tersebut juga punya hak untuk hidup dan
mempertahankan kehidupannya.

B. PERMASALAHAN

Mengapa kasus aborsi masih banyak dilakukan tenaga kesehatan dan


apa sajakah pasal-pasal yang mengatur aborsi?

C. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan


terutama yang berkaitan dengan malpraktek aborsi.

2. Memahami permasalahan yang berkaitan dengan malpraktek aborsi


serta upaya- upaya untuk mencegahnya.

Memahami tuntutan hukum terhadap malpraktek aborsi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aborsi (LBH APIK Jakarta, 2010)

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan
aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus),
sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus


Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan
Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus
didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,


yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan ke empat masa kehamilan).

Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan


sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi
mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai
standar profesi medis (Akhmadi, 2009)

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan


istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992


disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan
bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk
melakukan tindakan medis tertentu.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan


tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU
Kesehatan).

B. Penyebab Aborsi (Akhmadi, 2009)

Adapun penyebab melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis


adalah:

a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh


pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski
sedang hamil kalau terlanjur.

b. Belum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan
keluarga. Hal ini juga perlu legawa orang tua karena psikologis anak
sangat besar.

c. Malu pada lingkungan sosial dan sekitarnya.

d. Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan


mempunyai anak.

e. Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah
sebelum waktu tertentu karena terikat kontrak.

f. Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.

Adapun penyebab lain dari kejadian aborsi ini antara lain adalah

a. Faktor ekonomi, di mana dari pihak pasangan suami isteri yang


sudah tidak mau menambah anak lagi karena kesulitan biaya hidup,
namun tidak memasang kontrasepsi, atau dapat juga karena
kontrasepsi yang gagal.

b. Faktor penyakit herediter, di mana ternyata pada ibu hamil yang


sudah melakukan pemeriksaan kehamilan mendapatkan kenyataan
bahwa bayi yang dikandungnya cacat secara fisik.
c. Faktor psikologis, di mana pada para perempuan korban
pemerkosaan yang hamil harus menanggung akibatnya. Dapat juga
menimpa para perempuan korban hasil hubungan saudara sedarah
(incest), atau anak-anak perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri
ataupun anggota keluarga dalam lingkup rumah tangganya.

d. Faktor usia, di mana para pasangan muda-mudi yang masih muda


yang masih belum dewasa & matang secara psikologis karena pihak
perempuannya terlanjur hamil, harus membangun suatu keluarga yang
prematur.

e. Faktor penyakit ibu, di mana dalam perjalanan kehamilan ternyata


berkembang menjadi pencetus, seperti penyakit pre-eklampsia atau
eklampsia yang mengancam nyawa ibu.

f. Faktor lainnya, seperti para pekerja seks komersial, ‘perempuan


simpanan’, pasangan yang belum menikah dengan kehidupan seks
bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya sudah bersuami/beristri
(perselingkuhan) yang terlanjur hamil.

C. Cara aborsi yang sering dilakukan (Akhmadi, 2009):

a. Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim


agar janin terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena
pijatan yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi oragan dalam
tubuh.

b. Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim.


Ramuan tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica
atau obat-obatan keras lainnya.

c. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat


mengakibatkan infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam
tubuh.
D. Jenis-jenis Aborsi (Poole 2004)

a. Missed abortion

Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya


pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal
tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan
gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-
tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat
terdeteksi.

b. Abortus terapeutik

Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu


atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan
kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin
yang berat.

c. Abortus septik

Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat


terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan prosedur
(misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis,
yang bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.

d. Abortus berulang

Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih
pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada
wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya.
Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita
yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.
E. Dampak Aborsi (Akhmadi, 2009)

a. Pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan


neurologis/syaraf di kemudian hari, akibat lanjut perdarahan adalah
kematian.

b. Infeksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril. Akibat dari
tindakan ini adalah kemungkinan remaja mengalami kemandulan di
kemudian hari setelah menikah.

c. Risiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan


dinding rahim akibat kuretasi. Akibatnya dapat juga kemandulan karena
rahim yang robek harus diangkat seluruhnya.

d. Terjadinya fistula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu saluran


yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran
kencing atau saluran pencernaan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil Study Lapangan

Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik oleh tenaga medis(TM)

Kasus:

Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB

Kota Y - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi di kota Y. Novila


Sutiana (21), warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo,
Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin
yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat
perangsang oleh tenaga kesehatan.

Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang


bayi hasil hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo,
Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung tersebut
bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang
dilakukan Novila dan Santoso.

Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk


menggugurkan janin tersebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya,
keduanya mendatangi Tenaga Medis di Desa Tunge, Kecamatan
Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar
informasi jika tenaga kesehatan itu kerap menerima jasa pengguguran
kandungan dengan cara suntik.

Pada mulanya TM tersebut sempat menolak permintaan Santoso dan


Novila dengan alasan keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi
permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000.

Metode yang dipergunakan TM cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat


penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan
Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut
pengakuan TM, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami
kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (TM) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah
disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya,"
terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di kantornya,
Minggu (18/5/2008).

Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat


mengalami kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan
sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya, Novila terjatuh dan
pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya
terus mengelurkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas


Puncu. Namun karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD
Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang gawat darurat tak
sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari
Sabtu pukul 23.00 WIB.

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi


Santoso di rumah sakit. Setelah mengantongi alamat TM yang
melakukan aborsi, petugas membekuk TM di rumahnya tanpa
perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas
menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini TM
berikut Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap
menyebabkan kematian Novila.

Akibat perbuatan tersebut, TM diancam dengan pasal 348 KUHP


tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat
profesinya sebagai tenaga medis. Selain itu, polisi juga menjeratnya
dengan UU Kesehatan nomor 36 tahun 2009. Belum diketahui secara
pasti sudah berapa lama TM membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri
Wasono, 2008)

B. Pembahasan Hukum

Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :

1) Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi,


dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi, dan
orang yang mendukung terlaksananya aborsi akan mendapat hukuman.
Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau


menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak empat puluh ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,


atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan,
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani


pekerjaannya maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan
itu.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan


pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,


dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan


kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana


untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau
tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,
sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia


menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,


dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12
tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5


tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7
tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus


tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek
dapat dicabut.

2) Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
Pasal 15

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa


ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


hanya dapat dilakukan :

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan


tersebut;

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan


untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau


keluarganya;

d. pada sarana kesehatan tertentu.

Pasal 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu


terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

3) Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun


2009 Tentang Kesehatan, dijelaskan pula tentang aborsi.

Pasal 75

1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan


berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma


psikologis bagi korban perkosaan;

c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat


dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan


perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari


pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan


kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang


ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai


dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

C. Pembahasan Kasus

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai


terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan
pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi
yang dikandung itu).

Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan
Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009
tentang Kesehatan, dijelaskan pula pada Pasal 75 ayat 2 dan pasal 76.

Pada kasus di atas dijelaskan bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis
aborsi illegal. Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan
hubungan gelap (perselingkuhan) yang mengakibatkan sang wanita
hamil, Pria dan wanita sepakat untuk menggugurkan kandungan yang
berumur 3 bulan itu ke bidan. Bidan menyanggupi untuk melakukan
aborsi tersebut dengan imbalan Rp 2.000.000,00.

Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus
dari pendidikan. Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk
melaksanakan tugas sabaik-baiknya menurut undang-undang yang
berlaku. Tetapi pada kasus TM melanggar sumpah tersebut. TM
dengan sengaja dan adanya niat memberikan suntikan oxytocin duradril
1,5 cc yang dicampur dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan
perdarahan hebat pada wanita tersebut dan berakhir dengan kematian.

Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari
ayah korban yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas
peristiwa itu dan menghukum pelaku. Kasus ini mengakibatkan TM
terjerat pasal 348 KUHP tentang pembunuhan daan melanggar Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-
undang yang baru yaitu Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 TM


bisa dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan menurut
pembaharuan Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009
dijerat dengan pasal 194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di
sekitar kita, bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh
dari kasus di atas, diketahui bahwa seorang bidan dengan sengaja telah
melakukan praktik aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana bidan itu
sadar betul kalau tindakan tersebut adalah bukan kewenangannya.
Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan
tidak sesuai standar profesi medis. Risiko yang mungkin timbul antara
lain, perdarahan, infeksi pada alat reproduksi, rupture uteri, bahkan bisa
sampai terjadi kematian. Pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan
aborsi pun tidak sedikit, dengan berbagai ancaman hukuman, namun
hal ini tidak menyurutkan niat para oknum tenaga medis untuk tetap
melakukan praktik aborsi yang ilegal.

B. SARAN

Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya


harus memahami betul apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-
apa pula yang bukan menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan
per Undang-undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan
diadakan pembaharuan, janganlah hanya dianggap sebagai peraturan
tertulis semata, namun harus di patuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.

Anda mungkin juga menyukai