BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala traumatik merupakan penyebab utama disabilitas. Terdapat beberapa cara
untuk memprediksi hasil akhir saat pasien datang ke rumah sakit. Beberapa faktor prognostik
saat pasien datang ke rumah sakit antara lain, reaksi pupil, Glasgow Coma Scale (GCS), jumlah
leukosit, hasil computerized tomography (CT) scan, telah diteliti dalam banyak penelitian untuk
memprediksi hasil akhir pada pasien dewasa dengan cedera kepala traumatik. Identifikasi awal
dari faktor prediktor pada pasien cedera kepala berat tersebut signifikan baik bagi klinisi.
Trauma memicu kaskade kompleks dari kejadian pasca trauma, yang dapat dibagi
menjadi hemodinamik, metabolik, neuroendokrin, dan respon imun yang memicu proses
Peran katekolamin dan kortikosteroid telah dilaporkan dalam literatur, tapi inflamasi
yang dipicu oleh mikroglia dan limfosit setelah trauma kepala juga berperan penting.
meningkatkan jumlah neutrofil dengan melepas sel dari penyimpanan di bone marrow ke dalam
Blood brain barrier (BBB) terbuka saat trauma dan tertutup sekitar 60 menit pasca
trauma. Setelah trauma, mikroglia berespon selama 60 menit pertama pasca trauma. Sel
mikroglia mengekspresikan antigen Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas I dan II,
dan antigen ini dapat mempresentasikan limfosit di sekitar Kelenjar Getah Bening (KGB), dan
2
memicu aktivitas limfosit yang bersikulasi pada sistem saraf pusat (SSP). Penemuan ini
menunjukkan bahwa sel mikroglia mempunyai peran penting dalam memicu dan
Mekanisme lainnya dimana leukosit dapat dihubungkan dengan kerusakan otak adalah
ruptur pembuluh darah kecil yang diikuti oklusi fisiologis. Leukosit lebih susah berubah bentuk
dibandingkan eritrosit, dan gradien tekanan yang lebih besar diperlukan untuk memasukkan
mereka ke dalam kapiler dengan diameter yang kecil. Di bawah kondisi dengan tekanan perfusi
yang kurang, kapiler dapat berperan seperti saringan dan menahan leukosit sehingga
meningkatkan jumlah leukosit. Setelah ditempatkan, leukosit membentuk area yang kontak
dengan endotelium, dan mungkin tidak bisa lepas setelah tekanan perfusi kembali menjadi
normal. Oklusi mekanis kapiler dapat menjadi lebih jelas sebagai hasil pelepasan sejumlah
tersering dimintakan. Leukositosis, peningkatan jumlah leukosit yang bersirkulasi, pertama kali
dikemukakan oleh Virchow dan Andral pada pertengahan abad 19, merupakan fenomena umum
Tren jumlah leukosit terkini memperingatkan dokter tentang adanya kemungkinan sepsis
dan melihat respon terapi. Cedera kepala traumatik berhubungan dengan peningkatan kadar
(neutrofil) saat kortikosteroid menyebabkan penurunan jumlah leukosit (neutrofil) dari sirkulasi.
Pembengkakan otak setelah trauma kepala bisa disebabkan oleh respon inflamasi karena
produksi sitokin intraserebral dan peningkatan leukosit sebagai hasil dari efek langsung pada
3
permeabilitas vaskuler dan aktivasi leukosit. Leukositosis berhubungan dengan hasil akhir yang
buruk, dimana sering ditemukan pada pasien dengan cedera kepala berat.
Apakah peningkatan jumlah leukosit pada cedera kepala traumatik yang akut dapat
Membuktikan peningkatan jumlah leukosit awal pada cedera kepala traumatik dapat
1.3.2.Tujuan khusus :
1. Membuktikan terdapat peningkatan jumlah leukosit awal pada cedera kepala traumatik
dapat digunakan memprediksi prognosis pada cedera kepala yang akut baik pada cedera
2. Melihat jumlah peningkatan leukosit awal yang dapat menunjukkan baik prognosis yang
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai prediksi
prognosis pasien dengan cedera kepala traumatik dengan tingkat cedera kepala ringan,
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cedera kepala traumatik merupakan penyebab utama disabilitas, dan merupakan masalah
kesehatan publik global yang utama. Cedera kepala traumatik adalah trauma pada kepala
disebabkan tenaga mekanik dari luar kepala yang dapat menyebabkan kerusakan fisik sementara
ataupun menetap, fungsi kognitif, dan psikososial yang berhubungan dengan penurunan
kesadaran. Tingkat keparahan cedera kepala diklasifikasikan menurut nilai Glasgow Coma Scale
Pasien yang selamat sering mengalami kelainan kognitif, mood, dan sikap. Biaya
kerugian yang disebabkan disabilitas yang disebabkan cedera kepala traumatik adalah hilangnya
masa produktif kehidupan selama beberapa tahun dan membutuhkan perawatan yang lama atau
bahkan seumur hidup. Di dunia, diperkirakan sekitar 10 juta kasus cedera kepala serius dapat
menyebabkan perawatan di rumah sakit, disabilitas jangka panjang atau seumur hidup, atau
kematian. Di Amerika Serikat (AS), rerata 1,4 juta kasus cedera kepala per tahun, termasuk 1
juta kunjungan ke unit gawat darurat, 235.000 yang dirawat inap, dan 50.000 kematian. Dalam
beberapa laporan di AS, diperkirakan sekitar 5,3 juta orang mengalami disabilitas, kerusakan,
keluhan, atau cacat yang disebabkan cedera kepala traumatik. Di Uni-Eropa juga ditemukan
disabilitas yang disebabkan cedera kepala traumatik sekitar 6,2 juta orang.4,5
Seperti pada umumnya, kejadian cedera kepala sangat bervariasi tergantung pada usia,
jenis kelamin, dan lokasi geografis. Kebanyakan laporan yang diterbitkan berasal dari negara-
negara berkembang.1,2,6
Dalam kebanyakan kasus, resiko cedera kepala traumatik sangat tinggi pada populasi
anak-anak, dewasa muda, dan lanjut usia. Untuk kombinasi kunjungan di IGD, rawat inap, dan
kematian, anak-anak usia 0–4 tahun, dan remaja usia 15–19 tahun lebih sering mengalami cedera
kepala traumatik dibandingkan dengan dari kelompok usia yang lainnya. Dan, cedera kepala
traumatik di AS mempunyai penyebaran yang luas, dengan puncak tertinggi kejadian pada
dewasa muda usia 15–24 tahun dan terendah pada lanjut usia (>60 tahun). Untuk yang dirawat
inap, insidensi cedera kepala traumatik tertinggi pada yang berusia ≥75 tahun. Dalam penelitian
kunjungan ke rumah sakit terkait cedera kepala traumatik di Inggris, 30% merupakan anak-anak
7
usia <15 tahun. Diantara mereka yang mengunjungi IGD di Inggris dengan cedera kepala,
insidensi tertinggi merupakan laki-laki di perkotaan usia 15–19 tahun. Menurut penelitian
European Brain Injury Consortium (EBIC), pasien yang mengunjungi pusat bedah saraf di 12
negara Eropa median usianya adalah 38 tahun, dengan kasus terbanyak pada laki-laki.4,5
Secara keseluruhan, laki-laki 2 kali lebih banyak mengalami cedera kepala traumatik
dibandingkan perempuan. Menurut penelitian di Eropa dan Amerika Utara, rasio laki-
laki:perempuan di Swedia sebanyak 1,2:1; dan di Spanyol sebanyak 2,7:1. Laki-laki di negara
berkembang memiliki resiko lebih tinggi mengalami cedera kepala traumatik dibandingkan pada
negara maju. Dalam penelitian di Afrika Selatan, rasio laki-laki:perempuan adalah 4,8:1. Dalam
penelitian di Inggris terkait kunjungan kasus cedera kepala traumatik ke rumah sakit, 72%
merupakan laki-laki. Dalam penelitian EBIC tentang cedera kepala berat, 74% merupakan laki-
laki. Menurut Traumatic Coma Data Bank, terdapat 77% pasien laki-laki dengan cedera kepala
berat traumatik. Laki-laki 3 kali lebih sering mengalami kematian karena cedera kepala
traumatik.4,5
Penyebab tersering cedera kepala traumatik disebabkan kecelakaan lalu lintas (KLL),
terjatuh, tertimpa, atau terpukul, olahraga, atau aktivitas rekreasi. Mayoritas laporan
menunjukkan KLL menjadi penyebab tersering cedera kepala traumatik, diikuti kejadian
terjatuh. Dalam penelitian di Inggris, 21%–60% kasus cedera kepala traumatik disebabkan KLL
(terendah di Norwegia dan Inggris sebanyak 21%, dan tertinggi di Swedia dan Spanyol sebanyak
60%); 15%- 62% disebabkan karena terjatuh (15% di Italia, 62% di Norwegia). Sebuah
8
kedua tersering setelah terjatuh (46%). Telah diperkirakan bahwa di Uni-Eropa, 40% cedera
kepala traumatik disebabkan KLL, dan 37% disebabkan karena terjatuh, 7% disebabkan tindak
Disadari adanya keterkaitan antara mekanisme cedera dan cedera kepala traumatik
dengan usia, jenis kelamin, kepemilikan kendaraan, tempat tinggal di perkotaan, dan faktor
sisioal-ekonomi. Faktor lainnya bisa termasuk karena efek samping obat, berkurangnya
Dalam penelitian cedera kepala traumatik pada anak-anak, penyebab tersering yang melibatkan
anak adalah sebagai pejalan kaki (36%), terjatuh (24%), kecelakaan bersepeda (10%),
kecelakaan kendaraan bermotor (9%), dan kekerasan (6%). Penelitian di Inggris tentang cedera
kepala minor pada dewasa, penyebab tersering adalah kekerasan (30%–50%), KLL (25%), dan
terjatuh (22%–43%). Dilaporkan bahwa alkohol mungkin terlibat dalam 65% kasus cedera
kepala traumatik. Dalam penelitian di AS, KLL sebanyak 50%, terjatuh sebanyak 23%–30%, dan
kekerasan sebanyak 20% dalam kasus cedera kepala traumatik. Di AS, luka tembak di kepala
menjadi penyebab kasus cedera kepala traumatik yang sering saat ini daripada KLL, dengan
kasus fatal sebanyak 90%. Dalam penelitian di Kanada, KLL sebanyak 43%, dan kekerasan
sebanyak 11% dari kasus cedera kepala traumatik. Penelitian EBIC tentang cedera kepala
traumatik yang mengunjungi unit bedah saraf (dengan GCS ≤12), 51% merupakan KLL, 12%
karena terjatuh, dan 5% karena kekerasan. Pada penelitian CRASH, KLL sebanyak 64%, dan
Penting untuk diketahui bahwa pasien cedera kepala traumatik mungkin tidak dapat
selamat sebelum mencapai rumah sakit atau mungkin tertunda untuk diantar ke pusat kesehatan,
dengan kedatangan baik ke bangsal bedah saraf maupun ICU. Setelah mengunjungi rumah sakit,
mereka mungkin tidak selamat atau diperbolehkan pulang, atau ke fasilitas rehabilitasi, atau ke
ruang perawatan jangka panjang. Beberapa penelitian pada cedera kepala traumatik antara lain
Subramanian A. et al (2012).1,4,5,7
Angka mortalitas adalah jumlah kematian dari cedera kepala traumatik dalam populasi
dalam periode waktu tertentu dibagi jumlah keseluruhan populasi yang ada (biasanya
ditunjukkan dalam per 100.000 populasi). Angka mortalitas ini bervariasi di setiap negara. Di
Inggris, angka mortalitas cedera kepala traumatik sebanyak 6–10 per 100.000 populasi/tahun. Di
Perancis, dilaporkan angka mortalitas sekitar 22 per 100.000. di Uni-Eropa, angka mortalitas
cedera kepala traumatik bervariasi mulai dari yang terendah di Jerman sebanyak 9,4 per 100.000,
hingga tertinggi di Ravenna, Italia sebanyak 24,4 per 100.000, dengan rerata keseluruhan sekitar
15 per 100.000 populasi/tahun. Di AS, angka mortalitas keseluruhan sebanyak 20–30 per
100.000 dengan setengahnya mengalami kematian diluar rumah sakit. Pada area Bronx di New
York dilaporkan sebanyak sebanyak 28 per 100.000. pada orang dewasa di Johannesburg, Afrika
Selatan, dilaporkan angka mortalitas yang tinggi sebanyak 138 per 100.000 laki-laki, dan 24 per
Sangat mungkin untuk memakai pendekatan ini untuk membuat model prognostik pada
cedera kepala traumatik. Guidelines untuk menilai kualitas prognostik di pusat kesehatan
diterbitkan pada beberapa tempat. Variasi anatomi, fisiologi, dan demografi digunakan dalam
Terdapat beberapa cara untuk memprediksi hasil akhir saat pasien mengunjungi rumah
sakit. Beberapa faktor prognostik, seperti GCS awal, jumlah leukosit awal, CT scan, telah diteliti
dalam beberapa penelitian untuk memprediksi hasil akhir pada pasien cedera kepala traumatik
dewasa. Trauma memicu kaskade kompleks pasca trauma dapat dibagi dalam hemodinamik,
diagnostik lainnya dapat dilakukan. Pasien dengan cedera kepala traumatik tidak memerlukan
pemeriksaan darah tambahan yang lainnya menurut panel standar pemeriksaan pasien trauma.
Pemeriksaan toksik urin dan pemeriksaan kadar alkohol dalam darah penting bagi semua pasien
yang mengalami penurunan kesadaran, sebab depresi apapun pada SSP dapat menyebabkan
gangguan kesadaran.7,9
Diantara parameter laboratorium lainnya, pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis
telah dipelajari pada pasien trauma. Peningkatan leukosit dan subpopulasinya, khususnya
granulosit neutrofil, telah ditemukan setelah trauma. Leukositosis, peningkatan jumlah leukosit
yang bersirkulasi pertama kali dideskripsikan oleh Virchow dan Andral pada pertengahan abad
11
19 (Lawerence et al., 2007) merupakan fenomena yang umum pada cedera kepala. Beberapa
penelitian telah mempelajari nilai prognostik dari jumlah leukosit awal atau hasil pemeriksaan
serial jumlah leukosit (Rainer et al, 1999; Chang et al, 2003; Lam et al, 2011).7,10,11,12
Cedera menyebabkan respon dari seluruh sel sistem imun dimana sitokin dan produk
metabolik lainnya yaitu leukosit yang aktif dapat memicu resistensi pasien atau kerusakan yang
menekan fungsi organ dan menyebabkan inflamasi sistemik.7,12,13 Sebagai respon jaringan
terhadap trauma, granulosit neutrofil teraktivasi dan dapat menimbulkan kelainan respon imun.
Respon imun yang berlebih dapat menjadi faktor resiko utama berkembangnya systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) dan dapat menyebabkan gagal organ pasca trauma
infeksi. Leukositosis pada trauma karena neutrophilia, disebabkan karena pergeseran neutrofil,
dan bukan karena peningkatan produksi bone marrow atau pelepasan sel imatur atau batang.
Fenomenanya adalah masa hidup yang singkat, berlangsung hanya beberapa menit hingga jam
(Abramson & Beckz, 2000, Santucci et al, 2008).7,13,14 Diduga, pasien dengan trauma yang berat
mempunyai tingkat leukosistosis yang tinggi bila dibandingkan dengan pasien dengan trauma
yang lebih ringan (Santucci et al., 2008). Terdapat penelitian tentang peningkatan leukosit dan
trauma, termasuk cedera kepala. Beberapa penelitian yang meneliti hubungan perubahan leukosit
dan cedera kepala antara lain Keskil et al (1994), Rovlias dan Kotsou (2001), Czigner A. et al
teraktivasi yang cepat dan dapat dipercaya dapat dipergunakan sebagai biomarker prognostik
al, 1981, Hortangl et al, 1980, Rosner et al, 1984, Gürkanlar et al, 2009). Katekolamin
bertanggungjawab dalam pelepasan simpanan neutrofil saat kortikosteroid menekan neutrifil dari
Kortikosteroid meningkatkan jumlah neutrofil dengan melepas sel dari penyimpanan di bone
marrow ke dalam darah dan dengan mencegah perpindahan dari sirkulasi ke dalam jaringan
(Boggs, 1967, Gürkanlar et al, 2009). Pembengkakan otak setelah truma kepala bisa jadi
disebabkan respon inflamasi sebab produksi sitokin dan peningkatan adhesi leukosit sebagai
hasil dari efek langsung pada permeabilitas vaskuler dan aktivasi leukosit (Dietrich et al, 2004,
Fee et al, 2003, Gourin & Shackford, 1997, Juurlink, 2000, Lenzlinger, 2001, Gurkanlar et al,
2009). Teori lain dari leukositosis setelah trauma bisa dijelaskan sebagai berikut: pada cedera
pasca trauma, sel tubuh, mikroglia menjadi hipertropik selama 60 menit pertama, sementara
BBB terbuka saat trauma dan menutup sekitar 60 menit pasca cedera (Bednar et al., 1997,
Gürkanlar et al., 2009). Sel mikroglia mengekspresikan antigen MHC kelas I dan II, dan antigen
ini dapat mempresentasikan limfosit pada KGB regional dan memicu aktivitas limfosit yang
bersirkulasi pada sistem SSP (Capps, 1896, Kakarieka, 1997, Neil- wyer & Cruickshank 1974,
Rovlias & Kotsou, 2001, Gürkanlar et al, 2009). Sel mikroglia memainkan peran dalam induksi
dan mempertahankan respon imun setelah cedera kepala traumatik (Czigner et al, 2007,
Gürkanlar et al, 2009). Mekanisme alternatif dimana leukosit dapat dihubungkan dengan
kerusakan serebral adalah ruptur pembuluh darah mikro. Leukosit lebih susah berubah bentuk
dibandingkan eritrosit, dan gradien tekanan yang lebih besar diperlukan untuk memasukkan
mereka ke dalam kapiler dengan diameter yang kecil. Di bawah kondisi dengan tekanan perfusi
yang kurang, kapiler dapat berperan seperti saringan dan menahan leukosit sehingga
13
meningkatkan jumlah leukosit. Setelah ditempatkan, leukosit membentuk area yang kontak
dengan endotelium, dan mungkin tidak bisa lepas setelah tekanan perfusi kembali menjadi
normal (Hallenbeck, 1986, Janoff, 1965, Suval, 1987, Yamakawa, 1987, Gürkanlar et al, 2009).
Oklusi mekanis kapiler dapat menjadi lebih jelas sebagai hasil pelepasan sejumlah sitotoksik
memungkinkan melihat parameter morfologi yang berhubungan dengan leukosit. Parameter ini
dipergunakan dengan analisis hematologi untuk melihat diferensiasi leukosit dan memungkinkan
analisis karakteristik morfologi sejumlah besar leukosit dalam satu kali pemeriksaan. Potensi
parameter ini ditunjukkan dalam diagnosis dan prediksi hasil akhir dengan beragam kondisi
klinis (Leckie et al, 2000; Leckie et al, 2004; Chaves et al, 2005; Chaves et al, 2006; Silva et al,
2006; Bagdasaryan et al, 2007; Velthove et al, 2009; Campuzano-Zuluaga et al, 2010;
Furundarena et al, 2010; Lee et al, 2010; Mardi et al, 2010; Charafeddine et al, 2011; Inaba et al,
Jumlah leukosit yang tinggi meskipun non spesifik tapi telah dipergunakan secara
spesifik sebagai indikator prognostik pada infark miokardial dan sebagai prediktor kadar plasma
sebagai biomarker proses inflamasi yang berkontribusi pada cedera vaskuler dan aterosklerosis
(Mehta et al., 1998, Alexander, 1994, Ruggiero et al., 2007). Jumlah leukosit secara langsung
berperan dalam penyakit kardiovaskuler dan mortalitas (Coller, 2005, Ruggiero et al., 2007) atau
14
hanya sebagai marker negatif resiko kardiovaskuler yang masih kontroversial (Loimaala et al,
Menurut penelitian Rovlias et al, jumlah leukosit awal dapat disajikan sebagai parameter
tingkat keparahan cedera kepala traumatik dan sebagai prediktor tambahan hasil akhir neurologis
pada pasien cedera kepala traumatik berat. Jumlah leukosit tinggi terkait dengan kondisi klinis
yang buruk di awal, dan mortalitas tinggi pada cedera kepala traumatik menurut Keskil et
al.4,10,11
15
BAB III
CEDERA KEPALA
TRAUMATIK
INFLAMASI
LEUKOSIT
OSIS
PROGNOSIS
LEUKOSIT
AWAL SETELAH Prognosis
CEDERA KEPALA
TRAUMATIK
3.3. Hipotesis
1. Terdapat peningkatan jumlah leukosit pada pemeriksaan darah rutin awal pada pasien cedera
kepala traumatik.
16
2. Peningkatan jumlah leukosit pada pemeriksaan darah rutin awal terkait dengan prognosis
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.2.1. Populasi
Seluruh data pasien yang mengalami cedera kepala traumatik yang dibawa ke IGD RSUP
Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, periode Januari – Juni 2014.
4.2.2. Sampel
Sampel penelitian dipisahkan menurut kriteria inklusi dan eksklusi. Dan data yang diolah
Kriteria inklusi :
1. Pasien dengan cedera kepala traumatik tanpa cedera yang lain karena trauma yang sama.
2. Pasien dengan data pemeriksaan laboratorium leukosit awal di IGD RSUP Dr. Kariadi,
Kriteria eksklusi :
1. Pasien dengan cedera kepala traumatik disertai cedera lain karena trauma yang sama
18
2. Pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium leukosit awal di IGD RSUP Dr.
3. Pasien dengan mati batang otak, luka tembus, infeksi, dan penyakit yang memungkinkan
peningkatan jumlah leukosit selain karena trauma yang sama (, infark miokardial,
Pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang, Jawa
Data hasil penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data
meliputi uji hipotesis dan analisis deskriptif. Analisis deskriptif jumlah limfosit, disajikan dalam
grup dengan jumlah leukosit, dan tes Post-Hoc digunakan sebagai prosedur tes untuk seluruh
pairwise comparisons. Analisis data dilakukan dengan software SPSS Ver. 17.0 for Windows.
Seluruh data pasien yang mengalami cedera kepala traumatik yang dibawa ke IGD RSUP
Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, periode Januari – Juni 2014. Kemudian data
dikelompakkan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Dan data yang digunakan adalah data yang
Pasien dibagi ke dalam 3 grup menurut nilai Glasgow Coma Scale (GCS). Grup I: cedera
kepala ringan, dengan nilai GCS antara 14-15. Group II: cedera kepala sedang, dengan nilai GCS
antara 9-13. Dan Grup III: cedera kepala berat, dengan nilai GCS antara 3-8.
Pasien dibagi juga kedalam 2 grup, berdasarkan hasil akhirnya. Grup I: Meninggal, grup
II: Selamat. Pasien juga dibagi ke dalam 3 grup menurut lama rawat inapnya, dimana kami
mengeksklusi pasien dengan hasil akhir meninggal terlebih dahulu. Grup I: lama rawat inap ≤ 1
hari, grup II: lama rawat inap 2-7 hari, dan grup III: lama rawat inap >7 hari.
Jumlah leukosit pasien dihitung pada awal, pada saat yang sama dengan pemeriksaan
klinis awal, yaitu saat awal pasien mengunjungi IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang-Jawa Tengah-
Indonesia.
Pasien-pasien tersebut mendapatkan operasi ataupun dirawat di intensive care unit (ICU),
sesuai hasil pemeriksaan klinis dan radiologis dengan CT Scan dan foto röntgen cranium. Hasil
akhir seluruh pasien terhubung dengan kesembuhan atau mortalitas, dan lama rawat inapnya.
20
BAB V
HASIL PENELITIAN
Sebanyak 61 pasien cedera kepala traumatik yang mengunjungi IGD RSUP Dr. Kariadi
ini. Rentang usia antara 3 tahun hingga 76 tahun, dan rerata usianya adalah 35,1 tahun.
Nilai GCS sangat terkait erat dengan jumlah leukosit. Nilai rerata jumlah leukosit adalah
12,55x106/L pada Grup I, 16,51x106/L pada Grup II, and 20,01x106/L for Grup III. Terdapat
korelasi yang signifikan antara cedera kepala berat dan jumlah leukosit (p<0,05). Terdapat
perbedaan bermakna jumlah leukosit antara Grup I dan Grup III (p<0,05).
22
Gambar 2. Jumlah Leukosit dan Hasil Akhir (Selamat dan Meninggal) (p<0,05)
Terdapat perbedaan bermakna dari jumlah leukosit yang tinggi pada pasien yang
meninggal dibandingkan dengan yang selamat (p<0,05), pada yang meninggal (rerata jumlah
leukosit 25,37x106/L, dengan SD 6,215x106/L). Pasien dengan jumlah leukosit yang rendah
23
memiliki hasil akhir yang lebih baik. Penelitian ini memiliki mortalitas keseluruhan sebesar
16.39%, dan sebanyak 83.33% dari keseluruhan mortalitas tersebut terjadi pada cedera kepala
berat.
Lama rawat inap mulai dari 1 hari hingga 15 hari. Kami mengeksklusi yang meninggal,
periode lama rawat inap kemudian dibagi menjadi 3 grup. Grup I, lama rawat inap 1-2 hari; Grup
II, lama rawat inap 3-7 hari; Grup III, lama rawat inap >7 hari. Tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara jumlah leukosit awal dan lama rawat inap (p>0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
Cedera kepala traumatik merupakan penyebab utama disabilitas. Terdapat beberapa cara
untuk memprediksi hasil akhir saat pasien datang ke rumah sakit. Beberapa faktor prognostik
antara lain GCS awal, jumlah leukosit, CT scan, saat pasien datang, telah diteliti dalam beberapa
penelitian untuk memprediksi hasil akhir pasien cedera kepala traumatik dewasa. Trauma
berperan sebagai pemicu dari kaskade kompleks pasca trauma yang dapat dibagi dalam
Telah banyak penelitian tentang peningkatan leukosit dan trauma, termasuk cedera
kepala. Beberapa penelitian tentang perubahan jumlah leukosit dan cedera kepala antara lain oleh
antara peningkatan jumlah leukosit dan tingkat keparahan serta hasil akhir pasien dengan cedera
kepala. Dalam penelitian ini, jumlah leukosit yang tinggi berhubungan dengan cedera kepala
kepala ringan dengan cedera kepala berat ditemukan signifikan, dimana p<0.05.
Beberapa penelitian tentang mortalitas pada cedera kepala dilakukan antara lain oleh
mortalitas. Pada penelitian ini, ditunjukkan hubungan leukositosis dengan mortalitas pada pasien
cedera kepala. Jumlah leukosit yang tinggi pada pasien yang meninggal dan pada pasien yang
selamat didapatkan signifikan secara statistik, dimana p<0,05. Pada pasien yang meninggal,
25
jumlah leukosit >25,37x106/L, dengan rerata jumlah leukosit 62,15x106/L. Pasien dengan jumlah
leukosit yang meningkat sedikit mempunyai hasil akhir yang baik. Pada penelitian ini,
keseluruhan mortalitas adalah 16,39%, dan sebanyak 83,33% dari keseluruhan mortalitas terjadi
pada cedera kepala berat. Pada penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya korelasi antara
jumlah leukosit dan lama rawat inap pada pasien cedera kepala traumatik, dimana p>0,05.
Penelitian prospektif dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengevaluasi
peran jumlah leukosit sebagai prediktor prognosis pada cedera kepala traumatik. Serta, untuk
mengetahui apakah penghitungan jumlah leukosit dapat dikombinasi dengan hasil pemeriksaan
yang lain untuk membuat algoritma untuk membuat diagnosis yang lebih sensitif atau spesifik.
26
BAB VII
7.1. Simpulan
Leukositosis pada pasien cedera kepala traumatik saat pertama kali datang di IGD dapat
1. Pada cedera kepala traumatik berat rerata jumlah leukosit 20,01x106/L ± SD 7,431.
2. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah leukosit pada cedera kepala ringan dan
4. Terdapat perbedaan bermakna dari jumlah leukosit antara pasien yang selamat dan
5. Lama rawat inap pasien cedera kepala traumatik yang makin panjang bila jumlah
7.2. Saran
1. Dibutuhkan penelitian prospektif lainnya dengan populasi yang lebih banyak untuk
dapat dikombinasi dengan hasil pemeriksaan lainnya yang dapat digunakan sebagai
DAFTAR PUSTAKA
1. Shameem Ahmed S, Khan Shabbir, Agrawal Deepak, Sharma B. S. (2009). Out come in
head injured patients : experience at a level 1 trauma centre. Indian Journal of
Neurotrauma, 2009; 6 (2):119-122
2. Smith Jennifer A, Mosley Jr Thomas H, Turner Stephen T, Kardia Sharon L. R. Shared
Genetic Effects among Measures of Cognitive Function and Leukoaraiosis. InTech. 2012
3. Manvelyan Hovhannes M. Cerebral blood flow in experimental and clinical
neurotrauma: quantitative assessment. InTech. 2012
4. Whitfield Peter C, Thomas Elfyn O, Summers Fiona, Whyte Maggie, Hutchinson Peter J.
Head injury : a multidisciplinary approach. Cambridge University Press. 2009
5. Suarez Jose I. Critical care neurology and neurosurgery. New Jersey. 2004
6. Algattas Hanna, Huang Jason H. Traumatic brain injury pathophysiology and treatments:
early, intermediate, and late phases post-injury. Int. J. Mol. Sci. 2014, 15, 309-341
7. Subramanian A, Agrawal D, Pandey R M, Nimiya M, and Albert V. Brain injury–
pathogenesis, monitoring, recovery, and management : the leukocyte count, immature
granulocyte count, and immediate outcome in head injury patients. Intech Books and
Journals, 2012; 1 (7): 139-152
8. Gürkanlar D, Lakadamyali H, Ergun T, Yilmaz C, Yücel E, Altinörs N. Predictive value
of leucocytosis in head trauma. Turkish Neurosurgery, 2009; 19 (3): 211-215
9. Lingsma Hester F, Roozenbeek Bob, Steyerberg Ewout W, Murray Gordon D, Maas
Andrew I. R. Early prognosis in traumatic brain injury: from prophecies to predictions.
Neurology, 2010. 9: 543 – 554
10. Keskil S, Baykaner MK, Ceviker N, Aykol Ş. Head trauma and leucocytosis. Acta
Neurochir (Wien), 1994; 131:211-214
11. Rovlias A, Kotsou S. The blood leucocyte count and its prognostic significance in severe
head injury. Surg Neurol, 2001; 55:190-196
12. Lam Siu W, Leenen Luke P. H, van Solinge Wouter W, Hietbrink Farco, Huisman
Albert. Comparison between the prognostic value of the white blood cell differential
count and morphological parameters of neutrophils and lymphocytes in severely injured
patients for 7-day in-hospital mortality. Biomarkers. 2012
13. Paladino Lorenzo, Subramanian R. A,Bonilla Elisabeth, Sinert Richard H. Leukocytosis
as prognostic indicator of major injury. Western Journal of Emergency Medicine. 2010
14. Czigner A, Mihaly A, Farkas O, Buki A, Krisztin-Peva B, Dobo E, Barzo P. Kinetics of
the cellular immune response following closed head injury. Acta Neurochir (Wien), 2007;
149:281-289
15. European Society of Intensive Care Medicine. Brain injury : organ specific problems.
2013
29
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Ca se Summa ries
Umur
GCS N Mean St d. Deviation Median Minimum Maximum
Berat 13 31.23 12.904 33.00 18 55
Sedang 18 31.17 13.925 30.00 8 56
Ringan 82 34.30 19.879 30.00 1 76
Total 113 33.45 18.303 30.00 1 76
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Umur Based on Mean 4.749 2 110 .011
Based on Median 3.364 2 110 .038
Based on Median and
3.364 2 101.050 .038
with adjusted df
Based on trimmed mean 4.597 2 110 .012
30
GCS
Berat Sedang Ringan Total
Jenis kelamin Laki-laki Count 9 13 50 72
Ex pec ted Count 8.3 11.5 52.2 72.0
% within GCS 69.2% 72.2% 61.0% 63.7%
% of Total 8.0% 11.5% 44.2% 63.7%
Perempuan Count 4 5 32 41
Ex pec ted Count 4.7 6.5 29.8 41.0
% within GCS 30.8% 27.8% 39.0% 36.3%
% of Total 3.5% 4.4% 28.3% 36.3%
Total Count 13 18 82 113
Ex pec ted Count 13.0 18.0 82.0 113.0
% within GCS 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 11.5% 15.9% 72.6% 100.0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.001a 2 .606
Lik elihood Ratio 1.026 2 .599
Linear-by-Linear
.713 1 .399
As soc iation
N of Valid Cases 113
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.72.
Ca se Summa ries
Leukosit
GCS N Mean St d. Deviation Median Minimum Maximum
Berat 13 19.2662 7.60766 22.0000 5.36 29.80
Sedang 18 15.6678 7.67547 13.8500 8.40 40.60
Ringan 82 11.0941 3.30765 10.4500 4.50 24.10
Total 113 12.7628 5.59995 11.2000 4.50 40.60
31
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
GCS Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Leukos it Berat .251 13 .025 .916 13 .223
Sedang .184 18 .111 .784 18 .001
Ringan .105 82 .025 .920 82 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Leukos it Based on Mean 13.114 2 110 .000
Based on Median 8.515 2 110 .000
Based on Median and
8.515 2 55.538 .001
with adjusted df
Based on trimmed mean 12.616 2 110 .000
Ranks
Test Statisticsa,b
Leukos it
Chi-Square 17.761
df 2
As ymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: GCS
Berat x sedang
Ranks
Test Statisticsb
Leukos it
Mann-Whitney U 73.500
Wilcoxon W 244.500
Z -1.742
As ymp. Sig. (2-tailed) .081
Exact Sig. [2*(1-tailed a
.082
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: GCS
Berat x ringan
Ranks
Test Statisticsa
Leukos it
Mann-Whitney U 215.000
Wilcoxon W 3618.000
Z -3.444
As ymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Grouping Variable: GCS
Sedang x ringan
Ranks
Test Statisticsa
Leukos it
Mann-Whitney U 422.500
Wilcoxon W 3825.500
Z -2.832
As ymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Grouping Variable: GCS
33
Lama perawatan
GCS N Mean St d. Deviation Median Minimum Maximum
Berat 13 3.77 6.044 .00 0 15
Sedang 18 5.56 4.382 4.50 0 15
Ringan 82 2.99 2.269 2.50 1 11
Total 113 3.49 3.381 3.00 0 15
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Lama perawatan Based on Mean 24.634 2 110 .000
Based on Median 5.754 2 110 .004
Based on Median and
5.754 2 33.976 .007
with adjusted df
Based on trimmed mean 20.956 2 110 .000
Ranks
Te st Stati sticsa,b
Lama
perawatan
Chi-Square 10.210
df 2
As ymp. Sig. .006
a. Kruskal W allis Tes t
b. Grouping Variable: GCS
34
Leukosit
Outcome N Mean Std. Deviation Median Minimum Maximum
Mati 10 25.3700 6.21469 23.4000 18.00 40.60
Hidup 103 11.5388 3.73240 10.6200 4.50 24.10
Total 113 12.7628 5.59995 11.2000 4.50 40.60
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Outcome Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Leukos it Mati .224 10 .169 .826 10 .030
Hidup .103 103 .009 .925 103 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Test Statisticsa
Leukos it
Mann-Whitney U 13.500
Wilcoxon W 5369.500
Z -5.071
As ymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Outcome