Anda di halaman 1dari 5

2.1.

Keratitis
Keratitis merupakan peradangan pada kornea.1 Kornea adalah selaput bening bola
mata yang menutup bola mata bagian anterior. Kornea adalah bagian dari bola mata yang
tembus cahaya dan berfungsi untuk pembiasan sinar yang masuk ke mata, sehingga
peradangan yang terjadi pada bagian ini menyebabkan gangguan pada proses pembiasan
sinar yang akan menimbulkan fungsi penglihatan menurun.

2.2.Kornea2
a) Struktur Anatomi Kornea
Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk, kornea
merupakan jaringan avaskular transparan dengan ukuran 11-12 mm secara horizontal
dan 10-11 mm secara vertikal. Indeks biasnya adalah 1,376. Kornea bersifat asferis,
meskipun jari-jari kelengkungannya sering dicatat sebagai cermin cembung
spherocylindrical yang mewakili permukaan kornea anterior sentral, juga disebut cap
kornea.
Jari-jari rata-rata kelengkungan kornea sentral adalah 7,8 mm. Kornea
memberikan kontribusi 74%, atau 43,25 dioptri (D), dari total kekuatan diagonal
58,60 dari mata manusia normal. Kornea juga merupakan sumber utama astigmatisme
dalam sistem optik.
Untuk nutrisinya, kornea tergantung pada glukosa yang menyebar dari
aqueous humor dan oksigen yang menyebar melalui film air mata.Selain itu, kornea
perifer adalah dipasok dengan oksigen dari sirkulasi limbal.
Kornea memiliki salah satu kepadatan saraf tertinggi di tubuh, dan sensitivitas
kornea adalah 100 kali dari konjungtiva.Serabut saraf sensoris membentang dari saraf
silia panjang dan membentuk pleksus subepitel.
Gambar 2.1 Anatomi Kornea dan letak dari limbus

b) Struktur Histologi Kornea


1. Epitel
Epitel kornea terdiri dari sel epitel skuamosa berlapis dan membentuk sekitar
5% -10% dari total ketebalan kornea. (AOA) Tebalnya 550µm, terdiri atas 5 lapis
sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih. Epitel dan film air mata
membentuk permukaan optik yang halus. junction antara sel epitel superfisial
mencegah penetrasi cairan air mata ke dalam stroma.3 Pada sel basal sering
terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan
sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa
melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel memiliki daya
regenerasi.3
Proliferasi terus-menerus dari sel-sel epitel basal perilimbal (sel-sel induk
limbal) memunculkan lapisan-lapisan lain yang kemudian berdiferensiasi menjadi
sel-sel dangkal.Lapisan film air mata precorneal mengandung faktor-faktor yang
dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, sel goblet konjungtiva, dan permukaan epitel
yang melumasi (musin), menyembuhkan (faktor pertumbuhan epidermal [EGF]),
dan melindungi kornea dari infeksi (laktoferin, defensin, IgA) dan peradangan
berlebihan (antagonis reseptor interleukin-1 [IL-1RA], mengubah faktor
pertumbuhan β [TGF-β], dan inhibitor jaringan matriks metalloproteinase 1
[TIMP 1]). MMP-9 = matriks metalloproteinase 9. microvilli pada permukaan
terluarnya dan kemudian didesak ke dalam air mata. Proses diferensiasi ini
memakan waktu sekitar 7–14 hari. Sel-sel epitel basal mensekresikan membran
basal 50-nm-tebal yang terus menerus, yang terdiri dari kolagen tipe IV, laminin,
dan protein lainnya. Kejelasan kornea tergantung pada pengepakan ketat sel epitel
untuk menghasilkan lapisan dengan indeks bias hampir seragam dan hamburan
cahaya minimal.

2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari
epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya
generasi.3

3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan
tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar
sekitar 1 µm yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter
kornea, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama, dan kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stromaPengaturan teratur sel
stroma dan makromolekul juga diperlukan untuk kornea yang jernih.Keratosit
bervariasi dalam kepadatan dan ukuran di seluruh stroma dan membentuk jaringan
3 dimensi di seluruh kornea.Mereka adalah fibroblas pipih, terletak di antara
lamellae kolagen. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.3

4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
yang dihasilkan oleh endotel. Membran descement merupakan membran basal
endotelium kornea Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup
dan mempunyai tebal + 40 mm. Lebih kompak dan elastis daripada membran
Bowman. Juga lebih resisten terhadap trauma dan proses patologik lainnya
dibandingkan dengan bagian-bagian kornea yang lain.3

5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal
antara 20-40 mm melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari
kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan
epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel
mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel
dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat
menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel,
stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya
transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh
epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini
mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan
ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.Endotelium
kornea mempertahankan kejernihan kornea melalui 2 fungsi: dengan bertindak
sebagai penghalang pada aqueous humor dan dengan menyediakan pompa
metabolik. Peningkatan permeabilitas dan situs pompa yang tidak mencukupi
terjadi dengan penurunan kepadatan sel endotel, meskipun kepadatan sel di mana
edema yang terbukti secara klinis tidak mutlak. Perubahan endotel dapat
reversible (misalnya, pseudoguttata) atau permanen (misalnya, cornea guttata).3

Gambar 2.2 Struktur Histologis


lapisan dari Kornea
c) Fisiologi dari Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih
penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak
jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel
menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan
pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata
prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang
mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan
membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.4
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat
melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya
agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel
adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea.
Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah
terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan
jamur.4
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.4

Anda mungkin juga menyukai